MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
M E M U T U S K A N :

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERT ENERGI DAN SUMBER DAYA UINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERT ENERGI DAN SUMBER DAYA UINERAL REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG

DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA PT.SARANA PATRA HULU CEPU Undang-Undang Nomor 22 Tahun. Negara. Bumi ( UU 22/2001 ) jo

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No K Tahun 1993 Tentang : Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum

2017, No perjanjian kontrak kerja sama bagi hasil minyak dan gas bumi antara satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN DAN PEMUSNAHAN DOKUMEN PERUSAHAAN

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195/PMK.02/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*40950 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 35 TAHUN 2004 (35/2004) TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

257/PMK.011/2011 TATA CARA PEMOTONGAN DAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN LAIN KONTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

bahwa dalam rangka menjaga tingkat produksi minyak dan gas bumi serta memberikan kepastian dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG

DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA BUMD NON KEUANGAN MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.02/2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 56/PMK.02/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.Oll/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTEW ENERGI DAM SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

MENTERI ENEWGl DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344/KMK.06/2001 TANGGAL 30 MEI 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 217, Tambaha

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 207. K/30 /M.PE/1998 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 267/PMK.011/2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.06/2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. APBN. Pengelolaan Barang. Kontraktor / Kerjasama.

PENGGUNAAN SARANA PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN SARANA KEHUTANAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI DALAM NEGERI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN DAN PEMUSNAHAN DOKUMEN PERUSAHAAN

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 177 / PMK.011 / 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Nomor : 103. K/008/M.PE/1994 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.03/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1693 K/34/MEM/2001 TANGGAL 22 JUNI 2001 TENTANG PELAKSANAAN PABRIKASI PELUMAS DAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 2052 K/40/MEM/2001 TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

*47349 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 48 TAHUN 1997 (48/1997)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 019. K/34/M.PE/1998 TENTANG MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

Transkripsi:

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1815.K / 702 / M.PE / 1997 TENTANG PEROLEHAN, PENGELOLAAN DAN PEMASYARAKATAN DATA PENYELIDIKAN UMUM, EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Menimbang : Mengingat : 1. bahwa data penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kelancaran kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi. 2. bahwa sehubungan dengan kebutuhan data penyelidikan umum dan Sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan pasal 4 peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 1974, dianggap perlu untk menetapkan ketentuan mengenai perolehan, pengelolaan dan pemasyarakatan data penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi dalam suatu Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi ; 1. Undang - undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070 ) ; 2. Undang - undang Nomor 8 Tahun 1971 (LN Tahun 1971 Nomor 76, TLN Nomor 2971); 3. Mijn Politie Reglement Tahun 1930 (Stb. 1930 Nomor 341); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1974 (LN Tahun 1974 Nomor 20, TLN Nomor 3031); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1994 (LN Tahun 1994 Nomor 64, TLN Nomor 3571); 6. Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 tanggal 17 Maret 1993 ; 7. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/075/M.PC/1992 tanggal 18 Februari 1992; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI TENTANG PEROLEHAN, PENGELOLAAN DAN PEMASYARAKATAN DATA PENYELIDIKAN UMUM, EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI MINYAK DAN GAS BUMI. Dalam Keputusan Menteri ini, yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

1. Data adalah semua fakta, petunjuk, indikasi, dan informasi baik dalam bentuk tulisan (karakter), angka (digital), gambar (analog), media magnetik, dokumen, perconto batuan, fluida, dan bentuk lain yang didapat dari hasil Penyelidikan Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan gas bumi ; 2. Penyelidikan Umum adalah kegiatan untuk memperoleh data, guna mengetahui kondisi geologi yang berkaitan dengan potensi minyak dan gas bumi di suatu wilayah terbuka ; 3. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui kondisi geologi termasuk pemboran sumur kajian pada suatu wilayah kuasa Pertambangan atau wilayah Kerja tertentu untuk menetapkan adanya bahan galian minyak dan gas bumi ; 4. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemboran sumur pengembangan, penyelesaian sumur, pembangunan fasilitas lapangan serta operasi produksi termasuk penutupan sumur dan pembongkaran fasilitas produksi pada tahap akhir eksploitasi ; 5. Wilayah Kuasa Pertambangan adalah wilayah tertentu yang diberikan kepada Pertamina untuk melaksanakan wewenangnya dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ; 6. Wilayah Kerja adalah Wilayah tertentu yang diberikan kepada kontraktor untuk melaksanakan kegiatan Eksplorasi dan atau Eksploitasi ; 7. Pertamina adalah Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara yang didirikan berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 ; 8. Kontraktor adalah badan usaha yang melakukan Eksplorasi dan atau Eksploitasi pada suatu wilayah Kerja berdasarkan Kontrak Bagi Hasil atau kontrak lainnya dengan Pertamina ; 9. Penggandaan adalah hasil duplikasi Data, baik dalam jenis media simpan yang sama atau lain ; 10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Mintak dan Gas Bumi ; 11. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Pasal 2 1. Data yang diperoleh dari penyelidikan umum, Eksplorasi dan atau Eksploitasi adalah milik Pemerintah. 2. Semua Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib diserahkan kepada Direktur Jenderal. 3. Direktur Jenderal mengatur, mengelola dan memanfaatkan semua Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara nasional dengan tetap memperhatikan kaidah kerahasiaan Data sebagimana dimaksud dalam Pasal 8. 4. Pertamina dapat menggunakan Data yang diperoleh dari Eksplorasi dan Eksploitasi pada Wilayah Kuasa Pertambangannya selama Wilayah Kuasa Pertambangan yang bersangkutan masih dikuasainya. 5. Kontraktor dapat menggunakan Data yang diperoleh dari Eksplorasi dan Eksploitasi pada Wilayah Kerjanya selama jangka waktu yang diberikan sesuai kontrak untuk melaksanakan Eksplorasi dan Eksploitasi. 1. Data diklasifikasikan berdasarkan jenis : BAB II KLASIFIKASI DATA Pasal 3 Data Umum, merupakan Data yang diberikan indentifikasi tentang Data Dasar, Data Olahan, dan Data Interpretasi. Data Dasar, merupakan Data yang diperoleh dari Penyelidikan Umum, Eksplorasi dan atau Eksploitasi yang berupa hasil penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, kegiatan pemboran dan produksi. Data Olahan, merupakan Data yang diperoleh dari hasil olahan Data Dasar. Data Interprestasi, merupakan Data yang diperoleh dari hasil interprestasi Data Dasar dan atau Data Olahan.

2. Data diklasifikasikan berdasarkan status : Data Tertutup, merupakan Data yang diperoleh dari Eksplorasi dan atau Eksploitasi yang belum terbuka untuk umum. Data Terbuka, merupakan Data yang diperoleh dari penyelidikan Umum, Eksplorasi dan atau Eksploitasi yang terbuka untuk umum. Data Aktif, merupakan Data yang diperoleh Pertamina atau Kontraktor dari Eksplorasi dan atau Eksploitasi pada suatu Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja yang terdiri dari Data Tertutup dan Data Terbuka serta masih dipergunakan untuk menunjang kegiatannya. BAB III PENYERAHAN DATA Pasal 4 1. Data Dasar hasil penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, kegiatan pemboran dan produksi wajib diserahkan kepada Direktur Jenderal paling lambat 3 (tiga) bulan sejak selesainya penyelidikan dan kegiatan tersebut kecuali Data Dasar hasil Penyelidikan Umum. 2. Data Olahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c, wajib diserahkan kepada Direktur Jenderal paling lambat 3 (tiga) bulan sejak selesainya pengolahan. 3. Data Interpretasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, wajib diserahkan kepada Direktur Jenderal paling lambat 3 (tiga) bulan sejak selesainya Interpretasi. Pasal 5 Direktur Jenderal menetapkan lebih lanjut tatacara Penyerahan Data oleh Pertamina atau Kontraktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Penyerahan Data hasil Penyelidikan Umum. Pasal 6 1. Penyerahan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilakukan dengan menggunakan format atau media simpan dengan jenis Datanya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. 2. Pimpinan Pertamina atau pimpinan Kontraktor bertanggung jawab atas kelengkapan, dan kebenaran Data yang diserahkan Kepada Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. BAB IV TANGGUNG JAWAB PEMBIAYAAN Pasal 7 1. Pertamina bertanggung jawab atas semua biaya Pengelolaan Data yang berstatus Data aktif dari Wilayah Kuasa Pertambangan yang dikuasainya. 2. Kontraktor Wajib bertanggung jawab atas semua biaya pengelolaan Data yang berstatus Data aktif dari Wilayah Kerja yang masih dikuasainya untuk selama jangka waktu kontrak. 3. Biaya yang telah dikeluarkan Pertamina atau Kontraktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) termasuk sebagai biaya operasi. BAB V KERAHASIAAN DATA Pasal 8

1. Data umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a diklasifiksikan sebagai Data Terbuka. 2. Data Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, berubah status menjadi Data Terbuka setelah 4 (empat) Tahun sejak diterima dari Pertamina dan Kontraktor kecuali Data Dasar hasil Penyelidikan Umum, langsung menjadi Data Terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b. 3. Data Olahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c, berubah status menjadi Data Terbuka setelah 6 (enam) Tahun sejak diterima dari Pertamina dan Kontraktor kecuali Data Olahan dari hasil olahan Data Dasar dari penyelidikan Umum, langsung menjadi Data Terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b. 4. Data Interpretasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, berubah status menjadi Data Terbuka setelah 8 (delapan) Tahun sejak diterima dari Pertamina dan Kontraktor kecuali Data Interpretasi hasil Interpretasi Data Dasar atau Data Olahan dari penyelidikan Umum, langsung menjadi Data Terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b. Pasal 9 Direktur Jenderal dapat mengurangi atau menambah jangka waktu perubahan status Data Tertutup menjadi Data Terbuka untuk Jenis Data Dasar, Data Olahan dan Data Interpretasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sebagai berikut : Pengurangan dilakukan atas usul Pertamina atau Kontraktor untuk Data dari Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja yang dikuasainya, berdasarkan pertimbangan kepentingan operasi Pertamina atau kontraktor yang bersangkutan. Penambahan dilakukan atas usul Pertamina atau Kontraktor untuk Data dari Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja yang dikuasainya, berdasarkan pertimbangan letak wilayah Kuasa pertambangan atau Wilayah Kerja dengan penambahan jangka waktu status Data Tertutup paling lama adalah 6 (enam) than. Pasal 10 Apabila suatu wilayah Kuasa pertambangan atau Wilayah Kerja dikembalikan kepada Pemerintah, maka : Data yang diperoleh Pertamina atau Kontraktor termasuk hasil penggandaannya, wajib diserahkan kepada Direktur Jenderal. Pimpinan Pertamina atau pimpinan Kontraktor bertanggung jawab atas kelengkapan, kebenaran, dan keaslian Data yang diserahkan kepada Direktur Jenderal. Data Tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dari Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja yang bersangkutan menjadi Data Terbuka. BAB VI PEROLEHAN, PENGELOLAAN DAN PEMASYARAKATAN DATA Pasal 11 1. Kegiatan untuk memperoleh Data Penyelidikan Umum, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal. 2. Kegiatan untuk memperoleh Data Eksplorasi dan Eksploitasi pada suatu Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja, dilaksanakan oleh Pertamina atau Kontraktor yang bersangkutan. Pasal 12

Dalam hal untuk melengkapi Data Penyelidikan Umum, perlu dilakukan Penyelidikan Umum pada sebagian Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja, maka pelaksana Penyelidikan Umum terlebih dahulu memberitahukan kepada Pertamina atau Kontraktornya. Pasal 13 Direktorat Jenderal melaksanakan Pengelolaan Data dalam suatu sistem terpadu yang mencakup kegiatan penyimpanan, pengolahan, penataan dan pemanfaatan. Pasal 14 1. Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) dapat dimasyarakatkan kepada pihak lain dengan memperhatikan kaidah kerahasiaan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. 2. Perincian lebih lanjut untuk Jenis Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 15 1. Dalam pelaksanaan perolehan Data Penyelidikan Umum, pengelolaan dan pemasyarakatan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Pasal 13 dan Pasal 14, Direktur Jenderal dapat menunjuk pihak lain. 2. Pihak lain sebagimana dimaksud pada ayat (1) Wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : Badan hukum Indonesia ; Memiliki tenaga ahli dan pengalaman dibidang perolehan, pengelolaan dan pemasyarakatan Data ; Memiliki kemampuan pendanaan Pihak lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melaksanakan pekerjaannya atas nama Direktorat Jenderal sebagai pemilik Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yang dilakukan dalam suatu perjanjian Kerjasama dan tunduk kepada Ketenttuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 1. Pemanfaatan Data dilakukan oleh Pertamina dan Kontraktor untuk menunjang kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan gas bumi. 2. Pemanfaatan Data baik oleh Pertamina atau Kontraktor dan pihak lain dengan tujuan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mendapat persetujuan Direktur Jenderal. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 Direktur Jenderal cq. Direktur Eksplorasi dan Produksi melakukan pembinaan dn pengawasan atas pekerjaanpekerjaan dan pelaksanaan kegiatan Pertamina dan Kontraktor dalam rangka perolehan dan pengelolaan Data serta pihak lain yang ditunjuk sebagai pelaksana dalam bidang perolehan, pengelolaan dan pemasyarakatan Data. BAB VIII PEREMAJAAN DAN PEMUSNAHAN DATA Pasal 18

Dalam rangka menjaga mutu, kegunaan dan penghematan biaya pengelolaan, Data dapat diremajakan dan atau dialihkan ke media simpan lain. Pasal 19 Data yang telah mengalami kerusakan dan tidak mempunyai nilai kegunaan, dapat dilakukan pemusnahan, dengan tatacara sebagai berikut : Telah mendapatkan penilaian oleh Panitia Penilai Data yang dibentuk oleh Direktur Jenderal ; Pemusnahan Data dilakukan secara total, sehingga tidak dapat lagi dikenal baik isi maupun bentuknya ; Pelaksanaan Pemusnahan Data wajib disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) pejabat dari Direktorat Jenderal ; Pelaksanaan pemusnahan Data dibuat Daftar Pertelaan Data dan dibuat Berita Acara Pemusnahan. Pasal 20 Data Penggandaan yang sudah tidak dipergunakan harus dimusnahkan. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP Pasal 21 Direktur Jenderal menetapkan lebih lanjut pelaksanaan perolehan, pengelolaan, tatacara pemasyarakatan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal 14. Pasal 22 Untuk keperluan inventarisasi Data, Pertamina dan Kontraktor wajib menyampaikan laporan Kepada Direktur Jenderal mengenai Data yang selama ini dikuasai. Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Pasal 23 Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 10 Oktober 1997 Menteri Pertambangan dan Energi IB. Sudjana