PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI

dokumen-dokumen yang mirip
EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN GIANYAR

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang

PERKEMBANGAN ASAS PARTISIPASI DALAM PERATURAN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN DPRD BALI TERHADAP PELESTARIAN WARISAN BUDAYA DI BALI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

AKIBAT HUKUM PELANGGARAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Negara Republik Indonesia. sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MELINDUNGI KEBERADAAN AIR TANAH DI KOTA DENPASAR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA TANPA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

PENGATURAN PENYUSUNAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan. bahwa :

BAB IV MATERI MUATAN PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DALAM KOTA BENGKULU

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

PENGATURAN KEWENANGAN DESA DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

- 1 - TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH

NOTULA KEGIATAN IMPLEMENTASI PERANGKATPEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. Negara hukum adalah negara. yang berlandaskan hukum dan keadilan bagi warganya.

PENGAWASAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN PERUNDANG- UNDANGAN (KAJIAN POLITIK HUKUM)

KEWENANGAN BEBAS (FREIES ERMESSEN) DALAM KEBIJAKAN KARTU INDONESIA SEHAT DITINJAU DARI SISTEM ADMINISTRASI DI INDONESIA

KEDUDUKAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA SEBAGAI LEMBAGA PENGELOLA KEPEGAWAIAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, 1 tidak berdasarkan kekuasaan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 Pasal 105 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 2 Salinan Putusan nomor 0791/ Pdt.G/2014/PA.Kab.Mlg, h. 4.

TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TERHADAP PERLINDUNGAN DISABILITAS

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGATURAN MENGENAI PENGENDALIAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN A DI KOTA DENPASAR

PENGAWASAN APARATUR NEGARA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG MEMUNGUT BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

PERAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN OBJEK WISATA

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DENPASAR TERHADAP PENJABARAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG APBD

PENGATURAN TOLOK UKUR SYARAT CALON KEPALA DAERAH DARI PARTAI POLITIK DAN PERSEORANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

SEKRETARIS DESA DALAM PEMERINTAHAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

PROBLEMATIKA CALON INDEPENDEN DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH Oleh : Ni Putu Eka Martini AR Ibrahim R. Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan,

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008

Oleh: Riki Ardiansyah A.A Ketut Sukranatha Progam Kekhususan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

I Ketut Partha Cahyadi I Made Arya Utama Kadek Sarna. Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan peraturan perundang-undangan (statutory approach) yaitu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BATASAN PEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE/GUNTAI

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

III. METODE PENELITIAN

KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING BIDANG AKOMODASI PARIWISATA DI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum. 1 Maka dari itu semua aspek kehidupan

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN MODAL VENTURA (VENTURE CAPITAL COMPANY) DALAM HAL PERUSAHAAN PASANGAN USAHA MENGALAMI PAILIT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH YANG BERASAL DARI GUBERNUR

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

Transkripsi:

PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI Oleh I Nyoman Yatna Dwipayana Genta I Made Sarjana Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper is titled "Regulation of Local Wisdom with regard to Provincial Act of Bali Number 2 Year 2012 about Bali Cultural Tourism" with using normative legal methods. Problem which is brought as matter in this paper is in connection with the foundation to the consideration of Provincial Act of Bali Number 2 Year 2012 as well as its regulation. According to its analysis, Tri Hita Karana is found to be the foundation to actualize of Balinese Tourism which further affirmed as a norm in the substance of the above mentioned Act. Keywords : Local Wisdom, Provincial Act, Cultural Tourism, Tri Hita Karana ABSTRAK Makalah ini berjudul Pengaturan Kearifan Lokal dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Permasalahan yang dijadikan bahan dari makalah ini menyangkut dasar pertimbangan pengaturan kearifan lokal di dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 serta bentuk pengaturannya. Berdasarkan atas penganalisaannya, ditemukan bahwa konsep Tri Hita Karana merupakan landasan untuk mengaktualisasikan kepariwisataan di Bali yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk norma sebagai substansi materi muatan dari Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012. Kata Kunci I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG : Kearifan Lokal, Peraturan Daerah Provinsi, Kepariwisataan Budaya, Tri Hita Karana Kearifan lokal atau local wisdom, di dalam disiplin ilmu antropologi hukum dikenal sebagai local genius. Local genius sendiri merupakan istilah yang pada awal mulanya dikenalkan oleh Quaritch Wales. 1 Kearifan lokal diartikan sebagai gagasangagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. 2 Peraturan Daerah Provinsi yang kemudian disebut dengan Perda Provinsi berdasarkan Pasal 1 ayat (7) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan 1 Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Pustaka Jaya, Jakarta, hal. 18-19. 2 Sartini, 2004, Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat, Jurnal Filsafat, hal. 111. 1

Perundang-undangan diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh legislatif tingkat daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Pembentukan Perda ditujukan sebagai suatu pedoman di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berdasarkan konsideran menimbang huruf b UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa pemerintahan daerah di dalam penyelenggaraannya ditujukan guna percepatan kesejahteraan masyarakat dengan berlandaskan prinsip kekhasan suatu daerah di dalam kerangka sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai suatu pedoman tentunya Perda harus dibuat dengan sebaik mungkin sehingga diharapkan suatu Perda dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat maupun wilayah yang diaturnya dengan berlandaskan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat maupun wilayah yang harus diakomodir oleh Perda sebagaimana dimaksud di atas diantaranya menyangkut pula mengenai kearifan lokal. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan kajian mengenai pengaturan kearifan lokal di dalam suatu Perda, khususnya di dalam Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya. 1.2 TUJUAN a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan pengaturan kearifan lokal di dalam Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya. b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pengaturan kearifan lokal di dalam Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian hukum normatif dengan mengkaji norma-norma dan bahan hukum yang terkait dengan permasalahan penelitian. Adapun sumber bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum primer yang dikaji salah satunya Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya yang dalam penelitian hukum normative termasuk dalam pendekatan Undang-Undang (statute approach). 3 3 Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, cetakan ke-11, Jakarta, Kencana, hal. 93. 2

Sedangkan bahan hukum sekundernya berupa buku-buku, jurnal, karya tulis, kamus dan ensiklopedi hukum, dan juga internet dengan menyebut nama situsnya. 4 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Dasar Pertimbangan Pengaturan Kearifan Lokal Dalam Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 Sebagai suatu pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah maka Perda haruslah dibuat dengan baik sesuai dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik. Berdasarkan Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik meliputi kejelasan tujuan; kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; dapat dilaksanakan; kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan; dan keterbukaan. Menyangkut dasar pertimbangan dimasukannya kearifan lokal (local wisdom) ke dalam Perda, bahwa : a. Secara filosofis, pengaturan kepariwisataan harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dikaitkan dengan isi Pasal 18 b Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, salah satunya nilainilai yang ada dalam masyarakat, pada dasarnya juga disebut budaya masyarakat. Hal ini selaras dengan pernyataan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan begitupun sebaliknya. 5 Demikian juga dengan di Bali dimana budaya yang dimaksud dalam kepariwisataan budaya Bali adalah kebudayaan yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan didalamnya mengandung unsur kearifan lokal, dalam hal ini falsafah Tri Hita Karana adalah potensi utamanya. b. Secara yuridis, merujuk pada Pasal 236 Ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa suatu Perda dapat berisikan materi muatan lokal, dalam hal ini juga local wisdom didalamnya. Kemudian disebutkan pula dalam Pasal 5 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bahwa kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi kearifan lokal. c. Secara sosiologis, adanya konsep-konsep kearifan lokal di Bali yang perlu dikaitkan dengan pengaturan kepariwisataan Bali sebagai pedomannya. Sebagai contoh, bahwa konsep Tri Hita Karana dijadikan sebagai landasan untuk mengaktualisasikan 4 Anonim, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hal. 76. 5 Soerjono Soekanto, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali, hal. 154. 3

kepariwisataan di Bali. Penerapan Tri Hita Karana sendiri di dalam kehidupan umat Hindu dituangkan melalui : 1) Hubungan antara manusia dengan Tuhannya (Parhyangan) yang diwujudkan dengan Dewa yadnya. 2) Hubungan antara manusia dengan sesamanya (Pawongan) yang diwujudkan dengan Pitra, Resi dan Manusia yadnya. 3) Hubungan manusia dengan alam lingkungannya (Palemahan) yang diwujudkan dengan Bhuta yadnya. 6 2.2.2 Bentuk Pengaturan Kearifan Lokal Dalam Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 Bentuk pengaturan kearifan lokal di dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya dapat dilihat pada beberapa substansi dari Perda ini, antara lain : a. Dalam Pasal 1 Angka 14 yang secara nyata menerangkan bahwa kepariwisataan Bali yang berlandaskan budaya setempat merupakan kepariwisataan yang dijiwai ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Bali. b. Dalam Pasal 1 Angka 15 dijelaskan bahwa Tri Hita Karana terdiri dari hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya demi keharmonisan dan keseimbangan bersama. c. Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan Bali didasarkan atas beberapa asas dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana. d. Dalam Pasal 8 ayat (2) dikatakan bahwa usaha pariwisata yang dilakukan harus bercirikan budaya Bali, yang harus bercerminkan Tri Hita Karana sebagai kearifan lokal. e. Dalam Pasal 11 Huruf (a) dinyatakan bahwa pembangunan destinasi pariwisata yang dilakukan harus memperhatikan unsur kearifan lokal berdasarkan kepercayaan masyarakat salah satunya falsafah Tri Hita Karana. f. Dalam Pasal 27 ayat (4) Huruf (a) ditentukan bahwa wajib hukumnya bagi pengelola daya tarik wisata untuk memelihara dan mengembangkan serta 6 Yayasan Bali Galang, 2015, Himpunan Keputusan Seminar: Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu, http://www.babadbali.com, diakses tanggal 15 Mei 2015. 4

dapat juga mempromosikan produk dan daya tarik wisata berdasarkan atas kearifan lokal setempat dalam hal ini falsafah hidup Tri Hita Karana. III. KESIMPULAN Berdasarkan atas uraian kajian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur kearifan lokal memiliki dasar pertimbangan yang kuat untuk dimasukkan ke dalam materi muatan Perda, dalam hal ini Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya. Dikatakan cukup kuat karena memiliki landasan berpikir, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. Beranjak dari hal tersebut maka dalam Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 diatur didalam materi muatannya beberapa hal mengenai kearifan lokal, seperti pengaturan tentang penyelenggaran kepariwisataan, usaha pariwisata, pembangunan destinasi pariwisata, pengembangan produk dan daya tarik wisata harus bercirikan budaya Bali. DAFTAR PUSTAKA Buku : Anonim, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar. Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Pustaka Jaya, Jakarta. Marzuki Peter Mahmud, 2011, Penelitian Hukum, cetakan ke-11, Jakarta, Kencana. Sartini, 2004, Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat, Jurnal Filsafat. Soekanto Soerjono, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali. Internet : Yayasan Bali Galang, 2015, Himpunan Keputusan Seminar: Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu, http://www.babadbali.com, diakses tanggal 15 Mei 2015. Peraturan Perundang-Undangan : Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587. 5