BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Oleh : Suharno ABSTRAK

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (19,20%), Jawa Tengah (18,80%), Sulawesi Barat (17,90%), Sulawesi Selatan (17,60%), Nusa

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

SANITASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA PROGRAM SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT (SPBM) DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini mendorong pentingnya program untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemilikan dan penggunaan jamban. Tujuan ke tujuh Milleniun Development Goals (MDGs) adalah memastikan kelestarian lingkungan hidup, termasuk didalamnya yaitu akses rumah tangga terhadap fasilitas sanitasi yang layak. Kementerian Bappenas (2010) mengungkapkan bahwa akses sanitasi layak menunjukkan peningkatan dari 24,81% pada tahun 1993 menjadi 51,19% pada tahun 2009. Angka tersebut masih dibawah target pencapaian MDGs tahun 2015 yaitu sebesar 62,4%. Permasalahan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah tantangan sosial-budaya, perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke dalam badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Menurut SUSENAS 2004, akses masyarakat terhadap sarana sanitasi adalah 53% dan hanya seperempatnya yang mempunyai akses terhadap sarana sanitasi yang mempunyai syarat dan 1

2 menggunakan septic tank. Selebihnya, dilakukan di sawah, kolam, danau, sungai dan laut secara terbuka (Pokja AMPL Pusat dalam Darmawan, 2010). Sektor sanitasi di pedesaan telah mengalami perubahan, dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat, dapat mencapai outcome yang lebih baik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pendekatan konvensional yang hanya difokuskan pada pencapaian target rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sarana sanitasi melalui subsidi fisik untuk kelompok masyarakat yang tertentu, meskipun telah dikombinasikan dengan kegiatan perubahan perilaku, namun masih belum dapat mengakibatkan dampak terhadap kesehatan dan sosial masyarakat yang cukup bermakna. Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat miskin dan diperberat oleh perubahan iklim adalah masalah sanitasi dasar, khususnya pada saat kemarau panjang. Sanitasi dasar dapat dilihat pada ketersediaan dan aksesbilitas masyarakat terhadap air bersih, sarana pembuangan limbah dan jamban keluarga (Achmadi, 2008). Masalah kesehatan yang berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah yang mengakibatkan timbulnya penyakit-penyakit seperti diare, ISPA, malaria, DBD, TB paru penyakit kulit, kecacingan, keracunan makanan dan lainnya yang merupakan 10 besar penyakit utama di Indonesia. Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan, pada kelompok bayi dan balita, penyakit penyakit berbasis lingkungan telah menyumbangkan lebih dari 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita.

3 Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Imansyah. 2014). Tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan, sangat erat kaitannya dengan masih rendahnya akses sanitasi kepada masyarakat. Untuk itu, peningkatan akses masyarakat terhadap akses air bersih, jamban yang sehat, harus lebih mendapatkan perhatian khusus. Untuk itu, penerapan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan upaya penyehatan lingkungan, diharapkan bisa menjadi upaya alternatif dalam mengendalikan dan mengurangi kasus kejadian penyakit berbasis lingkungan yang sering menyerang masyarakat kita (Imansyah. 2014). Sampai saat ini praktek sanitasi di masyarakat sangat memprihatinkan khususnya mengenai ketersediaan jamban keluarga. Masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki jamban keluarga dan perperilaku buang air besar sembarangan, terutama di daerah pedesaan. Dalam pelaksanaannya penyediaan sarana pembuangan tinja di masyarakat masih menemui banyak hambatan, hal ini disebabkan oleh peran serta masyarakat yakni menyangkut tingkat sosial, ekonomi, pengetahuan dan perilaku. Berbagai alasan digunakan masyarakat untuk buang air besar sembarangan, antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih enak buang air besar di sungai karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan. Masih banyaknya masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai serta di semak-semak bukan hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk membuang hajat atau faces (Aryani, 2009). Secara nasional, di sebagian besar

4 rumah tangga di Indonesia menggunakan fasilitas tempat Buang Air Besar (BAB) milik sendiri (69,7%), akan tetapi masih terdapat rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas tempat BAB yaitu sebanyak 15,8 persen. Beberapa provinsi dengan persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat BAB lebih tinggi dari persentase nasional antara lain Riau (84,3%), Kepulauan Riau (80,4%) dan Lampung (79,0%), sedangkan provinsi dengan persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat BAB paling rendah adalah Gorontalo (32,1%) (Riskesdas, 2010). Untuk penggunaan fasilitas tempat BAB bersama, provinsi dengan persentase tertinggi adalah DI Yogyakarta (17,92%), Papua (17,1%) dan Papua Barat (6,4%). Provinsi dengan persentase tertinggi yang menggunakan fasilitas umum tempat BAB adalah Maluku Utara (24,3%), Maluku (20,4%), Gorontalo (19,6%). Provinsi dengan persentase tertinggi yang tidak memiliki fasilitas BAB adalah Gorontalo (39,2%), Sulawesi Barat (39,1%) dan Sulawesi Tengah (38,6%) (Riskesdas, 2010). Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi karena kotoran manusia adalah sumber penyakit yang multi komplek. Dampak dari perilaku buang air besar ke sungai, kebun, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut jelas sangat merugikan kondisi kesehatan masyarakat, karena tinja dikenal sebagai media tempat hidupnya bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare muntaber dan berbagai macam penyakit kulit lainnya. Dilatar belakangi oleh kegagalan pendekatan tradisional dalam penyediaan infastruktur sanitasi di pedesaan, sejak tahun 2001 telah dikembangkan satu pendekatan dalam

5 pembangunan sanitasi pedesaan yang disebut Community Lead Total Sanitation (CLTS). Pendekatan ini memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat untuk menganalisa keadaan dan resiko pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh buang air besar (BAB) di tempat terbuka, membangun dan menggunakan jamban tanpa subsidi dari luar. Pokja AMPL Pusat, 2009 (dalam Darmawan, 2010). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitarian (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Milleniun Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS), mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah air rumah tangga dengan aman (Depkes RI, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Simbolon (2009), memperlihatkan bahwa masih rendahnya kepemilikan jamban yang menyebabkan pula rendahnya penggunaan jamban keluarga. Perilaku buang air besar pada rumah tangga yang tidak mempunyai jamban keluarga sebagian besar dilakukan di sungai dan kolam. Hal yang mendasari kepemilikan jamban keluarga adalah sosial ekonomi yang rendah dan lahan terbatas yang berada di dalam rumah. Selain itu, Darmawan (2010),

6 dalam penelitiannya tentang perbedaan efektivitas model pemicuan dengan penyuluhan terhadap kepemilikan jamban di Dusun Krajan Desa Ngromo Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan menyebutkan hasil penelitiannya yaitu Model pemicuan (mean = 2,93) lebih efektif daripada penyuluhan (mean = 2,34) terhadap kepemilikan jamban di Dusun Kerajan Desa Ngomo Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan (p<0.001). Pekerjaan masyarakat yang kebanyakan sebagai nelayan dan petani serta pendapatan masyarakat yang masih kurang ditambah lagi mahalnya harga kloset di pasaran menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya pembuatan jamban keluarga (Winaryanto, 2009). Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 maret tahun 2014 dan berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Tilango, tahun 2014, kepemilikan jamban keluarga merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang ada di kecamatan Tilango. Selain itu, menurut laporan dari puskesmas Tilango, prevalensi penyakit berbasis lingkungan masih tinggi di kecamatan Tilango, diantaranya penyakit Diare, Dermatitis, GEA, Dermatitis infeksi, Demam berdarah, Ispa, kecacingan dan Gizi buruk. Seperti yang diketahui, kepemilikan jamban adalah salah satu faktor dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Untuk Kecamatan Tilango, Desa Lauwonu termasuk salah satu Desa yang sedikit untuk kepemilikan jamban keluarga, cakupan kepemilikan jamban di masing-masing Desa di Kecamatan Tilango tercatat bahwa Desa Tualango (64,02%), Desa Dulomo (96,19%), Desa Tilote (63,75%), Desa Tabumela (31,55%), Desa Ilotidea (53,92%), Desa Lauwonu (49,57%), Desa Tenggela (90,02%), dan Desa Tinelo (71,98%). Dengan data tersebut menggambarkan

7 bahwa masih banyak keluarga di Desa Lauwonu yang masih buang air besar sembarangan karena tidak memiliki jamban keluarga. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan bahwa hampir sebagian masyarakat di Desa Lauwonu masih buang air besar di pinggiran sungai dan di semak-semak (Puskesmas Tilango, 2014). Sehubungan dengan hal tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo melakukan program pemicuan dalam peningkatan kepemilikan jamban melalui program CLTS. Menurut Darmawan (2009) bahwa pemicuan merupakan pendekatan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Langkah awal perubahan perilaku dengan pemicuan untuk meningkatkan akses terhadap sarana sanitasi yang difasilitasi oleh pihak diluar komunitas sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan akses terhadap sarana jamban sesuai analisa kondisi lingkungan tempat tinggal dan resiko yang dihadapinya. Dari hasil survey awal pada bulan maret diketahui bahwa dari 421 KK di Desa Lauwonu yang tidak memiliki jamban berjumlah 331 KK (79%). Berdasarkan uraian dan data diatas menunjukkan kepemilikan jamban keluarga serta perilaku buang air besar sembarangan masih merupakan masalah kesehatan, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang Gambaran upaya pemicuan dalam peningkatan kepemilikan jamban di Desa Lauwonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

8 1.2 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tingginya prevalensi penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit Diare, Dermatitis, GEA, Dermatitis infeksi, Demam berdarah, Ispa, kecacingan dan Gizi buruk b. Sebagian besar masyarakat di Desa Lauwonu belum memiliki jamban yakni 331 KK (79%). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran upaya pemicuan dalam meningkatkan kepemilikan jamban di Desa Lauwonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorotalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan upaya pemicuan dalam peningkatan kepemilikan jamban di Desa Lauwonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemicuan dalam peningkatan kepemilikan jamban di Desa Lauwonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo b. Untuk mengetahui peningkatan jumlah jamban di Desa Lauwonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

9 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan lingkungan. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi masyarakat di Desa Lauwonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dalam peningkatan kepemilikan jamban dan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan tentang kesehatan Lingkungan di Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo.