1. Metode dan Teknik Penyediaan Data dalam Penelitian Dialektologi. mengamati, menjelaskan, dan menganalisis suatu fenomena atau data.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA. Wahya*

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB III METODE PENELITIAN

Rendi Rismanto* ABSTRAK

ISTILAH ALAT TEKNOLOGI TRADISIONAL PERTANIAN SAWAH Sunda WULUKU BAJAK DAN PERSEBARANNYA SECARA GEOGRAFIS

BAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus perhitungan tingkat kekerabatan serta usia bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

K A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah. Nama mata kuliah : Linguistik Komparatif Kode Mata Kuliah : IN419

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

PERUBAHAN LEKSIKAL PARSIAL DALAM BAHASA SUNDA BOGOR: TINJAUAN DATA LINGUAL DALAM PERSPEKTIF GEOGRAFIS 1) Oleh Wa\hya 2(

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman bahasa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. diapit oleh dua bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu Jawa dan Sunda, sedikit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

PERBEDAAN STATUS DIALEK GEOGRAFIS BAHASA JAWA SOLO-YOGYA (KAJIAN DIALEKTOLOGI)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

MENGENAL SEKILAS DIALEKTOLOGI: KAJIAN INTERDISIPLINER TENTANG VARIASI DAN PERUBAHAN BAHASA

MENGENAL SEKILAS DIALEKTOLOGI: KAJIAN INTERDISIPLINER TENTANG VARIASI DAN PERUBAHAN BAHASA *)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

THE LEXICAL INNOVATION OF RIAU MALAY RANTAU KUANTAN DIALECT IN KUANTAN MUDIK DISTRICT

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dialek merupakan khazanah kebudayaan suatu bangsa yang perlu dipelajari, dikaji, serta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya masing-masing. Setiap wilayah

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHASA INDONESIA; SEBUAH PIJINKAH? Restu Sukesti Balai Bahasa Yogyakarta

IHWAL TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH Oleh Agus Nero Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

PROGRAM TELEVISI SEBAGAI DATA BAHASA

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KAJIAN DIALEKTOLOGIS DAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SEBAGAI SARANA MEMETAKAN BAHASA DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR

Inovasi dan Relik pada Bahasa Jawa Subdialek Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB III METODE PENELITIAN

SILABUS. 1. Identitas Mata kuliah

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian

DESKRIPSI, SILABUS, DAN SAP

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri paling khas yang manusiawi yang membedakannya dari makhlukmakhluk

Transkripsi:

MATERI PELATIHAN PENELITIAN DIALEKTOLOG: SEPINTAS TENTANG METODE DAN TEKNIK PENYEDIAAN DAN ANALISIS DATA SERTA METODE PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA 1) Oleh Wahya 2) 1. Metode dan Teknik Penyediaan Data dalam Penelitian Dialektologi 1.1 Pendahuluan Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Djajasudarma, 1993a: 1). Penulis sendiri berpandangan bahwa berkaitan dengan penelitian, metode merupakan cara mendekati, mengamati, menjelaskan, dan menganalisis suatu fenomena atau data. Dalam mendekati dan memperlakukan data, penelitian dialektologi menggunakan metode deskriptif. Artinya, data tidak dinilai benar-salah, tetapi dipandang sebagai suatu fenomena yang utuh, apa adanya, sepanjang memenuhi kealamiahan, kesahihan, dan sejalan dengan tujuan penelitian. Mengingat penelitian dialektologi tidak hanya mengamati fenomena isolek yang ada sekarang secara sinkronis, tetapi juga melihat perkembangannya secara diakronis, pendekatan yang digunakan dialektologi bersifat pankronis, yakni menggabungkan pendekatan sinkronis dan diakronis. 1 Berikut ini akan diuraikan metode yang berkaitan dengan penyediaan data dan analisis data. 1.2 Metode dan Teknik Penyediaan Data 1.1.1 Pengertian dan Penerapan Metode penyediaan atau pengumpulan data diartikan sebagai cara menyediakan atau 1) Makalah ini disampaikan pada Pelatihan Penelitian Kebahasaan: Dialektologi pada 26 29 April 2012 di Jakarta, yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2) Staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. mengumpulkan data, sedangkan teknik penyediaanan atau pengumpulan data diartikan 1

sebagai alat yang digunakan untuk menyediakan atau mengumpulkan data. Dengan demikian, teknik penyediaan atau pengumpulan data merupakan langkah konkret metode penyediaan atau pengumpulan data. Dalam penelitian dialektologi data primer yang dikumpulkan adalah data lisan. Data ini dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode pengamatan langsung atau metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1988: 2). Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode cakap dilakukan dengan percakapan atau wawancara. Teknik yang dapat digunakan perekaman dan pencatatan. 2 Percakapan dilakukan dengan menggunakan panduan instrumen penelitian berupa daftar tanya. Pada saat percakapan dilakukan pula pencatatan dan perekaman. Percakapan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik cakap semuka atau teknik cakap tansemuka (Sudaryanto, 1993: 190) atau dapat pula menggunakan teknik cakapan terarah, bertanya langsung, bertanya taklangsung, memancing jawaban, dan pertanyaan dan jawaban berganda. (Pusat Bahasa, 2003: 41 42). Cakapan terarah dilakukan dengan cara mengajak informan membicarakan suatu masalah, dan biasanya dimulai dengan masalah yang sangat umum. Jika suasana percakapan sudah menyenangkan, percakapan kemudian diarahkan kepada masalah yang akan diteliti. Bertanya langsung digunakan untuk menanyakan masalah yang berhubungan dengan benda nyata. Bertanya taklangsung (dalam buku sumber ditulis tak langsung, tak dan langsung terpisah) digunakan untuk menutupi kekurangan pada teknik bertanya langsung. Teknik bertanya taklangsung, misalnya, digunakan untuk menanyakan konsep yang bersifat abstrak. Memancing jawaban digunakan untuk meyakinkan jawaban yang diberikan informan. Dengan teknik ini diharapkan jawaban yang sudah diberikan informan dikemukakan lagi. Pertanyaan dan jawaban berganda digunakan untuk meyakinkan jawaban yang diberikan informan, seperti halnya memancing jawaban. Dengan teknik ini, peneliti dapat mengajukan pertanyaan yang sama untuk satu 2

masalah. Teknik ini digunakan, di antaranya, untuk mengungkapkan bentuk sinonim atau leksikon yang berbeda dengan konsep sama. Wawancara untuk menjaring atau mengumpulkan data dapat sepenuhnya mengacu kepada daftar tanya. Wawancara seperti ini merupakan wawancara yang bersifat formal (Chmbers dan Trudgill, 1980: 25). Pertanyaan dapat menggunakan bahasa Indonesia jika informan memahami bahasa Indonesia, yakni dengan menyebutkan leksikon secara langsung atau tidak langsung. Untuk menanyakan suatu leksikon, pertanyaan dapat langsung dalam bentuk pertanyaan penuh atau dapat pula dalam bentuk pertanyaan tidak penuh. Dengan bentuk pertanyaan pertama, jawaban informan berdiri sendiri, sedangkan dengan bentuk pertanyaan kedua, jawaban informan melengkapi rumpang pertanyaan. Pertanyaan pertama merupakan pertanyaan penamaan, sedangkan pertanyaan kedua merupakan pertanyaan melengkapi (Chambers dan Trudgill, 1980:25). Perhatikan contoh berikut. Sesuatu yang berasa manis yang dapat ditambahkan ke dalam air teh disebut? (gula) Agar manis, air teh itu harus ditambah?(gula) Pencatatan data atau transkripsi data rekaman lazimnya dilakukan dengan teknik catat aksara (tulisan) fonetis, yakni data ditulis menggunakan tulisan fonetis. Adapun perekaman dilakukan dengan teknik rekam langsung atau rekam sadap. Pencatatan dan perekaman digunakan secara bersama-sama untuk menutupi kekurangan yang satu terhadap yang lain. 1.1.2 Sumber Data 1.1.2.1 Kriteria Sumber Data Data primer yang dikumpulkan haruslah berupa data lisan atau data yang empiris (Pilch, 1976: 24), yakni data yang dikumpulkan langsung dari lapangan. Dalam terminologi linguistik, model penelitian seperti ini merupakan penelitian empiris karena penelitian 3

dilakukan di lapangan (Chomsky, 2000: 77). 3 Dalam hal ini, data tersebut adalah data yang terdapat di titik-titik pengamatan. Data yang dikumpulkan bersumber dari informan. 4 Pendekatan seperti ini disebut metode informan atau metode kontak (Hockett dalam Samarin, 1988: 15). Penelitian yang melibatkan informan secara langsung ini disebut pula metode eksperimen (Kibrik; 1977:3). Untuk menentukan identitas isolek (istilah umum yang tidak membedakan bahasa dan dialek) dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan didasarkan pada perbandingan 100 leksikon dasar yang terdapat dalam isolek tersebut dengan bahasa baku atau bahasa umumnya yang digunakan di lokasi penelitian. 4 Dari perbandingan itu akan diperoleh hasil rata-rata kesamaan isolek di lapangan dengan bahasa baku atau bahasa yang umumnya dipakai di lapangan. Hasil penghitungan ini dapat dijadikan rujukan identitas isolek di lapangan sebagai variasi geografis atau bukan,. Asumsi bahwa isolek di lapangan sebagai variasi geografis dapat diperkuat oleh pengakuan para penutur di lapangan. 5 Apakah para penutur menganggap isolek yang dipakainya sebagai bahasa tertentu. Selama penelitian di lapangan, peneliti perlu mencermati munculnya kata serapan dari berbagai bahasa, baik karena kontak geografis maupun kontak fungsional. Sebagai ilustrasi, secara historis, bahasa Indonesia, bahasa Melayu, dan bahasa Sunda termasuk rumpun Austronesia, yakni Austronesia Barat atau Hesperonesia (Alisjahbana, 1983: 3; Ophuijsen, 1983: xxiv; Keraf, 1984: 204; Spat, 1989: 3). Dengan demikian, ketiga bahasa serumpun ini dapat digunakan dalam satu ruang geografis ketika terjadi persentuhan, yang mengakibatkan terjadinya saling serap kosakata. Untuk memperoleh kualitas data yang diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian, informan harus dipilih dengan mempertimbangkan kriteria yang, misalnya, diusulkan oleh Chambers dan Trudgill (1980; 33 35), Pusat Bahasa (2003: 39 41), Samarin (1988: 55 69), dan Djajasudarma (1993a: 24 30). Kriteria informan yang dimaksudkan adalah (1) laki-laki atau perempuan, (2) berusia antara 20 60 tahun, (3) menguasai bahasanya dengan 4

baik, (4) penutur asli setempat, (5) sehat jasmani dan rohani, (6) memiliki alat ucap yang masih lengkap, dan (6) berpendidikan. 1.1.2.2 Populasi dan Sampel Sesuai dengan jangkauan dan tujuan penelitian, perlu ditentukan populasi dan sampel atau percontoh penelitian. Populasi penelitian tentunya adalah penutur isolek di daerah penelitian. Sampel atau percontohnya adalah penutur yang tinggal di desa atau kelurahan yang kecamatannya diteliti atau kecamatan yang kota atau kabupatennya diteliti. Penentuan titik pengamatan ini dengan asumsi bahwa di sana terdapat data yang diperlukan, misalnya, jika akan meneliti terjadinya saling serap kosakata antarbahasa, titik pengamatan yang dipilih harus ada di perbatasan dua bahasa. Penentuan titik pengamatan biasanya secara geografis didasarkan pula pada arah mata angin (utara, selatan, barat, dan timur), pusat pemerintahan atau pusat budaya, desa terpencil, desa lama, dan desa baru jika di titik pengamatan tersebut benar-benar digunakan isolek yang akan diteliti. Di desa terpencil atau terisolasi dan desa lama biasanya tersimpan bentuk lama atau relik. Demikian pula di daerah kantong (enklaf). Di pusat pemerintahan atau pusat budaya biasanya tersimpan bentuk campuran atau bentuk pembaruan (inovasi). Jumlah titik pengamatan yang akan diteliti harus ditentukan sebagai sampel. Pada setiap titik pengamatan bisa diambil satu atau dua orang informan sesuai dengan keperluan. Dengan demikian, sesuai dengan jumlah titik pengamatan, jumlah informan seluruhnya akan diketahui. Hal ini perlu dicermati untuk pemberian konpensasi sehingga dana yang diperlukan untuk informan sudah dapat diperkirakan besarannya sejak awal atau sejak perancangan penelitian. 5

1.1.2.3 Instrumen Penelitian Sebagaimana disinggung sebelumnya, dalam menjaring atau mengumpulkan data digunakan daftar tanya. Daftar tanya merupakan terminologi untuk istrumen penelitian yang di dalamnya terdapat sejumlah leksikon atau satuan lingual yang lebih luas dari itu yang ditanyakan kepada informan. Daftar tanya yang digunakan dalam penelitian dialektologi di Indonesia biasanya adalah daftar tanya hasil modifikasi antara daftar tanya Swadesh, penelitian sebelumnya, dan penelitian yang akan dilakukan. Daftar tanya biasanya memuat ratusan butir pertanyaan leksikon dasar dan leksikon budaya. Kedua jenis leksikon ini digabungkan dan dipilah menurut medan makna. Berdasarkan kesamaan komponen maknanya, leksikon pada daftar tanya ini diklasifikasi atas beberapa medan makna. Medan-medan makna untuk setiap penelitian dialektologi tidak selalu sama, baik dalam hal penamaan dan jumlah medan makna maupun jumlah kosakatanya, bergantung pada tujuan penelitian, namun biasanya memuat hal-hal berikut: (1) kekerabatan, (2) kehidupan masyarakat desa, (3) rumah dan sekitarnya, (4) peralatan rumah tangga dan perlengkapan tidur, (5) tanaman dan buah-buahan, (6) binatang, (7) perkakas dan alat, (8) makanan dan minuman, (9) penyakit, (10) sifat dan rasa, (11) keadaan dan warna, (12) alam sekitar, (13) bagian tubuh, (14) aktivitas, (15) alat musik, (16) pakaian dan perhiasan, (17) bilangan, (18) kata tunjuk dan kata ganti, dan (19) kata tanya, kata ingkar, kata persetujuan. Leksikon yang ditanyakan haruslah diberi nomor urut untuk mrmudahkan pengecekan. Penentuan jenis dan jumlah leksikon dan nomor urutnya dapat saja mengacu kepada penelitian sebelumnya. Jika diperlukan, peneliti dapat memodifikasi jenis dan jumlah leksikon serta nomor urutnya. 1.1.3 Pendokumenan Data Data yang diperoleh di titik-titik pengamatan yang dicatat pada instrumen penelitian atau tersimpan pada alat rekam harus didokumenkan dengan baik. Data dari instrumen 6

penelitian harus dipindahkan ke dalam tabel kompilasi. Data yang tersimpan dalam alat rekam harus ditranskripsi ke dalam aksara fonetis. Tajuk pada tabel biasanya memuat nomor urut, glos, titik pengamatan (nama desa atau kelurahan), dan data yang diperoleh di titik pengamatan. Nomor urut disusun mulai dari nonomor 1; glos memuat kata yang ditanyakan di lapangan, glos menggunakan bahasa Indonesia; data ditulis dalam aksara fonetis. Memasukkan data ke dalam tabel harus cermat, jangan sampai terjadi kesalahan. Mintalah anggota tim untuk mengoreksi data yang dimasukkan ke dalamn tabel. Kesalahan memasukkan data ke dalam tabel mengakibatkan kesalahan pula dalam analisis. Contoh model tabel kompilasi No. Urut Glos 1 Dalam Bahasa Indonesia Dst. Titik Pengamatan dan Data Desa 1 Desa 2 Desa 3 Dst. Data Data Data Dst. 1.1.4 Klasifikasi atau Pemilahan Data Langkah penyediaan data harus sampai pada pemilahan atau klasifikasi data. Buatlah tabel khusus yang masing-masing, misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan fonetis, leksikal, morfologis, dan makna dengan mengacu kepada tabel kompilasi. Contoh model tabel khusus No Urut Glos Data/Varian Leksikon 1 Dalam Bahasa Indonesia Dst. Distribusi Geografis X Desa 1, 2, 5 3 Y Desa 1, 3 2 Z Desa 2, 4, 5 3 Keterangan/ Frekuensi Varian 1.2 Metode dan Teknik Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian, data dianalissi menurut metode atau pendekatan tertentu. Data dapat dianalisis dengan pendekatan sinkronis dan atau diakronis. Pendekatran 7

sinkronis dilakukan ketika menganalisis data leksikon untuk mengungkapkan perbedaan bentuk, yakni perbedaan fonetis, leksikal, dan morfologis; perbedaan makna; sebaran atau distribusi geografis leksikon. Pendekatan diakronis dilakukan ketika menganalisis keberadaan sejarah leksikon, misalnya, perubahan bentuk dan makna leksikon dan sejarah leksikon serapan. Untuk mengetahui adanya perbedaan bentuk dan makna, dapat dilakukan prosedur berikut: (1) Tentukan leksikon yang dianggap sebagai leksikon awal yang dapat mengungkapkan perbedaan-perbedaa tersebut. (2) Bandingkan leksikon awal dengan leksikon lain sebagai varian lain yang ditemukan di titik-titik pengamatan. (3) Buatlah daftar atau tabel pemilahan atau klasifikasi leksikon yang menunjukkan perbedaan masing-masing berdasarkan urutan data yang ditanyakan di lapangan. (4) Analisislah leksikon yang menunjukkan perbedaan-perbedaan tersebut secara berurutan dari mulai perbedaan fonetis sampai dengan perbedaan makna. Sebagai contoh, apakah perbedaan fonetis memperlihatkan penambahan, pengurangan, penghilangan, penggantian, atau pembalikan bunyi atau suku kata. Apakah perbedaan morfologis memperlihatkan penambahan, pengurangan, atau penggantian morfem. Apakah perbedaan makna memperlihatkan peluasan, penyempitan, atau pergeseran makna? Bentuk dan makna leksikon baru yang ditemukan di titik pengamatan merupakan leksikon pembaruan atau leksikon inovatif. Sebagaimana disinggung sebelumnya, penelitian dialektologi menggunakan pendekatan sinkronis dan diakronis (pankronis). Pendekatan ini berkaitan dengan kriteria data yang dianalisis dan jangkauan analisis. Data yang dikumpulkan merupakan data sinkronis, tetapi penentuan identitas leksikon temuan di lapangan dapat menggunakan pandangan diakronis. Analisis sejarah leksikon bersifat diakronis 8

1.4 Pemetaan Pemetaan merupakan cara menggambarkan distribusi unsur isolek atau gejala isolek di wilayah tertentu secara grafis. Peta yang disajikan berisikan distribusi geografis unsur isolek di daerah penelitian. Peta menampilkan data yang ditemukan di titik pengamatan. Jumlah peta biasanya sesuai denga jumlah leksikon yang diamati dan disajikan secara berurutan. Dalam penelitian dialektologi, biasanya peta hasil penelitian disajikan secara khusus sebagai lampiran yang terpisah dari analisisnya. Data unsur isolek yang ditampilkan pada peta dapat mengguanakan langsung data dalam bentuk kata, menggunakan lambang, atau menggunakan petak atau blok (garis atau arsir) (Pusat Bahasa, 2003:. Peta bisa hitam putih atau berawarna. Peta dapat dibuat dengan menggunakan berbagai cara asalkan syarat pembuatan peta terpenuhi, seperti adanya orientasi peta, skala, dan batas geografis yang jelas. 1.5 Prosedur Penelitian Penelitian dialektologi dapat dilaksanakan melalui langkah atau prosedur berikut: 1. pengkajian pustaka, yakni membaca dan memahami teori yang berkaitan dengan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian; 2. pembuatan instrumen penelitian, yakni membuat daftar tanya untuk menjaring atau mengumpulkan data di lapangan; 3. penyediaan atau pengumpulan data, yakni menyediakan atau mengumpulkan data di lokasi penelitian (titik pengamatan) dengan pencatatan dan perekaman; 4. pentranskripsian data, yakni mentranskripsikan data rekaman ke dalam data tulisan dengan menggunakan aksara fonetis; 5. penabulasian data, yakni menabulasikan data dalam bentuk tabel; 6. pemetaan data, yakni mengalihkan seluruh data tertabulasi ke dalam peta; 7. pemilihan data, yakni memilih data yang layak dijadikan korpus; 9

8. pemilahan data, yakni memilah data berdasarkan kesamaan identitas; 9. penganalisisan data, yakni menganalisis data yang sudah dipilah sesuai dengan tujuan penelitian; 10. penyimpulan hasil analisis data, yakni menyajikan simpulan hasil penelitian; 11. penyajian laporan, yakni menyajikan laporan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian. 1.6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data dalam Penelitian Dialektologi Sebagai pertanggungjawaban akademik dan bukti telah melaksanakan penelitian, peneliti harus melaporkan hasil penelitiannya. Untuk itu, perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Masalah teknis, yang menyangkut format, sistematika, dan konvensi naskah; 2. Masalah akademis, yang menyangkut model penyajian, apakah formal menggunakan tanda dan lambang atau informal. yakni hanya menggunakan kata-kata atau narasi (lihat Sudaryanto, 1993: 145). Tanda atau lambang yang digunakan bergantung pada keperluan analisis data, seperti tanda tambah ( +), kurang ( ), bintang atau asterisk (*), panah ( )], kurung biasa (( )), kurung kurawal ({ } ), dan kurung siku ([ ]). Penyajian hasil analisis data dalam penelitian dialektologi biasanya mengombinasikan model formal dan informal. Dalam penelitian dialektologi analisis data harus dilengkapi dengan peta. Peta biasanya diletakkan di bagian akhir penelitian sebagai lampiran. Catatan 1 Istilah pankronis sebagai terminologi dalam dialektologi, yang menggabungkan pendekatan sinkronis dan diakronis, dipakai pula oleh Francis (1983: 149). 2 Sudaryanto (1988:7) dan Mahsun (2005:93) menggunakan istilah teknik cakap atau percakapan untuk istilah wawancara. 3 Hal ini sejalan dengan linguistik sebagai ilmu empiris (Pilch, 1976:24). 4 Sudaryanto (1990:3) menyebut sumber data jenis ini sebagai sumber lokasional 10

karena sumber data tersebut merupakan asal-muasalnya data lingual. 5 Kedekatan antara bahasa Melayu dan bahasa Sunda di samping kedekatannya dengan bahasa Jawa dan bahasa Madura sebagai bahasa sekerabat oleh Nothofer (1975: 4) telah dibuktikan melalui metode leksikostatistik. Daftar Pustaka Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1, cet. XLIV. Jakarta: Dian Rakyat. Chambers, J.K. and Peter Trudgill.1980. Dialectology. Cambridge, New York, Melbourne: Cambridge University Press. Chomsky, Noam. 2000. Cakrawala Baru Kajian Bahasa & Pikiran. Terjemahan Freddy Kirana dari The Horizons in the Study of Language and Mind (2000). Ciputat: Logos. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993a. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco. Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia. Kibrik, A.E.1977. The Methodology of Field Investigations in Linguistics (Setting Up The Problem). Paris: Mouton The Hague. Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Cet. I. Yoyakarta: Gadjah Mada University Press. ---------. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Ophuijsen, Ch. A. Van. 1983. Tata Bahasa Melayu. Terjemahan oleh T. W. Kamil dari Maleische Spraakkunst. Jakarta: Djambatan. Pilch, Hebert. 1976. Empirical Linguistics. München: Francke Verlag. Pusat Bahasa. 2003. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Samarin, William J.1988. Ilmu Bahasa Lapangan.Terjemahan J.S. Badudu dari Field Linguistics: A Guide to Linguistic Field Work (tanpa tahun). Yogyakarta Kanisius. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ---------. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Wahya. 2005. Inovasi dan Difusi Geografis-Leksikal Bahasa Melayu dan Bahasa Sunda di Perbatasan Bogor-Bekasi: Kajian Geolinguistik. Disertasi Program Doktor. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. 11