: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN ABDULRACHMAN SALEH, BANDUNG

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. JUNJUNAN, BANDUNG

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

STUDI WAKTU PERJALANAN DAN TUNDAAN PADA RUAS JALAN DR. SETIABUDI

HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME, KERAPATAN LALU LINTAS DENGAN METODE GREENSHIELDS PADA RUAS JALAN DR. DJUNDJUNAN BANDUNG

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (http :// 6 Maret 2013)

BAB III METODOLOGI Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan

ANALISIS HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME, DAN KERAPATAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIR KOJA BANDUNG

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

PENGARUH DELMAN TERHADAP KELANCARAN LALU LINTAS DI JALAN GUNUNG BATU BANDUNG

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bagan alir untuk penulisan tugas akhir ini terdiri dari : Mulai. Studi Pustaka. Idintifikasi Masalah.

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kawasan Jalan Teuku Umar Kota

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu Penelitian yaitu pada jam-jam sibuk sekitar jam 06:00 sampai jam

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

BAB V ANALISIS 5.1 Umum 5.2 Analisis Statistik untuk Uji Kecukupan Data

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dijabarkan dalam sebuah bagan diagram alir seperti gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ruas jalan harus memiliki hambatan berupa penyempitan jalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal di bawah ini :

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

STUDI VOLUME, KECEPATAN, KERAPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIRKOJA, BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENUTUPAN JALAN CIPAGANTI TERHADAP KINERJA JALAN YANG ADA DISEKITARNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data hasil pengamatan dari studi kasus Jalan Ngasem Yogyakarta

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME, DAN KERAPATAN LALU LINTAS AKIBAT KONDISI PERMUKAAN JALAN

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mulai PENGUMPULAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH PERLINTASAN SEBIDANG JALAN DENGAN REL KERETA API TERHADAP KARAKTERISTIK LALULINTAS

ANALISIS PENGARUH PENYEMPITAN JALUR JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN DR.DJUNJUNAN BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

BAB III LANDASAN TEORI

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

Gambar 2.1 Rambu yield

ANALISIS GAP KRITIS PADA PERSIMPANGAN TIGA JALAN ASIA AFRIKA DAN JALAN BRAGA BANDUNG

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Bab IV Penyajian Data IV.1 Data Geometrik Jalan Ruas jalan dan perlintasan kereta api yang menjadi lokasi penelitian merupakan akses masuk dan keluar Kota Surakarta, terdiri dari 4 lajur 2 arah dan terbagi dengan pemisah median. Penelitian difokuskan pada ruas barat, yaitu pergerakan dari arah barat ke timur. Adapun data geometrik lokasi penelitian : - Jumlah lajur : 2 lajur - Lebar lajur : 3,5 m - Lebar median : 1 m - Rumble strips Lebar Jumlah Jarak antara Tinggi : 30 cm : 5 buah : 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) : 3 cm Lajur Luar 3,5 M Lajur Dalam 3,5 M Median Kerb Perkerasan Jalan 7 M 1 M 7 M 2 M Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 57

IV.2 Data Arus Lalu Lintas Arus lalu lintas yang melewati lokasi pengamatan 1 dan lokasi pengamatan 2, dicatat berdasarkan jenis kendaraan dengan interval waktu 5 menit. Data ini kemudian dikonversikan ke dalam satuan mobil penumpang sesuai dengan faktor konversi untuk tiap jenis kendaraan pada Tabel II.2. Data dibedakan berdasarkan lokasi pengamatan, jam pengamatan, dan posisi lajur. Selengkapnya hasil survei data arus lalu lintas dapat dilihat pada Lampiran A. Fluktuasi arus lalu lintas yang melewati lokasi pengamatan dapat dilihat pada Gambar IV.2 sampai dengan Gambar IV. 5, sedangkan komposisi kendaraan untuk tiap lokasi pengamatan dapat dilihat pada Gambar IV.6 dan Gambar IV.7. Dari Gambar IV.2 sampai Gambar IV.5 dapat dilihat bahwa arus yang melewati dua titik pengamatan berfluktuasi atau nilainya bervariasi dalam selang waktu pengamatan 5 menitan. Hal ini menggambarkan kondisi arus yang selalu berubah dalam waktu yang singkat. Rentang nilai arus pada lokasi pengamatan 1 berkisar antara 9 98 smp untuk lajur luar, 9 74,5 smp untuk lajur dalam dan 19,5 148,25 smp untuk lajur luar dan dalam. Sedangkan pada lokasi pengamatan 2 jumlah arus yang lewat dalam interval 5 menit berkisar antara 12,5 84 smp untuk lajur luar dan 15,25-66,75 smp untuk lajur dalam. Dari Gambar IV.6 dan Gambar IV.7 terlihat bahwa prosentase terbesar jenis kendaraan yang lewat baik pada lajur luar maupun dalam didominasi oleh sepeda motor, setelah itu kendaraan ringan, dan yang paling sedikit adalah kendaraan berat. Pada lokasi pengamatan 1 prosentase sepeda motor mencapai 89,92 % untuk lajur luar dan 50,08% untuk lajur dalam. Sedangkan pada lokasi pengamatan 2 mencapai 89,22% untuk lajur luar dan 75,69% untuk lajur dalam. Sehingga, dalam pengambilan data sampel waktu tempuh prosentase sepeda motor lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya dan kecepatan rata-rata ruang yang terjadi lebih dominan dipengaruhi oleh kecepatan rata-rata waktu dari sepeda motor. 58

100 90 80 70 Arus (smp) 50 40 30 20 10 0 06.00-06.05 07.55-08.00 12.00-12.05 13.55-14.00 16.00-16.05 17.55-18.00 Waktu Gambar IV.2 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Pada Lokasi Pengamatan 1 Lajur Luar 100 90 80 70 Arus (smp) 50 40 30 20 10 0 06.00-06.05 07.55-08.00 12.00-12.05 Waktu 13.55-14.00 16.00-16.05 17.55-18.00 Gambar IV.3 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Pada Lokasi Pengamatan 1 Lajur Dalam 59

100 90 80 70 Arus (smp) 50 40 30 20 10 0 06.00-06.05 07.55-08.00 12.00-12.05 13.55-14.00 16.00-16.05 17.55-18.00 Waktu Gambar IV.4 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Pada Lokasi Pengamatan 2 Lajur Luar 100 90 80 70 Arus (smp) 50 40 30 20 10 0 06.00-06.05 07.55-08.00 12.00-12.05 Waktu Gambar IV.5 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Pada Lokasi Pengamatan 2 Lajur Dalam 13.55-14.00 16.00-16.05 17.55-18.00

LV 8.58% HV 1.59% LV 45.88% HV 2.04% MC 89.82% MC 52.08% (a) Lajur Luar (b) Lajur Dalam Gambar IV.6 Komposisi Kendaraan Pada Lokasi Pengamatan 1 LV 22.20% HV 1.84% LV 9.23% HV 1.55% MC 75.96% MC 89.22% (a) Lajur Luar (b) Lajur Dalam Gambar IV.7 Komposisi Kendaraan Pada Lokasi Pengamatan 2 IV.3 Data Kecepatan Kendaraan Data kecepatan didapatkan dengan mencatat waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk melewati jarak tertentu kemudian dibagi dengan panjang jarak tersebut. Dari survai pendahuluan didapatkan kecepatan rata-rata kendaraan < 40 km/jam sehingga berdasarkan Tabel II.1 panjang lintasan pengamatan yang dianjurkan adalah 30 m. Hasil selengkapnya data waktu tempuh kendaraan dapat dilihat pada Lampiran C. Pengambilan data kecepatan ini dilakukan untuk semua jenis kendaraan yaitu MC, LV, dan HV. Sebelum melakukan perhitungan kecepatan rata-rata waktu dan kecepatan rata-rata ruang, dilakukan perhitungan jumlah sampel minimum 61

yang dibutuhkan untuk masing-masing interval 5 menit pengamatan. Besarnya jumlah sampel minimum dapat dicari dengan memakai persamaan II.66, dalam hal ini kita memakai tingkat kepercayaan 95%. Dari Tabel II.7 didapatkan nilai t = 1,96. Nilai simpangan baku bisa kita tetapkan berdasarkan data penelitian sebelumnya, tetapi apabila tidak terdapat data awal maka nilai simpangan baku sampel untuk jenis jalan yang sesuai dapat diambil dari Tabel II.8. Untuk jalan perkotaan (urban) dan 4 lajur nilai simpangan bakunya sebesar 4,9 mil/jam atau sekitar 7,89 km/jam. Apabila dari perhitungan jumlah sampel minimum yang didapat lebih kecil dari 30 maka dipakai jumlah sampel = 30. Setelah jumlah minimum sampel didapatkan, maka jumlah sampel untuk tiap jenis kendaraan dilakukan dengan menghitung proporsi besarnya jumlah kendaraan tersebut yang lewat pada interval 5 menit dibagi dengan total jumlah kendaraan yang lewat pada 5 menit yang sama dikali dengan jumlah sampel yang akan digunakan. Untuk jumlah total kendaraan dalam interval waktu 5 menit yang kurang dari 30 maka perhitungan dilakukan untuk semua kendaraan tersebut. Jika dalam satu interval tidak terdapat satu jenis kendaraan yang lewat maka tidak diambil sampel terhadap jenis kendaraan ini dan apabila dari perhitungan proporsi ternyata kurang dari 1 maka sampel tetap diambil dengan jumlah data 1. Jika jumlah data kurang dari jumlah sampel minimum maka dilakukan perhitungan bagi semua data. Selanjutnya data jumlah sampel minimum dapat dilihat pada Lampiran B. Setelah itu baru dilakukan perhitungan kecepatan setempat dan kecepatan rata-rata ruangnya dengan menggunakan persamaan II.1 dan II.2. Besarnya simpangan baku kecepatan rata-rata waktu yang terjadi harus simpangan baku pada Tabel II.8 untuk jenis jalan yang sesuai. Data perhitungan kecepatan dapat dilihat pada Lampiran D. IV.4 Perhitungan Kerapatan Kerapatan dapat dihitung dari dua parameter yaitu arus (V) dan kecepatan ( U ), dimana kerapatan merupakan hasil bagi antara arus dan kecepatan. sr 62

IV.5 Data Waktu dan Lama Penutupan Pintu Perlintasan Waktu dan lamanya penutupan pintu perlintasan diketahui dengan mengamati hasil rekaman video pada lokasi pengamatan 1. Perhitungan penutupan pintu dimulai saat pintu berada pada posisi 45 dari arah vertikal sampai pintu terbuka 45 dari arah horisontal. Selanjutnya data waktu dan lama penutupan pintu perlintasan dapat dilihat pada Tabel IV.1. Tabel IV.1 Data Waktu dan Lama Penutupan Pintu Perlintasan Waktu pintu ditutup Lama penutupan No Keterangan Awal Akhir (detik) 1 6:16:38 6:17:47 69 KA Kahuripan 2 6:52:26 6:53:51 64.98 KA Pramex 3 7:21:53 7:22:56 63 KA Pramex 4 7:46:35 7:48:03 88.02 KA Pramex 5 12:05:18 12:06:31 73.02 KA Logawa 6 12:09:42 12:11:44 121.98 Kereta BBM 7 12:22:41 12:24:29 108 Kereta barang dan KA Pramex 8 12:47:29 12:48:54 85.02 Lokomotif 9 12:50:21 12:53:41 199.98 Kereta BBM 10 13:13:22 13:14:56 108 KA Logawa 11 13:34:10 13:35:52 94.02 Kereta barang 12 13:53:42 13:55:14 91.98 KA Pramex 13 16:09:35 16:10:50 75 KA Argowilis 14 16:12:54 16:14:11 76.98 Langsir 15 16:25:41 16:26:55 73.98 KA Pramex 16 16:45:46 16:47:00 73.98 KA Logawa 17 16:57:12 16:58:15 63 KA Pramex 18 17:05:11 17:08:19 187.98 KA Pasundan dan KA Lodaya 19 17:13:23 17:14:18 55.02 KA Pramex 20 17:24:09 17:24:45 36 Langsir 21 17:30:33 17:31:58 85.02 KA Pramex Dari Tabel IV.1 dapat diketahui bahwa pada periode pengamatan 06:00 08:00 terdapat 4 kali penutupan pintu, pada periode 12:00 14:00 terdapat 8 kali penutupan dan periode waktu 16:00 18:00 terdapat 9 kali penutupan pintu perlintasan. Sehingga total penutupan yang teramati pada saat survai adalah 63

sebanyak 21 kali penutupan. Frekuensi penutupan yang tinggi pada saat kondisi arus lalu lintas juga tinggi menyebabkan timbulnya kerugian berupa hilangnya waktu akibat tundaan dan antrian. Waktu penutupan yang besar mengakibatkan wantu antrian yang lama yang menimbulkan kerugian waktu dan pencemaran udara dari emisi gas buang kendaraan. 64