PENGARUH STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS YANG MENJALANI HEMODIALISA

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).


BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah


I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

Transkripsi:

PENGARUH STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS YANG MENJALANI HEMODIALISA Pebi Pratiwi 1 Gustop Amatiria 1) Mashaurani Yamin 1) 1) Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Abstract : cortisol. Moreover, it would also increase body s sensitivity toward insulin. As the result, glucoses are hampered and it will increase the blood glucose (Watkins, 2010). The aim of this research explained the effect of stress toward the level of blood glucose of diabetic patient who are under treatment of Abdul Muluk Hospital, Bandar Lampung. This research applied a quantitative methods by using a correlative design. Furthermore, the number of population was forty four people and this research also applied univariate and bivariate analysis with person product moment methods. The result of research shows that p value is 0,000, it meant that < 0.05 therefore, Ho was rejected so there was a significant impact. Moreover, the correlation value from stress variable toward blood glucose was (+), it was 0.865. Furthemore, the relation of both variable resulted high level stress, it meant that blood glucose was high or vice versa. In conclusion, the effect of stress toward blood glucose, who are under medical treatment in Abdul Moloek Hospital, are strong and significant. Theoretically, stress has resulted more production of cortisol. Cortisol is the hormone which against the effect of insulin and affect the high level of glucose. If people are suffered by high tension, it would produce more Kata kunci : Stress, Blood Glucose Level Abstrak : Pengaruh Stress Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Melitus yang Menjalani Hemodialisa. Cortisol. Akan meningkatkan sensitivitas tubuh untuk menangkal insulin, sehingga glukosa terhambat dan akan meningkatkan glukosa darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh stres terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Militus yang menjalani pengobatan di RSUDAM Bandar Lampung, menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain korelasi. Populasi penelitian berjumlah 44 orang, analisis dengan univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-value = 0,000 (P< 0,05), berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara stress terhadap kadar gula darah sewaktu. Nilai korelasi dari variabel stress terhadapglukosa darah adalah (+), yaitu 0,865. Hubungan kedua variabel menunjukkan tingkat stress yag tinggi, hal ini menunjukkan bahwa gula darahn tinggi atau sebaliknya. Kesimpulan, pengarus stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Militus yang menjalani hemodialisa di Ruang HD RSUDAM Bandar Lampung adalah sangat kuat, searah dan signifikan. Secara teoritis, stress telah menghasilkan produksi Cortisol yang tinggi. Cortisol adalah hormon yang melawan efek insulin dan mempengaruhi kadar gula, apabila orang memiliki tekanan darh tinggi, ia akan menghasilkan gula darah yang tinggi juga. Kata kunci : Stress, Kadar Gula Darah Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di berbagai penjuru dunia. World Health Organitation (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Data WHO, saat ini Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes Melitus di dunia. Pada tahun 2006 jumlah Diabetisi di Indonesia diperkirakan mencapai 14 juta orang, dimana baru 50 % 11

12 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 11-16 yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat teratur. Diabetes mellitus yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat atau menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah melebihi normal. Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan gula secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena, ataupun angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO, sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer (Soegondo, 2002). Ada beberapa hasil pemeriksaan glukosa darah yaitu, kadar glukosa darah sewaktu (110-180 mg/dl) dan kadar glukosa darah puasa (80-125 mg/dl). Melihat komplikasi pada DM dapat mengenai berbagai organ, seperti komplikasi nefropati, komplikasi neuropati, komplikasi kardiovaskuler, retinopati, serta ulkus diabetikum. Maka penting sekali untuk melakukan pencegahan, agar tidak terjadi komplikasi. Banyak faktor yang di duga menjadi timbulnya Diabetes Mellitus, diantarannya adalah faktor keturunan, lanjut usia, kegemukan (obesitas), ketegangan (stress), nutrisi, sosial ekonomi dan kelainan ginekologis. Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/ beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem. Stress menyebabkan produksi berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. Jika seseorang mengalami stress berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak, ini akan mengurangi sensifitas tubuh terhadap insulin. Kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan glukosa darah. Angka prevalensi Indonesia menurut penelitan litbang Depkes 2008 adalah 5,7% meningkat 1,1% dari 5,6% pada tahun 2000. Angka prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4%) dan NAD (8,5%). Sementara itu prevalensi terendah ada di provinsi Papua (1,7%), diikuti NTT (4,9%). Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 sebanyak 7.608.405 jiwa, terdapat 3.671 orang menderita diabetes mellitus yang di diagnosis tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil presurvei terhadap 7 pasien DM yang menjalani hemodialisa di ruang HD yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara, 5 diantaranya mengatakan bahwa mereka sulit tidur, selalu memikirkan penyakitnya, merasa gelisah, masalah keuangan serta sampai dengan ketidakpastian hidup. Berdasarkan uraian tersebut dan hasil prasurvei maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Melitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelatif, yang ingin mengetahui pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus yang menjalani Hemodialisa di Ruang HD RSUDAM Bandar Lampung Tahun 2013 yang berjumlah 44 orang, sehubungan dengan jumlah populasi yang sedikit, maka peneliti mengambil sampel dengan total populasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 sampai dengan 27 Juli 2013, data

Pratiwi, Pengaruh Sress Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien DM 13 dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner yang merupakan rangkaian pertanyaan untuk mendapatkan data. Lembar kuesioner tersebut terdiri dari 20 pernyataan tentang stress, kemudian untuk kadar glukosa darah dilakukan pengukuran secara langsung. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skor stress Pasien DM yang menjalani hemodialisa Variabel N Mean Median SD Min Max Stress 44 35.95 38.00 12.835 18 56 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor stress adalah 35,95 dengan standar deviasi (SD) yaitu 12,835. Skor stress minimal adalah 18 dan skor stress maksimal adalah 56. Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien DM yang menjalani hemodialisa Variabel N Mean Median SD Min Max Kadar Gula Darah 4 4 201,25 202,50 64,209 93 398 Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa ratarata kadar gula darah sewaktu pada pasien DM yang menjalani hemodialisa adalah 201,25 dengan standar deviasi (SD) 64,209. Kadar gula darah sewaktu minimal adalah 93 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu adalah 398 mg/dl. Analisa Bivariat Tabel 3 : Pengaruh Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Melitus yang menjalani Hemodialisa Stress (X) GDS (Y) Correlations Stress (X) GDS (Y) Pearson Correlation 1 0,865 Siq. (2-tailed) 0,0001 N 44 44 Pearson Correlation Siq. (2-tailed) 0,0001 0,865 1 N 44 44 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa hasil dari korelasi antara variabel x dan y dapat dilihat pada kolom Pearson Correlation yakni sebesar 0,865. Hubungan antara variabel x dan y, karena besarnya koefisien korelasi Pearson sebesar 0,865, maka artinya adalah korelasi sangat kuat yaitu berkisar diantara 0,80 1,000 (Suyanto, 2011). Dari hasil pengujian pengaruh antara variabel x dan y yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan metode rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment, maka diperoleh p value sebesar 0,0001 yang artinya bahwa Ho ditolak, karena P value < 0,05 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara stress terhadap kadar gula darah sewaktu. Selanjutnya melihat arah korelasi dari variabel stress dan GDS tersebut karena angka koefisien korelasi bernilai positif (+) yakni 0,865, maka hubungan kedua variabel merupakan hubungan searah. Searah artinya jika variabel stress nilainya tinggi, maka variabel GDS juga tinggi dan sebaliknya. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung adalah sangat kuat, searah dan signifikan.

14 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 11-16 Pembahasan Stress Stres adalah tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan. Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu sistem. Dari hasil analisis stress didapatkan bahwa rata-rata skor stress 35,95 dengan standar deviasi (SD) 12,835. Skor stress minimal adalah 18 dan maksimal adalah 56. Menurut Hans Selye dalam Rasmun 2004 bahwa stres merupakan respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres juga mengancam keseimbangan fisiologis. Berdasarkan hasil penelitian tingginya proporsi sttres pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung tahun 2013 disebabkan karena perubahan psikologis sebagai dampak dari penyakit kronis yang dialami oleh pasien. Pasien yang terbebani oleh penyakitnya dan berfikir bahwa diabetes melitus adalah penyakit yang berat dan menakutkan, merupakan hal yang tidak menyenangkan dan dapat menimbulkkan stress. Selain itu banyak hal yang diperkirakan menjadi penyebab timbulnya stress diantaranya kurang pengetahuan akan penyakit yang diderita yaitu DM secara rinci, kurangnya informasi mengenai DM dari petugas kesehatan, kurang istirahat dan terlalu lelah karena aktifitas yang padat, ada beberapa pasien yang bisa dikatakan baru dalam pelaksanaan hemodialisis, rasa khawatir dan cemas yang berlebih saat proses dialisis berlangsung, pencemaran kebisingan serta lingkungan yang tidak kondusif menjadi penyebab timbulnya stress pada Pasien diabetes melitus. Kadar Gula Darah Sewaktu Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.. Di dalam darah kita didapati zat gula. Gula ini gunanya untuk dibakar agar mendapatkan kalori atau energi. Sebagian gula yang ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Gula yang ada di usus bisa berasal dari gula yang kita makan atau bisa juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti, dan lain-lain. Hasil analisis diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah sewaktu pada pasien DM yang menjalani hemodialisa adalah 201,25 dengan standar deviasi (SD) 64,209. Kadar gula darah sewaktu responden minimal adalah 93 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu responden max adalah 398 mg/dl. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) penyakit diabetes mellitus atau peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu : Kelainan genetik, usia, stress dan pola makan yang salah. Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin, ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis didalam hati, sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa menit. Berdasarkan teori dan hasil penelitian bahwa tingginya rata-rata kadar gula darah responden di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung dapat disebabkan oleh banyak faktor, faktor yang paling menonjol dalam penelitian ini yaitu tingkat stress yang dialami responden, selain itu tingginya kadar gula darah juga disebabkan oleh diit yang di disesuai dengan kebutuhan tubuh, aktivitas yang kurang dan faktor usia dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat. Pengaruh Stress terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Stress kronis cenderung membuat seseorang senang dengan makanan yang manis

Pratiwi, Pengaruh Sress Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien DM 15 untuk meningkatkan kadar lemak serotonin otak, yang ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi glukosa dan lemak berbahaya bagi mereka yang beresiko mengidap penyakit diabetes mellitus. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan variabel x dan y, karena besarnya koefisien korelasi Pearson sebesar 0,865, maka artinya adalah korelasi sangat kuat yaitu berkisar diantara 0,80 1,000 (Suyanto, 2011). Dari hasil pengujian pengaruh antara variabel x dan y yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan metode rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment, maka diperoleh p value sebesar 0,0001 yang artinya bahwa Ho ditolak, karena P value < 0,05 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara stress terhadap kadar gula darah sewaktu. Selanjutnya melihat arah korelasi dari variabel stress dan GDS tersebut karena angka koefisien korelasi bernilai positif (+) yakni 0,865, maka hubungan kedua variabel merupakan hubungan yang searah. Searah artinya jika variabel stress nilainya tinggi, maka variabel GDS juga tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung adalah sangat kuat, searah dan signifikan. Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya serta penyesuaian diri terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan klien. Perubahan dalam kehidupan, merupakan salah satu pemicu stres. Bahwa stres diawali adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu. Semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu. Stress pada Pasien DM dapat berakibat gangguan pada pengontrolan gula darah. Dalam keadaan stress akan terjadi peningkatan ekskresi hormon katekolamin, glukagon, glukokortikoid, -endorfin dan hormon pertumbuhan. Stress menyebabkan produksi berlebih pada kortisol, yang berfungsi melawan efek insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, jika seorang mengalami stress berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak dan dapat mengurangi sensifitas tubuh terhadap insulin. Kortisol merupakan penghambat dari fungsi insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan glukosa darah. Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin, ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati, sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa menit. Hal inilah menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah saat stress atau tegang. Beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang berolah raga, bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta dampak perawatan dari obat, misalnya steroid. Berdasarkan data dan teori di atas peneliti berasumsi bahwa tingginya kadar gula darah pada responden yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung disebabkan oleh tingginya tingkat stress responden yang belum dapat di kontrol dan di kendalikan serta kurang pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh sebagian pasien dan keluarganya tentang DM serta komplikasi yang terjadi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rima Novia Putri (2009) dalam penelitiannya yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres klien DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2009. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUDAM Bandar Lampung adalah sangat kuat, searah dan signifikan. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis merekomendasikan agar RS dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas pembelajaran serta pemahaman mengenai management stress dan cara berkomunikasi terapeutik yang baik.

16 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 11-16 DAFTAR RUJUKAN Suyanto, dkk (2011). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Jurusan Keperawatan. Bandar Lampung. Poltekkes Tanjungkarang. Smeltzer dan Bare (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah (Edisi 8). Jakarta: EGC. Rasmun (2004). Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto