BAB IV TINJAUAN MASḶAHẠH TERHADAP PENERAPAN FATWA DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 TENTANG PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI DI BRI SYARIAH SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DALAM MEKANISME TALANGAN HAJI

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban setiap muslim yang mampu untuk menunaikannya. Sebagaimana. firman Allah Swt dalam (Qs. Ali Imra>n: 97).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB III. PELAKSANAAN PINJAMAN TALANGAN HAJI ib BRI SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tatanan kehidupan manusia diperlukan adanya hukum yang. masalah-masalah keagamaan maupun kemasyarakatan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB III DANA TALANGAN HAJI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi budak dunia yang penuh dengan janji-janji, dan itu semua dijanjikan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

PENGELOLAAN HARTA ZAKAT

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP PROSES PEMBUATAN DAN PENGHARUM RUANGAN YANG TERBUAT DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

Konversi Akad Murabahah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

JUAL-BELI SISTEM DROPSHIPPING

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS SADD AZ -Z ARI> AH TERHADAP PELARANGAN DANA TALANGAN HAJI OLEH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV PRODUKSI KOPI LUWAK DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN MASḶAHẠH TERHADAP PENERAPAN FATWA DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 TENTANG PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI DI BRI SYARIAH SIDOARJO Agama Islam merupakan agama Allah yang rahmatan li al- alami>n, yang memberikan pedoman kepada seluruh manusia untuk tercapainya kebahagian dunia dan akhirat. Prinsip utama dari ajaran Islam adalah kemaslahatan. Oleh sebab itu, para ulama merumuskan bahwa maqa>sid syariah (tujuan syariah) adalah untuk mewujudkan kemaslahatan. Penerapan mas}lah}ah dalam bidang muamalah memiliki ruang lingkup yang cukup luas dibandingkan dengan masalah ibadah. Karena itu, ruang ijtihad dalam bidang muamalah terbuka lebar untuk menciptakan inovasi dalam mengembangkan dan memajukan ekonomi Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Mas}lah}ah dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam ijtihad, sebab mas}lah}ah dalam bidang muamalah dapat ditemukan oleh akal pikiran melalui ijtihad. Muamalah adalah aturan syari ah tentang hubungan sosial di antara manusia. Dalam muamalah, dijelaskan secara luas illat, rahasia dan tujuan kemaslahatan suatu hukum muamalah. Ini mengandung indikasi agar manusia memperhatikan kemaslahatan dalam bidang muamalah dan tidak hanya berpegang pada tuntutan teks nash semata, karena mungkin suatu teks ditetapkan berdasarkan kemaslahatan 56

57 tertentu, kondisi, adat, waktu dan tempat tertentu. Sehingga ketika mas}lah}ah berubah maka berubah pula ketentuan muamalah (perekonomian). 1 Salah satu bentuk ijtihad ulama Indonesia (dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia/ MUI) dalam bidang muamalah adalah mengeluarkan fatwa tentang kebolehan bagi Lembaga Keuangan Syariah untuk memberikan jasa pengurusan haji serta dana talangan haji, yakni dalam fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji. Dengan adanya fatwa tersebut, kemudian dijadikan legalitas hukum bagi Lembaga Keuangan Syariah dalam hal ini termasuk juga Perbankan Syariah untuk mengeluarkan produk pembiayaan Dana Talangan Haji. Salah satunya Perbankan Syariah yang mempunyai produk pembiayaan Dana Talangan Haji ini, adalah BRI Syariah. Di mana dalam praktiknya, BRI Syariah dalam menjalankan produk Pinjaman Talangan Hajinya berpedoman pada fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/ VI/ 2002 tentang pembiayaan pengurusan haji. Produk pembiayaan Dana Talangan Haji yang dikeluarkan BRI Syariah ini merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk membantu nasabah yang ingin segera mendapatkan porsi haji, namun terkendala biaya booking seat yang cukup besar. Dengan adanya Dana Talangan Haji yang diberikan dapat mempermudah nasabah untuk merealisasikan keinginannya untuk menunaikan ibadah Haji. Hal ini, sejalan dengan firman Allah dalam surat al-maidah (5) ayat 2: 1 Agustianto, Urgensi Masḷahạh dalam Ijtihad Ekonomi Islam, dalam files/iqtishadconsultingc2bburgensimaslahahdalamijtihadekonomiislam.htm (09 Mei 2013)

58 Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. 2 Produk pembiayaan talangan haji ini diperbolehkan, selama dalam pelaksanaannya tidak melanggar ketentuan syariah, sebagaimana dalil kaidah fiqh : Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang dilakukan BRI Syariah dalam menjalankan produk pembiayaan Dana Talangan Hajinya sesuai dengan fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/ VI/ 2002 tentang pembiayaan pengurusan haji, yaitu: 1. Dalam penggunaan akadnya BRI Syariah menerapkan akad qard} dalam pemberian dana talangan haji nasabah. Pada penerapan akad qard, BRI Syariah berpedoman sesuai dengan fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al qard. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, dalam produk pembiayaan dana talangan haji BRI Syariah terdapat beberapa nasabah yang tidak mampu melunasi 2 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, (Bandung: CV. Insan Kamil, 2009), 34.

59 pembiayaan pada saat jatuh tempo. Dalam hal ini pihak bank memberikan kebijakan berupa perpanjangan waktu pelunasan kepada nasabah. 2. Sedangkan dalam melakukan jasa pengurusan booking seat nasabah, BRI Syariah menggunakan akad ijarah. Dalam pelaksanaan akad Ijarah ini BRI Syariah berpedoman kepada fatwa DSN No. 9/DSN-MUI/IV/2001 tentang pembiayaan ijarah. Pada akad ijarah ini pihak bank mendapatkan imbalan berupa ujrah atas jasa yang telah diberikan kepada nasabah. Dalam hal ini, sesuai dengan sabda Nabi saw : و ع ن ب ن ع م ر ق ال : ق ال ر س و ل االله ص ل ى االله ع ل ی ھ و س ل م : أ ع ط و ا ا لا ج ی ر أ ج ر ه ق ب ل أ ن ی ج ف ع ر ق ھ. ر و اه اب ن ماج ھ. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya mengering. (HR. Ibnu Majah) 3 Hadis di atas berisi kewajiban menentukan upah pekerja atas pekerjaan yang dilakukannya, agar tidak mengakibatkan permusuhan dan perselisihan. 4 Dengan demikian makna ijarah dalam pembiayaan talangan haji adalah ujrah atau upah, bukan sewa terhadap suatu barang. Dalam fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/ VI/ 2002 tentang pembiayaan pengurusan haji, disebutkan bahwa 3 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan ani, Subul As-Salam Syarah Bulughul Maram, penterj. Muhammad Isnan, et al Terjemah Subul Salam Syarah Bulughul Maram Jilid 2, (Jakarta: Darus Sunnah, 2010), 525. 4 Ibid, 527.

60 besarnya ujrah tidak boleh dikaitkan dengan jumlah pinjaman dana talangan haji. Biaya ujrah semata-mata disebabkan karena adanya pelayanan bank atas nasabah dalam mengurus pendaftaran haji. Dalam pelaksanaan akad ijarah yang dilakukan BRI Syariah, pihak bank mendapatkan ujrah atas pengurusan booking seat nasabah. Ujrah yang dibebankan kepada nasabah sebesar Rp. 2.990.000,- per tahunnya. Jadi, ketika nasabah mengambil jangka waktu 2 tahun (jangka maksimal pembiayaan) dalam pembiayaan dana talangan hajinya, maka nasabah harus membayar ujrah sebesar Rp. 5.980.000,-. Dan ketika nasabah melakukan perpanjangan waktu pengembalian dana talangan haji karena ketidakmampuannya dalam melunasi pembiayaan dana talangan haji pada saat jatuh tempo, maka pihak bank memberikan sanksi berupa membayar ujrah lagi dan biaya ganti rugi kepada nasabah, biaya ganti rugi tersebut untuk memonitor pembayaran pinjaman dan keberangkatan haji nasabah. Dari sini, dapat diketahui beberapa masḷahạh adanya Dana Talangan Haji di BRI Syariah: 1. Dapat membantu umat Islam (nasabah) yang ingin segera mendapatkan porsi haji, namun terkendala biaya booking seat yang cukup besar. 2. Dengan adanya produk pembiayaan Dana Talangan Haji ini, maka dapat meningkatkan profit pihak bank, seiring dengan Dana Talangan Haji yang disalurkan risikonya sangat kecil bagi Bank.

61 3. Produk pembiayaan Talangan Haji ini sangat potensial untuk mendongkrak pertumbuhan perbankan syariah khususnya bank BRI Syariah. Dalam penerapan fatwa DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji pada produk pembiayaan Talangan Haji BRI Syariah, secara keseluruhan memang banyak mengandung manfaat. Akan tetapi, meski demikian terdapat pula dampak negatif yang ditimbulkan dari produk pembiayaan Talangan Haji tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa mafsadah (dampak negatif) yang berkaitan dengan penerapan fatwa DSN NO. 29/ DSN- MUI/ VI/ 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji dalam produk pembiayaan Talangan Haji di BRI Syariah: 1. Dalam praktiknya, secara keseluruhan memang produk talangan haji ini banyak mengandung masḷahạh atau manfaat, namun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya produk ini juga membawa mafsadah, khususnya mafsadah bagi pihak bank. Pasalnya, tidak semua nasabah pembiayaan talangan haji ini mampu untuk melunasi pembiayaan tepat pada saat jatuh tempo. Dapat diketahui dari hasil penelitian, bahwa pada tahun 2012 lalu, terdapat 22 nasabah yang tidak mampu melunasi pembiayaan pada saat jatuh tempo. Sebagai alternatif, untuk mengatasi masalah ini pihak bank memberikan kebijakan berupa perpanjangan waktu pelunasan selama satu tahun berikutnya. Dan untuk melakukan perpanjangan waktu pelunasan tersebut pihak bank membebankan

62 biaya ganti rugi dan biaya administrasi lagi kepada nasabah. Adanya nasabah yang tidak mampu melunasi pembiayaan tepat pada waktu tersebut juga disebabkan karena kurang selektifnya pihak bank dalam memilah dan memilih calon nasabahnya yang dapat dikategorikan mampu untuk melunasi pembiayaan dana talangan hajinya. 2. Ketika terdapat nasabah yang wanprestasi, pihak bank harus bekerja ekstra keras dalam proses pembatalan porsi haji nasabah. Sepanjang tahun 2012 lalu, pihak BRI Syariah memiliki 5 orang yang melakukan pembatalan porsi hajinya, 2 nasabah di antaranya karena tidak mampu untuk melanjutkan pembiayaan talangan haji tersebut dan 3 nasabah yang lain melakukan pembatalan porsi haji karena meninggal dunia sebelum pembiayaan tersebut dilunasi. Jika masalah ini dialami oleh banyak nasabah, maka dapat dipastikan kredibilitas BRI Syariah dihadapan Kementerian Agama akan menurun. 3. Menambah waiting list (daftar tunggu) yang panjang, harus diakui dengan adanya produk talangan haji ini membuat orang-orang Islam berbondongbondong untuk mendaftarkan dirinya agar mendapatkan porsi hajinya dengan cepat. Jika diamati keadaan sekarang ini, orang yang mendaftar haji harus menunggu keberangkatannya hingga 10 sampai 13 tahun mendatang. Timbulnya antrian panjang ini, juga dapat berdampak kepada nasabah Tabungan Haji, karena daftar tunggu yang sangat lama ini tidak hanya dialami nasabah talangan haji tetapi juga nasabah tabungan haji, atau bahkan

63 masyarakat Indonesia yang sudah mampu dan ia tidak perlu menggunakan produk talangan hajinya untuk dapat melakukan ibadah haji. Hal ini juga menimbulkan kecemasan tersendiri bagi para calon jamaah haji yang umurnya sudah tua, karena ia harus menunggu hingga beberapa tahun untuk dapat merealisasikan ibadah hajinya. Di bank BRI Syariah Sidoarjo, terdapat 3 orang calon jamaah haji yang membatalkan porsi hajinya dikarenakan meninggal dunia. Ini merupakan salah satu gambaran, jika seseorang yang sudah tua harus menunggu terlalu lama untuk dapat menunaikan ibadah haji. Apakah nantinya ketika ia menunaikan ibadah haji masih dalam keadaan fit atau staminanya kuat melaksanakan ibadah haji. Pada dasarnya syariat Islam dibentuk untuk mencapai kemaslahatan, maka dari itu seluruh permasalahan fiqh, termasuk fiqh muamalah kesemuannya kembali kepada konsep: Mewujudkan kemaslahatan dan menolak kemadaratan. 5 Jika dalam suatu masalah terdapat pertentangan antara jalbu al-mas ālih dan dar ul mafasid, maka yang lebih diutamakan harus mengedepankan dar ul mafasid. Ini yang kemudian melahirkan satu kaidah fiqhiyah yang sangat terkenal, yaitu: 5 Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), 84.

64 Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan. 6 Hal ini dikarenakan kewaspadaan dan kehati-hatian syariat Islam terhadap larangan jauh lebih peduli daripada perintah kewajiban. Dan mengedepankan dar ul mafasid dari jalbu al-mas}a>lih ini, jika adanya kepastian atau dugaan mafsadah lebih besar dari kepastian atau dugaan masḷahạh atau berimbang. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa, hal-hal yang dilarang dan membahayakan lebih utama untuk ditangkal atau dihindari, daripada berusaha meraih kebaikan dengan mengerjakan perintah agama, sementara di sisi lain menimbulkan kerusakan. Namun terkadang masḷahạh juga harus dijaga ketika bercampur dengan mafsadah. Dalam hal ini, jika masḷahạh lebih dominan dibandingkan mafsadahnya, maka harus didahulukan jalbu al- mas}a>lih. 7 Kaitannya dengan ini, penerapan fatwa DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, pada mulanya memang mengandung banyak masḷahạh, salah satu wujudnya adalah dengan banyaknya umat Islam yang merasa terbantu dengan adanya produk talangan haji yang disediakan bank syariah yang dalam pelaksanaan produknya berpedoman 6 Abdul Haq, et al, Formulasi Nalar Fiqh Telaah Kaidah Fiqh Konseptual, (Surabaya: Khalista, 2006), 237. 7 Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), 84-85.

65 pada fatwa tersebut. Dalam penerapan fatwa DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah pada produk pembiayaan Talangan Haji di BRI Syariah, jika diamati dari sisi masḷahạh dan mafsadahnya produk pembiayaan dana talangan haji BRI Syariah tersebut sisi mafsadahnya jauh lebih besar dari masḷahạh yang ditimbulkan. Meskipun pada mulanya, pembentukan produk ini bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat. Namun kenyataan yang ada dilapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan produk talangan haji ini masih menimbulkan banyak risiko atau dampak negatif, di antaranya: a. Makna istit}a> ah menjadi kabur, karena pada dasarnya salah satu syarat kewajiban berhaji memang ditujukan kepada orang yang mampu secara finansial. Bagi nasabah talangan haji bisa dikategorikan mampu secara finansial jika ia mampu melunasi pembiayaan hajinya. Namun karena pihak BRI Syariah tidak mempunyai kriteria khusus dalam menentukan calon nasabah yang berhak menerima dana talangan haji tersebut, maka masih terdapat banyak nasabah yang menunggak pembiayaannya akibat tidak mampu melunasi pembiayaan talangan haji tepat pada waktunya. b. Dengan adanya produk talangan haji ini meningkatkan minat umat Islam untuk segera mendaftarkan dirinya untuk melakukan ibadah haji. Akibatnya, calon jamaah haji Indonesia semakin membludak setiap tahunnya, seiring dengan kemudahan yang ditawarkan oleh perbakan syariah dalam produk talangan haji.

66 Hal ini berdampak kepada semakin panjangnya daftar antrian untuk dapat berangkat menunaikan ibadah haji. Antrian panjang ini tidak hanya dirasakan oleh nasabah talangan haji saja, tetapi juga nasabah tabungan haji serta umat Islam yang memang dikategorikan sudah mampu atau layak untuk dapat memnunaikan ibadah haji. Oleh karena itu produk pembiayaan talangan haji yang dimiliki BRI Syariah termasuk produk yang haram, sebab menimbulkan mafsadah yang sangat besar. Maka dari itu pihak bank BRI Syariah Sidoarjo harus menutup produk talangan hajinya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan produk ini dapat dijalankan lagi, jika keadaan antrian keberangkatan haji sudah stabil dan pihak BRI Syariah memperbaiki ulang sistem kerja produk pembiayaan talangan haji sesuai dengan dengan tujuan syariah untuk mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.