BAB III UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) TEATER HASTASA SENAT MAHASISWA (SEMA) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA



dokumen-dokumen yang mirip
Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

BAB I KETENTUAN UMUM

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Dj.I/253/2007

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

ORGANISASI KEMAHASISWAAN

BAB II LANDASAN TEORI

PANCASILA Sebagai Sumber Nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

1. PEMBINAAN MAHASISWA

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) AKADEMI KEBIDANAN BINA SEHAT NUSANTARA KABUPATEN BONE ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Nomor 2 Tahun 2014 tentang PEDOMAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS WIDYA DHARMA

NOVIA KENCANA STMIK MDP

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan pergaulan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, masyarakat, maupun

1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi,

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendokumentasian dan penginformasian seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

peka terhadap masalah yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

Transkripsi:

1 BAB III UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) TEATER HASTASA SENAT MAHASISWA (SEMA) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA A. Profil UKM Teater Hastasa SEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya 1. Pengertian UKM Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para anggota-anggotanya. lembaga ini merupakan partner organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti senat mahasiswa dan badan eksekutif mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas. Lembaga ini bersifat otonom, dan bukan merupakan sub-ordinat dari badan eksekutif maupun senat mahasiswa. Unit kegiatan mahasiswa terdiri dari tiga kelompok minat: 1. Unit kegiatan olahraga, 2. Unit kegiatan kesenian. Contoh : UKM Band/Musik, UKM Tari, UKM Drama/Teater, UKM Seni dan Budaya.

2 3. Unit kegiatan khusus (pramuka, resimen mahasiswa, pers mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, unit kerohanian, dan sebagainya). Unit Kegiatan Mahasiswa atau yang sering di singkat dengan UKM mempunyai banyak definisi menuntut siapa yang mendefinisikan, namum perbedaan-perbedaan definisi tersebut mengarah pada maksud dan tujuan yang sama. Berikut ini adalah sebagian definisi-definisi Unit Kegiatan Mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang fungsinya menampung berbagai minat dan bakat dari mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa yang menampung aspirasi mahasiswa yang pengelompokannya berdasarkan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran yang seluruh kegiatannya diarahkan dalam rangka upaya peningkatan kesejahteraan mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan lembaga semi otonom yang berfungsi sebagai wadah pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendiakawanan, peningkatan bakat dan minat, pengabdian masyarakat, kepedulian lingkungan serta kesejahteraan mahasiswa.

3 Unit kegiatan mahasiswa adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Unit Kegiatan Mahasiswa termasuk organisasi mahasiswa yang mengakomodir kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler menurut spesifikasi Unit Kegiatan Mahasiswa yang bersangkutan. Dalam melaksanakan setiap kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa harus berpijak pada asas, yakni hukum dasar, dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat). 1 Uzer Ustman memberi empat landasan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang dalam hal ini kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa adalah termasuk didalamnya, yaitu: a. Harus dapat meningkatkan pengayaan siswa yang beraspek kognitif, afektif dan psikomotorik b. Memberi kesempatan penyaluran bakat dan minat siswa (mahasiswa) sehingga terbiasa melakukan kesibukan positif c. Adanya perencanaan, persiapan dan pembiayaan yang telah diperhitungkan sehingga program ekstrakurikuler mencapai tujuannya 1 Sitorus Eka D, The Art of Acting Seni Peran...hal: 254

4 d. Faktor kemampuan para pelaksana untuk memonitor dan memberi penilaian. 2 Unit Kegiatan Mahasiswa termasuk kegiatan yang bersifat kurikuler atau ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan akademik yang meliputi kuliah, diskusi, seminar, simposium, praktikum, tugas mandiri, pengabdian kepada masyarakat, praktek kerja nyata dan lainlain. Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kemahasiswaan diluar ketentuan kurikulum yang meliputi penalaran dan keilmuan, minat, bakat dan kegemaran dan bakti sosial bagi masyarakat. Kegiatan rutin untuk dipusatkan pada hari Sabtu yang disebut student day. Lembaga juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler tingkat universitas, fakultas dan jurusan/program studi. Menurut Suharsimi AK, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. 3 Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai organisasi yang mengakomodir kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler 2 Uzer Ustman Moh, Lilies Setyowati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal: 22 3 B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal: 271

5 tentunya mempunyai beberapa fungsi. Adapun beberapa fungsi tersebut adalah sebagai berikut adalah: a. Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan. 4 2. Sejarah Hastasa Terlepas seberapa besar sense of art dalam diri seseorang, setiap manusia pastilah memiliki rasa seni dalam dirinya. Rasa yang menghantarkan manusia pada rasa senang, rasa puas, rasa aman, nyaman dan bahagia, dan bila rasa itu sangat kuat, manusia bisa menjadi terpaku serta menimbulkan keinginan untuk mengalami kembali perasaan itu walaupun sudah dinikmati berkali-kali. Keindahan gunung, pantai, bulan purnama, candi, tari, warnawarni, merdunya suara dan lain sebagainya adalah sebagian kecil dari sesuatu yang dapat menimbulkan rasa nikmat-indah dalam diri manusia. Rasa nikmat tersebut timbul karena peran panca indera. 4 http: //www. Widyagama.ac.id

6 Namun sekali lagi setiap manusia mempunyai sense of art yang berbeda-beda, hal ini tidak terlepas dari seberapa besar kepekaan yang dimiliki seseorang, namun kepekaan manusia bukanlah barang mati yang tidak bisa diolah dan dilatih. Sebuah karya seni dilihat sebagai hasil akhir tentulah sangat menarik, entah untuk dinikmati, atau sekedar dijadikan wacana. Namun mengikuti proses berkesenian adalah hal yang juga tidak kalah menarik. Apalagi proses berkesenian tersebut dilakukan oleh sekelompok anak muda yang notabene adalah mahasiswa perguruan tinggi Islam. Proses berkesenian tidak hanya mengasah kemampuan berkreatifitas, tetapi juga melatih menjadi pribadi yang peka, penuh tanggung jawab, disiplin dan akan berujung pada rasa percaya diri. Diilhami oleh hal tersebut, yakni kesadaran akan pentingnya sebuah proses dalam berkesenian, maka dengan bekal keseriusan dan semangat yang tinggi, pada tanggal 28 November 1992 terbentuklah sebuah wadah berkesenian (teater) yang lahir di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, tepatnya wadah berkesenian yang berada dibawah struktur SENAT Mahasiswa Tarbiyah, yaitu GENTA (Generasi Tarbiyah) dengan Muhammad Faruq Assegaf sebagai ketua terpilih yang pertama. Dalam perjalanan selanjutnya, nama kelompok teater dirubah menjadi HASTA (Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah). Tentunya

7 pergantian nama ini dengan berbagai pertimbangan, yakni adanya kelompok teater yang terlebih dahulu memakai nama yang sama. Pergantian nama HASTA (Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah) juga tidak berlangsung lama karena telah ada kelompok teater yang menggunakan nama yang sama. Akhirnya pada tahun 1994 nama HASTA dirubah menjadi HASTASA (Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah Sunan Ampel). Nama tersebut masih dipakai sampai sekarang. Wadah berkesenian ini tidak saja menjadi kebanggaan warganya, namun juga menjadi ikon bagi masyarakat Tarbiyah atau IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pun, anggapan itu bukan isapan jempol, namun dibuktikan dengan segudang prestasi. Menapaki usianya yang ke-21 bulan November 2012 lalu, teater HASTASA telah beberapa kali menunjukkan eksistensinya melalui karya yang ditelorkan yaitu Puisi Anak Negeri (Sofyan, 1992), Trotoar (Sofyan, 1992), Sajak Kursi (Sbastian Dayat, 1993), Ghurur (Sofyan, 1994), Dingdong (A. Muhammad, 1994), Bunga Hitam (Sbastian Dayat, 1994), Singa Padang Pasir (A. Muhammad, 1994), Balada Si Bino (Juslifar M. Junus, 1995), Cermin-cermin (Holili-Jurianto-Nur Ulwiah, 1995), Monolog dan Kematian (Sbastian Dayat, 1995), Fermentasi (Sbastian Dayat, 1995), The Death of Sukardal (Holili, 1996), Nyanyian Sunyi (Holili, 1996), Hompimpa

8 (Asmuni, 1996), Ketika Pawai Berakhir (Holili, 1996), Phobia (A. Muhammad, 1996), Spectrum Kepala (Ghandi, 1997), Perempuan Laut (Dodik Yan Masfa, 1997), Zool (Akhol Firdaus, 1997), "Keheningan di Ruang Santai" (Dodik Yan Masfa, 1998), "Leukimiah" (Umar Faruq, 1999), "Orang-orang Ladang" (Juslifar M. Junus, 1999), "Idealisme Tembelek Kingkong" (Edo Yunan, 2000), "Sang Pendo'a" (Rudianto, 2001), "Senja Kematian Cinta" (Baqi'atus Sholikhah, 2001), "Skizofrenia Komplex" (Dodik Yan Masfa, 2002), "Kota Para Pengerat" (Aris Muhibbullah, 2002), "Perempuan Ibrah" (Urifatul Mar'ati, 2002), "Kembalinya Si Acong" (Hanik Yuni al- Fiyah, 2003), "Origami" (Muslikha, 2004), "Noor" (Inay dan Masdiqi, 2004), "Kado Cinta Buat Sahara" (Ais Cavyrochee, 2004), "No Charge" (Inayatul Izzah, 2004), "Sex for Love or Love for Sex" (Fathurrahman, 2004), "Markonah dan Marjuki" (M. Luthfi Sugito, 2005), "Barzah" (Ais Cavyrochee, 2005), "Trans Bio Seks" (Ihsanuddin Asrori, 2006), Republik Teror (Nanang Kurniawan, 2009), Emak (Masyhud Labibi, 2010), Orang Sakit (Kendinar Ardiansyah, 2010), Pejalan Jauh (Kendhinar Ardiansyah, 2011) dan masih banyak pentas insidental serta pentas monoplay lainnya. Selain karya-karya yang berbentuk pementasan, teater HASTASA juga intens dalam karya sastra, maka tidak mengherankan jika setiap penerbitan Kavling Makna (majalah dinding teater

9 HASTASA yang terbit setiap dua minggu sekali) selalu terdapat puisi ataupun karya sastra lainnya yang termuat dalam media tersebut. Dengan demikian akan menjadi kewajaran jika satrawan-satrawati HASTASA telah mampu untuk menerbitkan sebuah antologi puisi, yakni "Gerimis Altar" karya Asmuni dan Sbastian Dayat, serta "Pijar Perempuan" karya lima penyair perempuan HASTASA yakni Baqiyatus Sholihah, Urifatul Mar'ati, Fikriyah Hanim, Muharriroh, Nursihati. Selain itu, secara rutin HASTASA mengikuti LDLK (lomba drama lima kota)yang diadakan oleh seniman Surabaya pada setiap dua tahun sekali mulai tahun 1995 (sekarang LDLK sudah tidak diadakan lagi) di gedung kesenian Cak Durasim Surabaya. HASTASA pernah menjadi juara umum di tahun 1995 dengan judul pementasan "Fermentasi" yang disutradarai oleh Sbastian Dayat. Selama itu pula HASTASA telah beberapa kali melaksanakan reformasi kepengurusan dengan ketua umum yang pertama M. Umar Faruq Assegaf (1992-1993), Sbastian Dayat (1993-1994), Amin M (1994-1995), Kholili (1995-1996), Taufiqurrahman (1996-1997), Umar Faruq (1997-1998), M. Mauluddin (1998-1999), Sunarto (2000-2001), Rudiyanto (2001-2002), Aris Muhibbullah (2002-2003), Fatchur Rahman (2003-2004), Qitfirul Aziz (2004-2005), S. Ubaidillah (2005-2006), Ihsanuddin Asrori (2006-2007), Nanang

10 Kurniawan (2007-2008), A. Masyhud Labibi (2008-2010), M. Arqom Hidayat (2010-2011), M. Alex El-Sa d (2011-2012), Rofi ullah Muadzin (2012-sekarang). A. Nilai-nilai yang terkandung dalam proses kreatif UKM Teater Hastasa SEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya 1. Makna Nilai Nilai itu sifatnya subjektif, yaitu berupa tanggapan individu terhadap sesuatu yang berdasarlkan pengetahuan dan pengalamannya. Penilaian atau tanggapan seseorang terhadap sebuah benda seni yang akan membakitkan kualitas seni itu. Tentu saja berdasarkan pengetahuan orang yang menilai sebuah karya seni atau sebuah benda seni. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita

11 belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undangundang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental. Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya. Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut. a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.

12 b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadila. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan 2. Macam-Macam Nilai Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu a. Nilai logika adalah nilai benar salah. b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah. c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabannya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah

13 apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa lukisan itu indah. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita seharihari.notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut : a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. 3. Mengungkapkan Pesan Moral dari Teater Hastasa Karya teater tradisi yang banyak ragamnya, yang terdapat di nusantara mengandung pesan moral yang begitu tinggi, terhadap

14 masyarakat pada umumnya dan pada penonton pada khususnya. Pesan moral ini diungkapkan melalui amanat-amanat dalam suatu cerita yang dipertunjukan. Misalnya, pada kisah Baratayuda dalam wayang kulit purwa Jawa. Dalam kisah itu mengandung pesan moral agar selalu menanamkan kebenaran dan kejujuran sekaligus selalu membela kebenaran dan kejujuran. Karena dengan kebenaran dan kejujuran akan mengalahkan kebatilan, yakni dapat menumpas Kurawa, yang merupakan lambang kebatilan, lambang kejahatan, walaupun itu saudara sendiri. Demikian juga pada kisah Ramayana, begitu banyak pahlawan kera yang membantu Rama Wijaya untuk berperang melawan raja Alengka, yaitu Rahwana untuk merebut isteri tercinta Rama Wijaya dari genggaman Rahwana, sekaligus menumpas kejahatan.rama Wijaya, raja Ayodya, merupakan lambang kesucian dan kebenaran, sedangkan Rahwana, raja Alengka, sebagai lambang kejahatan. Kisah tersebut mengungkapkan pesan moral agar setiap manusia selalu mengedepankan kebenaran, kesucian dan kejujuran. Pada dasarnya setiap karya teater tradisi nusantara memiliki pesan moral sendiri-sendiri terhadap masyarakat pada umumnya dan penonton pada khususnya. Untuk dapat mengungkapkan pesan moral dari karya teater dengan tepat, hendaknya penonton secara cermat dan penuh apresiatif menyaksikan pertunjukan teater tersebut. Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai berikut :

15 a. Nilai Moral Nilai moral di sini adalah nilai yang berhubungan dengan budi pekerti, etika, dan susila. Setiap karya seni pasti mengandung nilai moral. Nilai moral yang ada dalam karya seni, khususnya karya teater dapat mengubah sikap dan perilaku penontonnya. Kalau nilai moralnya tinggi dapat membentuk perilaku penonton yang baik dan positif, tetapi kalau nilai moralnya rendah dapat membentuk penonton memiliki perilaku yang kurang baik. Karya teater tradisi memiliki nilai moral yang sangat tinggi. b. Nilai Budaya Setiap karya teater yang dipertunjukkan menampilkan budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat di dalam cerita yang dipentaskan. Penonton dapat melihat budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam suatu cerita yang dipentaskan, memiliki budaya yang tinggi atau rendah, jika menonton pementasan ini secara lengkap dari awal hingga selesai. Memang nilai budaya itu terkandung di seluruh rangkaian cerita. Tanpa menyaksikan secara lengkap, tidak mungkin bisa mengungkapkan nilai budaya yang ada. c. Nilai Sosial

16 Nilai sosial atau kemasyarakatan suatu karya teater sangat erat hubungannya dengan budaya yang ada dalam kehidupan cerita yang dipentaskan. Misalnya suatu karya teater mengandung budaya gotong-royong, hal itu berarti memiliki nilai kemasyarakatan yang tinggi, yakni masyarakatnya memiliki sifat suka menolong, suka bekerja sama dan tidak egois. Jika karya teater itu mengadung budaya pergaulan bebas, berarti masyarakatnya juga tidak menghormati norma-norma yang ada. Nilai budaya sekaligus mempengaruhi nilai sosial. Nilai budayanya tinggi maka nilai sosialnya juga tinggi, jika nilai budayanya rendah, nilai sosialnya juga rendah. Oleh karena itu perlu kepekaan yang tinggi, jika ingin dapat mengungkapkan nilai-nilai sosial budaya dengan benar. d. Nilai Pendidikan/Paedagogis Seni teater atau drama merupakan salah satu karya sastra yang di dalamnya memiliki nilai pendidikan baik secara umum yaitu pendidikan kewarganegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan; maupun secara khusus, yaitu pendidikan moral budi pekerti dan susila, dan pendidikan estetis. Hasil dari pendidikan adalah perubahan sikap. Oleh karena itu, pertunjukan teater atau drama dapat menghasilkan perubahan terhadap

17 penonton, di mana diharapkan memiliki moralitas yang tinggi dan budi pekerti yang luhur. e. Nilai Kemanusiaan/ Humanisme Manusia atau kemanusiaan menjadi problematik sentral dalam karya seni teater atau drama, maka seni teater atau drama adalah seni kolektif yang sarat akan muatan nilai-nilai humanisme. Pada dasarnya sebuah seni teater atau drama yang termasuk dalam karya fiksi bertumpu pada penghayatan terhadap sosok-sosok tokoh yang diciptakan, baik secara langsung oleh pengarangnya maupun tidak langsung melalui percakapan antartokoh. Lakon-lakon yang terdapat dalam serial Ramayana dan Mahabarata, secara tematis filosofis sarat akan muatan nilainilai kemanusiaan. Tokoh-tokoh seperti Arjuna, Kresna, Semar, Werkudara, Gatotkaca, Hanoman, dan Puntadewa, merupakan tokoh idola masyarakat Jawa, bukan hanya karena kesaktiannya, tetapi juga nilai kemanusiaannya (humanisme). f. Nilai Keindahan/ Estetis Karya teater merupakan salah satu karya sastra yang di dalamnya mengandung nilai-nilai estetis. Keindahan di sini memiliki cakupan yang luas dan bermanfaat, yaitu keindahan moral, keindahan susila, keindahan akal dan keindahan alami. Bagi orang yang menyaksikan karya teater, khususnya karya

18 teater tradisi, akan dapat menikmati keindahan yang ada di dalamnya, dan akhirnya mendapatkan kepuasan batin. Seni teater merupakan tempat bertemunya berbagai cabang seni, yaitu seni musik, seni tari, seni suara, seni panggung, seni lukis, dan seni peran. Perpaduan seni tersebut membawa suatu keindahan yang benar-benar menarik dan menjadikan kepuasan batin. g. Nilai Sejarah Nilai yang menuntun penonton untuk mengenali dan mengetahui sejarah atau kejadian masa lalu. h. Nilai Religius Gambaran tentang kehidupan beragama yang erat hubungannya dengan peningkatan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Demikianlah karya teater merupakan karya seni. Karya seni itu selalu bersangkutan dengan moral. Dasar dari keindahan dan moral adalah ketertiban. Jadi kesenian adalah keindahan yang berdasar pada ketertiban, sedangkan moral berdasar pada ketertiban batin. Dalam hal ini moral sungguh menanamkan budi pekerti yang baik atau selalu menanamkan kesesuaian dan pesan moral itu pula dapat kita temukan dalam suatu pertunjukan teater. 3. Karya-karya UKM Teater Hastasa SEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya

19 Dalam karya yang dihasilkan oleh kretif anggota Hastasa terbagi sebagai berikut a. Karya Pementasan 1. Kontroversi Wak Lan (2008), dipentaskan pada acara pentas teater 2008 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara A. Masyhud Labibi 2. Lingkungan Kita Si Mulut Besar (2009), dipentaskan pada acara Pentas Study 2010 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Khozainul Amin 3. Republik Teror (2009), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Hastasa yang ke-17 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Nanang Kurniawan 4. Radirasa (2010), dipentaskan pada acara Pentas Study 2010 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara M. Arqom Hidayat 5. De Ponten (2010), dipentaskan pada acara Pagelaran Seni Lintas Generasi 2010 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Hare Kurniawan

20 6. De Ponten new session (2011), dipentaskan pada acara Pagelaran Seni dan Budaya Jatim di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jatim dengan sutradara Hare Kurniawan 7. Emak (2011), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Hastasa yang ke-18 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara A. Masyhud Labibi 8. Orang Sakit (2011), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Hastasa yang ke-18 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Kendhinar Ardiansyah 9. Suramadu (2011), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Akura UNIRA Pamekasan yang ke-25 di Auditorium Universitas Madura Pamekasan dengan sutradara Abdul Qodir Lutfi 10. Nadi (2011), dipentaskan pada acara Pentas Study 2011 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Rofi ullah Muadzin 11. Nadi session 2 (2011), dipentaskan pada acara Dies Natalis UKM Seni Nanggala UNIJOYO di Auditorium Universitas Trunojoyo Bangkalan dengan sutradara Rofi ullah Muadzin

21 12. La Murjero (2012), dipentaskan pada acara Pentas Study 2012 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Khozainul Amin 13. Siti Jeroning Ati (2012), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Geo UNIPA di Auditorium Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dengan sutradara Doddy Yan Masfa 14. Bersetubuh (2012), dipentaskan pada acara Festival Monolog Kethut Roetjito 2012 di Taman Budaya Surakarta dengan sutradara Doddy Yan Masfa 15. Pejalan Jauh (2012), dipentaskan pada acara Parade Teater Jatim pada Dies Natalis Teater Hastasa yang ke-20 di Gelanggang Mahasiswa (GEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan sutradara Kendhinar Ardiansyah 16. Radirasa new session (2013), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Fataria STAIN Pamekasan di Auditorium Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri dengan sutradara Khozainul Amin 17. Sisipus Komplek (2013), dipentaskan pada acara Dies Natalis Teater Akura UNIRA yang ke 27 di Auditorium Universitas Madura Pamekasan dengan sutradara Fitrotin b. Karya Film Dokumenter & Film Pendek Film Dokumenter meliputi,

22 1. Tarbiyah Vaganza (2008), dengan sutradara Nanang Kurniawan dan ditampilkan pada acara inagurasi Oscaar Fakultas Tarbiyah 2008 2. Tarbiyah Vaganza II (2009), dengan sutradara A. Masyhud Labibi dan ditampilkan pada acara inagurasi Oscaar Fakultas Tarbiyah 2009 3. The Run (2011), dengan sutradara Nanang Kurniawan dan ditampilkan pada acara inagurasi Oscaar Fakultas Tarbiyah 2011 4. Hastasa Vaganza (2012), dengan sutradara M. Fachrurrozi dan ditampilkan pada acara inagurasi Oscaar Fakultas Tarbiyah 2012 Sedangkan film Pendek meliputi, a) Sirkus Kutu b) Pakde c) Ludruk Bangku Kosong d) Semedi e) Roman Ilalang f) Aku Ingin Jadi Balerina c. Karya Sastra Dalam kiprahnya di dunia sastra karya yang dihasilkan oleh Teater Hastasa berupa karya tangan yang masih murni dan belum

23 di bukukan akan tetapi sudah dilakukan bedah karya dan perform art. Teater Hastasa hanya menghasilkan 2 buah antologi puisi yang berjudul Pijar Perempuan dan Gerimis Altar. 5 d. Karya Pagelaran Karya 1. Pameran Karya 2. Parade Teater 3. Instalasi Ruang 5 Hasil wawancara dengan Saudari Fitrotin, koordinator devisi Sastra Teater Hastasa 2013-2014. 18 Juli 2013, 20.00 di Sanggar Teater Hastasa