Bab IV Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Hasil dan Pembahasan

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN DEBU TERHADAP NILAI FEV 1.0 PEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PT. X TESIS

Bab III Metodologi Penelitian

Bab IV Metodologi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

Bandung 1 dan 2 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

OP-005 ANALISIS KONSENTRASI KRISTAL SILIKA TERINHALASI DI LINGKUNGAN KERJA PANDAI BESI DESA MEKARMAJU, KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1985 T E N T A N G KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMAKAIAN ASBES

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

Daftar Pustaka. American Lung Association (2007), Air Quality, Januari 2008.

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DEBU MENGGUNAKAN PERSONAL DUST SAMPLER (PDS)

BAB IV DATA DAN ANALISIS

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

ANALISIS KONSENTRASI PARTICULATE MATTER 10 (PM10) PADA UDARA DILUAR RUANG (STUDI KASUS : STASIUN TAWANG - SEMARANG)

IDENTIFIKASI KADAR DEBU DI LINGKUNGAN KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF PERNAFASAN TENAGA KERJA BAGIAN FINISH MILL

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

Metoda pengukuran kadar debu respirabel di udara tempat kerja secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

ANALISA PERBANDINGAN OLI BERBAHAN DASAR PETROLEUM DENGAN OLI BERBAHAN DASAR NABATI DALAM MENGURANGI TINGKAT KEAUSAN

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bensin diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Produk minyak bumi

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Area Produksi Industri Kayu

Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida (H 2 S) pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Tahun 2016

Perancangan Dust Collector System untuk Proses Buffing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

BAB III METODE PENELITIAN

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) NON KONTAINER DI IPC TPK KOTA PONTIANAK

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS. keselamatan kerja yaitu : (1) lingkungan kerja, (2) pekerjaan, dan (3) manajemen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha


BAB III. METODE PENELITIAN

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI PT. ARUMBAI KASEMBADAN, BANYUMAS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedungkandang. Waktu pelaksanaan April 2017.

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

Transkripsi:

Bab IV Metodologi Penelitian 4.1 Alur Penelitian Secara umum alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1: PENDAHULUAN Survei Tempat Penelitian Proses Kerja Jumlah Pekerja Kondisi Ruang Kerja PENGUMPULAN DATA Data Primer Penyebaran Kuesioner/Wawancara Pengukuran FEV 1.0 Pengukuran Respirable Dust Data Sekunder Profil Perusahaan Lay Out Area PENGOLAHAN DATA Menghitung Kesepadanan Antar Kedua Kelompok Menentukan Indeks Bahaya Mengevaluasi Pajanan Membuat Kurva Dosis-Respon Mengkarakterisasi Risiko KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian 35

4.2 Studi Pendahuluan 4.2.1 Survei Tempat Penelitian Survei tempat penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik di lapangan. Hal yang diamati selama survei antara lain jumlah pekerja, proses kerja yang berlangsung pada setiap unit, serta kondisi ruang kerja. 4.3 Pengumpulan Data Data dikumpulkan dari dua kelompok pekerja yang terdiri dari 60 orang, yaitu pekerja yang terpajan debu dan tidak terpajan debu masing-masing berjumlah 30 orang. Sampling dilakukan dengan metode purposive sampling dengan asumsi bahwa sampel yang dimasukan dalam penelitian, telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Wadjdi, 2008). Sampel yang dimasukan dalam penelitian ini adalah laki-laki berusia 20-60 tahun, telah bekerja minimal 2 tahun di bagian bengkel yang sama (khusus kelompok terpajan) serta mampu melakukan uji paruparu. Tidak dimasukan ke dalam penelitian ini jika terdapat pekerja dengan riwayat pekerjaan yang mengandung bahaya debu silika di tempat kerjanya terdahulu, seperti pengecoran logam, pabrik semen, tukang las, dan pekerjaan lain yang dapat mempengaruhi uji fungsi paru-paru yang akan dinilai (Yunus, 1996). 4.3.1 Pengumpulan Data Primer 4.3.1.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: spirometer merek Autospiro AS 500 Minato, mouth piece merek Minato dengan diameter 25 mm, termometer ruangan, termometer badan digital, hygrometer, barometer, personal sampling pump, filter membran MCE (Mixed Cellulose Esters) merek millipore berdiameter 25 mm dengan diameter pori 5μm, wadah kertas saring, timbangan analitis merek Mettler Toledo, silica gel, timbangan badan dan alat ukur tinggi badan. 4.3.1.2 Kuesioner Pemberian kuesioner dilaksanakan untuk mendapatkan atribut pekerja yang keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki meliputi usia, kebiasaan merokok, 36

lamanya pajanan, dan parameter lain seperti tingkat pendidikan, kebiasaan berolahraga dan riwayat penyakit yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada tahap ini parameter yang dapat mempengaruhi nilai FEV 1.0, seperti ras, ketinggian tempat dan posisi tubuh pada saat pengukuran tidak diperhitungkan. Hal ini disebabkan kedua kelompok pekerja diasumsikan memiliki ras yang sama serta diukur pada ketinggian tempat dan posisi tubuh yang sama. 4.3.1.3 Pengukuran FEV 1.0 Uji fungsi paru-paru dilakukan dengan menggunakan spirometer yang biasa digunakan di Laboratorium Higiene Industri dan Toksikologi FTSL ITB. Pada tes ini parameter yang diamati adalah FEV 1.0. Menurut Pringadi (1992), parameter FEV 1.0 ini tidak terpengaruh oleh usaha seseorang dan relatif tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat pengukuran. Sebelum dilakukan pengukuran FEV 1.0, setiap pekerja yang diikutsertakan dalam penelitian diukur tinggi dan berat badannya terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan pengukuran FEV 1.0 sebanyak tiga kali sehingga ditemukan hasil maksimal. Untuk mendapatkan nilai FEV 1.0 paru-paru (V BTPS ), nilai volume udara yang didapatkan dari spirometer (V ATPS ) kemudian dikonversi berdasarkan Persamaan 2.4. Berdasarkan Persamaan 2.4, maka diperlukan pengukuran tambahan terhadap volume gas pada spirometer, temperatur ruangan, temperatur tubuh dan tekanan barometrik pada saat pengukuran. Sebelum dan saat melakukan pengukuran FEV 1.0 seluruh subjek diberikan motivasi agar dapat melakukan tes ini dengan baik. 4.3.1.4 Pengukuran Debu Yang Terhirup (Respirable Dust) Pengukuran debu yang terhirup dilakukan dengan menggunakan personal sampling pump. Alat ini menghisap debu, kuantifikasi dilakukan secara gravimetri. Pengambilan sampel dilakukan selama jam kerja dengan cara menempelkan alat tersebut ke pakaian pekerja sehingga ujungnya terletak pada breathing zone (Gambar 4.1). 37

Gambar 4.1 Ilustrasi Pemasangan Personal Sampling Pump pada Pekerja 4.3.2 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain profil perusahaan PT. X, lay out area, kondisi lingkungan kerja yang dapat digunakan sebagai pendukung untuk hasil data primer. 4.4 Pengolahan Data 4.4.1 Menghitung Kesepadanan Antara Kedua Kelompok Langkah pertama dalam pengolahan data yaitu dengan menghitung nilai kesepadanan antara kelompok terpajan dan tidak terpajan debu. Penghitungan nilai kesepadanan dilakukan dengan cara membandingkan atribut kedua kelompok meliputi kebiasaan merokok, tinggi badan, berat badan, lamanya pajanan, usia dengan menggunakan Analysis of Variance (Koo et al., 2000). Jika perbedaan diantara kedua kelompok tersebut tidak signifikan, maka pengolahan data dilanjutkan dengan penghitungan indeks bahaya. 4.4.2 Menghitung Indeks Bahaya Indeks bahaya dihitung dengan menentukan HQ (Hazard Quotient) terlebih dahulu. Hazard Quotient dapat diperoleh dengan Persamaan 4.1 (Soemirat, 2000), yaitu: 38

HQ = ADD RfD dimana, HQ = Hazard Quotient ADD = Dosis rata-rata per hari RfD = Nilai Ambang Batas (NAB) (4.1) Nilai ADD didapatkan melalui pengukuran partikel debu yang terhirup oleh pekerja dengan menggunakan personal sampling pump. Nilai ADD diperoleh dengan mengunakan Persamaan 4.2 (USEPA, 1989): ADD (mg/kg.hari) = CA x IR x ET x EF x ED BW x AT (4.2) dimana, CA = Konsentrasi Kontaminan di Udara (mg/m 3 ) IR = Rata-rata Inhalasi (m 3 /jam) ET = Waktu Pajanan (jam/hari) EF = Frekuensi Pajanan (hari/tahun) ED = Durasi Pajanan (tahun) BW = Berat Badan (kg) AT = Waktu Rata-rata (ED x 365 hari/tahun) Konsentrasi debu (mg/m 3 ) yang dianggap sebagai RfD didapatkan dengan Persamaan 2.2. Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk menentukan konsentrasi silika bebas dalam debu, diperlukan analisis dengan metode XRD (X- Ray Diffraction) untuk mendapatkan persentase silika bebas (SiO 2 ) dalam debu. Setelah mendapatkan nilai HQ, langkah selanjutnya adalah menentukan indeks bahaya berdasarkan Persamaan 4.3 (Soemirat, 2000): dimana, HI = Indeks Bahaya HQ = Hazard Quotient (4.3) 39

Tujuan menghitung indeks bahaya adalah untuk mendapatkan informasi apakah debu yang terdapat di PT. X dapat membahayakan kesehatan pekerja. Suatu kontaminan dinyatakan berbahaya terhadap seseorang jika memiliki HI > 1 (Gratt, 1996). Jika terbukti debu tersebut berbahaya terhadap kesehatan maka perlu ditindak lanjuti dengan evaluasi pajanan dan evaluasi kurva dosis respon. 4.4.3 Evaluasi Pajanan Evaluasi pajanan merupakan proses untuk mengidentifikasi populasi terpajan, mengidentifikasi jalur pajanan yang potensial dan memperkirakan intake berupa konsentrasi debu yang terhirup yang masuk ke dalam tubuh. Analisis pajanan ini dilakukan dengan metode deskriptif dan bertujuan untuk mengevaluasi pajanan debu terhadap pekerja dengan memperhatikan frekuensi dan durasi. 4.4.4 Evaluasi Dosis-Respon Pembuatan kurva dosis respon bertujuan untuk melihat hubungan yang konsisten antara dosis debu yang terhirup dan respon pekerja yang terpajan berupa volume FEV 1.0. Pada tahap ini dilakukan perbandingan antara dosis yang masuk dengan respon pekerja untuk setiap aktivitas kerja yang berbahaya. 4.4.5 Karakterisasi Risiko Karakterisasi risiko dilakukan dengan menentukan risiko pajanan debu terhadap fungsi paru-paru pekerja. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap populasi penelitian, indeks bahaya, pajanan dan dosis-respon secara deskriptif dengan membandingkan hasil tersebut dengan literatur terkait. Risiko dinyatakan sebagai risiko relatif (RR). Pada penelitian ini penentuan RR dinyatakan dengan menggunakan Persamaan 2.5. 40