PENGARUH DEFORMASI PADA KARAKTERISTIK KRISTALIT DAN KEKUATAN LULUH ZIRCALOY-4

dokumen-dokumen yang mirip
EFFECT OF ROLLING ON CRYSTALITE, MICROSTRAIN AND YIELD STRESS OF ZIRCALOY-4

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe

PENGARUH WAKTU OKSIDASI TERHADAP REGANGAN MIKRO PADA HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2

PENGARUH TEMPERATUR ANIL TERHADAP JENIS DAN UKURAN PRESIPITAT FASE KEDUA PADA PADUAN Zr-1%Nb-1%Sn-1%Fe

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

PENGARUH DEFORMASI TERANIL PADUAN Zr-Nb-Sn-Fe PADA KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

TIN107 Material Teknik. Mekanisme Penguatan. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI ZIRCALOY-4 MELALUI PEMADU TIMAH, TEMBAGA DAN NIOBIUM

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

Tekstur Bidang Geser (111) pada Pelat Aluminium A1100P dengan Berbagai Rasio Pengerolan Dingin Berpengaruh terhadap Kekuatan Tarik

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS PADUAN ZIRKONIUM

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

STUDI TENTANG PENGARUH NITROCARBURIZING DC-PLASMA TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL Zr-4

BAB II STUDI LITERATUR

PENGARUH PENGEROLAN PANAS TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,6Nb-0,5Fe-0,5Cr

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Futichah, Sungkono, Yatno Dwi Susanto, Djoko Kisworo, Mugiono

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

REGANGAN MIKRO DAN PENGARUHNYA TERHADAP MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2

ANALISIS ENERGI AKTIVASI PRESIPITAT FASA KEDUA PADA PADUAN Zr 1%Nb 1%Sn 1%Fe DENGAN DIFRAKSI SINAR X

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

DISLOKASI DAN MEKANISME PENGUATAN

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

DISLOKASI DAN MEKANISME PENGUATAN

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH PEMADU Mo PADA KEKUATAN MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-1% Sn-1% Nb-1% Fe

Sugondo Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir Dan Daur Ulang-BATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Pada saat terjadinya deformasi plastis maka melibatkan pergerakan sejumlah besar dislokasi,

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

KARAKTERISASI PANAS JENIS ZIRCALOY-4 SN RENDAH (ELS) DENGAN VARIABEL KONSENTRASI Fe

PENGARUH UNSUR GERMANIUM TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-Nb-Mo-Ge UNTUK MATERIAL KELONGSONG PERUSAHAAN LISTRIK TENAGA NUKLIR

Pengaruh reduksi tebal terhadap mikrostruktur dan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas. Sungkono dan Siti Aidah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

DISTRIBUSI PERTUMBUHAN PRESIPITAT ZIRCALOY-4 PADA TEMPERATUR C

STUDI TENTANG PENGARUH NITROCARBURIZING DC- PLASMA TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL ZR-4

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH KANDUNGAN Fe DAN Mo TERHADAP KETAHANAN KOROSI INGOT PADUAN ZIRLO-Mo DALAM MEDIA UAP AIR JENUH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

BAB II TEORI DASAR. Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

METODE SE DAN EBSD BERBASIS SEM SEBAGAI TEKNIK PENGAMATAN MIKROGRAF DAN KRISTALOGRAFI UNTUK ALLOY AUSTENITIC LOW-DENSITY STEEL Fe-30.5Mn-8.0Al-1.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

Tinjauan Investigasi Penyebab Jalur Perambatan Retak-Lelah Unik Mode- Campuran I+II pada Pelat Aluminum Murni Komersial

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

KETAHANAN KOROSI BAHAN STRUKTUR AlMg-2 DALAM MEDIA AIR PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENDINGINAN

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

Transkripsi:

PENGARUH DEFORMASI PADA KARAKTERISTIK KRISTALIT DAN KEKUATAN LULUH ZIRCALOY-4 Sugondo dan Futichah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH DEFORMASI PADA KARAKTERISTIK KRISTALIT DAN KEKUATAN LULUH ZIRCALOY-4. Pengaruh deformasi (perolan) pada regangan mikro, kristalit, dan tegangan luluh Zircaloy-4 dikarakterisasi dengan difraksi sinar X. Tujuan penelitian adalah karakterisasi bahan kelongsong PWR dengan sasaran perolehan data kristalografi Zircaloy-4. Bahan (as-received) dengan komposisi pemadu utama 1,3% Sn, 0,22% Fe, dan 0,10% Cr dipotong menggunakan diamond blade dengan ukuran 10 mm 100 mm. Setelah dibersihkan, sampel dipanaskan pada suhu 1100 C selama 2 jam, kemudian didinginkan cepat (quenched) dalam air dingin. Sampel dibersihkan dan dipanaskan pada suhu 750 C selama 2 jam. Selanjutnya sampel dirol dingin (cold rolled) dengan reduksi tebal 40%, 75%, dan 80%. Setelah preparasi selesai, dilakukan identifikasi kristal dengan difraksi sinar-x. Proses yang dianalisis ialah proses kuencing diikuti anil, proses deformasi plastis dari anil dan direduksi dari 40% hingga 80%, dan konstansi rasio c/a. Dari analisis tersebut diperoleh tiga kesimpulan. Pertama, proses anil 750 C Zry-4 dari hasil kuencing mengakibatkan terjadinya rekristalisasi dan pertumbuhan butir yang terbukti dengan naiknya regangan mikro dari 25,05% menjadi 32,83%, naiknya ukuran kristalit dari 10,1015 Å menjadi 287,4798 Å, turunnya densitas dislokasi dari 2,94E+16 m/m 3 menjadi 3,63E+13 m/m 3, turunnya kekuatan luluh dari 1125,52 MPa menjadi 304,44 MPa. Kedua, proses reduksi Zry-4 dari sample hasil anil yang direduksi sampai 80% mengakibatkan deformasi plastis dan menghasilkan kristalit yang terbukti dengan turunnya regangan mikro dari 32,83% menjadi 3,15%, turunnya ukuran kristalit dari 287,4798 Å menjadi 10,9764 Å, naiknya densitas dislokasi dari 3,63E+13 m/m 3 menjadi 2,49E+16 m/m 3, dan naiknya tegangan luluh dari 304,44 MPa menjadi 1057,69 MPa. Ketiga, proses deformasi plastis Zry-4 dibatasi oleh konstansi rasio c/a terbukti dengan turunnya tegangan mikro dari 3,22% menjadi 3,15%, turunnya ukuran kristalit dari 25,8199 Å menjadi 10,9764 Å, naiknya densitas dislokasi dari 4,5E+15 m/m 3 menjadi 2,49E+16 m/m 3, dan naiknya tegangan luluh dari 607,47 MPa menjadi 1057,69 MPa dari sampel yang direduksi dari 75% menjadi 80%. KATA KUNCI: deforomasi,regangan mikro, kristalit, dislokasi, kekuatan luluh, difraksi sinar-x, zircaloy-4, kelongsong PWR ABSTRACT EFFECT OF DEFORMATION ON CRYSTALLITE CHARACTERISTIC AND YIELD STRESS OF ZIRCALOY-4. The effect of deformation (rolling) on micro strain, crystallite size, crystallite density, and yield strength of Zircaloy-4 was characterized by x-ray diffraction. The goal of this investigation is to characterize the cladding materials of PWR and the target is to have data on the crystallography of Zircaloy-4. The as-received material with the composition 1.3% Sn, 0.22% Fe, 0.1% Cr, and Zr balanced was cut 10 mm 100 mm in size using diamond blade. The samples were cleaned and heated at 1100 C for 2 hours and then quenched in cold water. Then the sample were cleaned and heated at 750 C for 2 hours. Afterward the samples were cold rolled with 40%, 75%, and 80% reduction in thickness. After the preparation was completed, the crystals of the 14

Pengaruh Deformasi pada Karakteristik Kristalit dan Kekuatan Luluh Zircaloy-4 (Sugondo, Futichah) samples were characterized using X-ray diffraction. The processes being analysed were quenching followed by annealing, plastic deformation of annealing and reduction from 40% to 80%, and the constancy of the c/a ratio. From the analyses, three conclusions were obtained. Firstly, the annealing process at 750 C of Zry-4 from the quenched samples resulted in the recrystallization and the grain growth which was proven by the increase of microstrain from 25.05% to 32.83%, the increase of crystallite size from 10.1015 Å to 287.4798 Å, the decrease of dislocation density from 2.94E+16 m/m 3 to 3.63E+13 m/m 3, and the decrease of yield strength from 1125.52 MPa to 304.44 MPa. Secondly, the process of reduction of Zry-4 from the annealed samples reduced to 80% resulted in the plastic deformation and crystallite which was shown by the decrease of microstrain from 32.83% to 3.15%, the decrease of crytalite size from 287.4798 Å to 10.9764 Å, the increase of dislocation density from 3.63E+13 m/m 3 to 2.49E+16 m/m 3, and the increase of yield strength from 304.44 MPa to 1057.69 MPa. Thirdly, the process of plastic deformation of Zry-4 was limited by the constancy of the c/a ratio which was verified by the decrease of microstrain from 3.22% to 3.15%, the decrease of crytalite size from 25.8199 Å to 10.9764 Å, the increase of dislocation density from 4.5E+15 m/m 3 to 2.49E+16 m/m 3, and the increase of yield strength from 607.47 MPa to1057.69 MPa for samples undergoing reduction from 75% to 80%. FREE TERMS: deformation, microelongation, cystalite, dislocation, yield strength, x-ray difraction, zircaloy-4, cladding of PWR I. PENDAHULUAN Zircaloy-4 digunakan sebagai bahan kelongsong elemen bakar tipe PWR (Pressurized Water Reactor) dan PHWR ((Pressurized Heavy Water Reactor), bahan untuk duct BWR (Boiling Water Reactor), dan bahan bejana bertekanan reaktor CANDU [1,2,3]. Selama pemakaian di dalam reaktor, Zircaloy-4 mengalami perubahan mikrostruktur akibat interaksi antara partikel dengan termal dan neutronik. Perubahan mikrostruktur mengakibatkan perubahan sifat mekanik, fisis, kimiawi dan neutronik. Perubahan ini bersifat anisotropis yang artinya tidak merata di seluruh bahan, yaitu tergantung pada orientasi kristal bahan. Anisotropi kristal merupakan hasil dari pengerjaan dan pemanasan selama proses fabrikasi. Deformasi plastis zirkonium dan zirkaloi umumnya terjadi melalui proses dislokasi slip dan twin [4]. Pada temperatur kamar, proses twin terjadi pada sistem {1012}<1011> dan sistem {112}<1123>, keduanya ke arah c atau arah basal (0002). Proses slip terjadi pada bidang basal searah dengan arah deformasi [5]. Pada regangan besar proses twin dan slip mencapai keadaan setimbang. Kedua proses ini menghasilkan bidang basal searah dengan arah deformasi yaitu arah perolan dan pilgering (proses penipisan dalam pembuatan tube), tetapi tegak lurus pada arah ekstrusi. Jadi, deformasi pada bahan zirkonium dan zirkaloi adalah spesifik. Zirkonium dan zirkaloi mempunyai kegetasan (ductility) yang baik meski pada temperatur nitrogen cair. Namun pada kenyataannya, fabrikasi sangat sulit karena struktur kristalnya heksagonal yang cenderung anisotropi dan mempunyai laju pengerasan regangan (strain hardening rate) yang tinggi. Secara mikroskopis, tegangan deformasi plastis ditentukan oleh ukuran kristalit dan kerapatan dislokasi [6]. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi pengaruh β-quenching, pemanasan, dan perolan pada ukuran kristalit, regangan mikro, dan kekuatan luluh Zircaloy-4. Sedangkan tujuan dari penelitian adalah untuk memahami kristalografi Zircaloy-4 yang berkaitan dengan ukuran kristalit, densitas dislokasi, dan kekuatan luluh. Karakteristik tersebut meruapakan parameter irradiation growth dan creep. 15

II. TEORI Profil puncak difraksi sinar-x (XRD) umumnya melebar yang disebabkan oleh ukuran kristalit yang sangat kecil yang lebih kecil dari ukuran butir (grain), regangan mikro akibat dislokasi, dan ketidak teraturan susunan atom (stacking faults). Dengan demikian pelebaran puncak dapat digunakan untuk analisis bahan. Puncak profil difraksi sinar-x merupakan refleksi berbagai bidang kristal yang merupakan karakteristik dari suatu bahan. Bentuk difraktogram (profil puncak) juga dipengaruhi oleh alat dan bentuk sampel. Koreksi pelebaran puncak akibat instrumen merupakan langkah paling utama untuk mendapatkan puncak yang sebenarnya dari bahan. Pelebaran puncak akibat instrumen (b) didefinisikan sebagai rasio luas puncak (A) dan intensitas maksimum (I 0 ) jika bebas dari pelebaran puncak bahan. Pelebaran puncak instrumen (b) merupakan fungsi sudut Bragg, θ, dan diformulasikan sebagai berikut [7] : b 2 = U tan 2 θ + V tanθ + W (1) dimana U, V, dan W adalah suatu konstanta. Model ini tidak termasuk divergensi sudut kecil yaitu 2θ lebih kecil 30. b 2 diperoleh dengan membuat kurva (FWHM) 2 versus tan θ yang menghasilkan suatu regresi polinomial, yang selanjutnya diperoleh harga U, V, dan W. Dengan demikian koreksi pelebaran puncak akibat instrumen dapat dihitung. Pelebaran puncak hasil pengamatan (B) dikoreksi dengan pelebaran puncak akibat instrumen (b) dan menghasilkan pelebaran puncak terkoreksi (β) dengan persamaan berikut [8]. β = B (b 2 /B) (2) Pelebaran puncak juga hasil kontribusi dari kristalit (D) dan regangan mikro (ε). Persamaan berikut [9] menunjukkan korelasi antara pelebaran puncak (β), ukuran kristalit (D), regangan mikro (ε), sudut Bragg (θ), dan panjang gelombang (λ) dalam satuan Å. (β cos θ/λ) 2 = (1/D) 2 + (4ε sin θ / λ) 2 (3) Berdasarkan persamaan ini, dapat dibuat kurva antara (β cos θ/λ) 2 versus (sinθ/λ) 2, dimana intersepnya adalah (1/D 2 ) dan kemiringannya 16 (ε) 2. Selanjutnya densitas dislokasi (ρ) dapat dihitung dengan persamaan berikut [9] : ρ = 3η/(D) 2 (4) dimana η = suatu konstanta yang harganya mendekati 1 D = ukuran kristalit. Setelah densitas dislokasi diketahui, maka kekuatan luluh (Y s ) dapat dihitung dengan persamaan berikut [9] : Y s = 274,54 + 4,963 10-6 ρ (5) dengan satuan Y s dalam MPa dan ρ dalam m/m 3 atau 1/m 2. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi ukuran kristalit, regangan mikro dan kekuatan luluh paduan Zircaloy-4 dengan metode difraksi sinar-x. III. TATA KERJA 3.1. Bahan Bahan (as-received) dengan komposisi pemadu utama 1,3% Sn, 0,22% Fe, dan 0,10% Cr dipotong menggunakan diamond blade dengan ukuran 10 mm 100 mm. Setelah dibersihkan, sampel dipanaskan pada suhu 1100 C selama 2 jam, kemudian didinginkan cepat (quenched) dalam air. Sampel dibersihkan dan dipanaskan pada suhu 750 C selama 2 jam. Selanjutnya sampel dirol dingin (cold rolled) dengan reduksi tebal 40%, 75%, dan 80%. Selanjutnya sampel siap untuk identifikasi kristal dengan difraksi sinar-x. 16

Pengaruh Deformasi pada Karakteristik Kristalit dan Kekuatan Luluh Zircaloy-4 (Sugondo, Futichah) 3.2. Cara Kerja Sampel dipoles sampai grid 1200 mesh untuk menghilangkan oksida selama proses berlangsung. Pembuatan difraktogram dilakukan dengan alat JEOL, DX-GERP-12 dengan spesifikasi sebagai berikut: Tube = Cu, Filter = Ni, Tegangan = 36 kv, Arus = 20 MA, dan Kecepatan (Speed) = 2 /menit. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil difraksi dapat dilihat pada difraktogram Gambar 1 sampai Gambar 3, dan data difraktogram sekaligus hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 1. 4.1. Koreksi Pelebaran Puncak Koreksi pelebaran puncak instrumen menggunakan persamaan (1), yang dipakai untuk menghitung b 2 sebagai fungsi sudut Bragg pada masing-masing puncak. Sudut Bragg dan lebar setengah puncak diperoleh dari Gambar 1 sampai Gambar 3 dengan data numerik pada Tabel 1. Dengan membuat kurva (FWHM) 2 versus tan θ yang bersumber pada Tabel 1, diperoleh regresi seperti pada Tabel 2. Berdasarkan regresi tersebut dapat dihitung b 2. Kemudian b 2 dimasukkan ke dalam persamaan (2) untuk koreksi pelebaran instrumen. Setelah lebar puncak terkoreksi diketahui, kemudian dibuat regresi (β cosθ/λ) 2 versus (sin θ/λ) 2. Dari korelasi (β cos θ/λ) 2 versus (sin θ/λ) 2 diperoleh regresi Tabel 3 dan sesuai dengan persamaan (3) maka intersepnya adalah (1/D) 2 yaitu sebagai ukuran kristalit (sub-butir atau sub-grain) dan kemiringannya adalah (4 ε) 2 yaitu merupakan regangan mikro. Harga D dapat digunakan untuk menghitung densitas dislokasi (ρ) sesuai dengan persamaan (4) dan selanjutnya dengan persamaan (5) dapat dihitung kekuatan luluh. Ukuran kristalit, regangan mikro, densitas dislokasi, dan kekuatan luluh dapat dilihat pada Tabel 4. Gambar 1. Difraktogram Zircaloy-4: (a) hasil proses kuencing, (b) hasil proses reduksi 40%, (c) hasil proses aniling 17

Gambar 2. Difraktogram Zircaloy-4 melalui proses kuencing, anil, dan reduksi 75% Gambar 3. Difraktogram Zircaloy-4 melalui proses kuencing, anil, dan reduksi 80% Tabel 1. Data difraktogram Zircaloy-4 melalui proses kuencing, anil, dan reduksi Kuencing Anil Reduksi 40% Reduksi 75% Reduksi 80% No. 2θ (deg) FWHM 2θ (deg) FWHM 2θ (deg) FWHM 2θ (deg) FWHM 2θ (deg) FWHM 1 35,600 0,260 35,000 0,250 35,200 0,290 31,850 0,469 34,763 0,489 2 37,500 0,370 36,700 0,340 36,800 0,350 34,763 0,381 36,394 0,486 3 47,800 0,350 47,200 0,300 47,300 0,400 36,394 0,482 47,887 0,593 4 63,400 0,400 62,600 0,350 62,800 0,500 47,887 0,508 56,831 0,562 5 - - - - - - 56,831 0,633 63,445 0,781 6 - - - - - - 63,445 0,709 68,324 0,551 7 - - - - - - 68,324 0,793 - - Keterangan: θ adalah sudut Bragg ( ), FWHM adalah lebar setengah puncak ( ), dan reduksi (%) adalah Zircaloy-4 melalui proses kuencing (quenching), anil, dan reduksi (%) 18

Pengaruh Deformasi pada Karakteristik Kristalit dan Kekuatan Luluh Zircaloy-4 (Sugondo, Futichah) Tabel 2. Korelasi pelebaran puncak sebagai fungsi sudut Bragg Regresi koreksi pelebaran puncak instrumen No. Sampel Koreksi (b 2 ) Fungsi tan θ 1 Kuencing b 2 = 2,2053 tan 2 θ 0,0764 tan θ + 0,0887 2 Anil b 2 = 0,2145 tan 2 θ 0,4387 tan θ + 0,18 3 Reduksi 40% b 2 = 0,8005 tan 2 θ 0,2373 tan θ + 0,1 4 Reduksi 75% b 2 = 4,8827 tan 2 θ 4,164 tan θ + 1,1 5 Reduksi 80% b 2 = 3,2182 tan 2 θ 2,725 tan θ + 0,85 Tabel 3. Korelasi pelebaran puncak sebagai fungsi kristalit dan regangan mikro Regresi koreksi pelebaran kristalit dan regangan mikro No. Sampel (β cos θ/λ) 2 (sin θ/λ) 2 1 Kuencing (β cos θ/λ) 2 = 0,004 (sin θ/λ) 2 + 0,0098 2 Anil (β cos θ/λ) 2 = 1,727 (sin θ/λ) 2 + 0,000 012 3 Reduksi 40% (β cos θ/λ) 2 = 0,0029 (sin θ/λ) 2 + 0,000 09 4 Reduksi 75% (β cos θ/λ) 2 = 0,0166 (sin θ/λ) 2 + 0,0015 5 Reduksi 80% (β cos θ/λ) 2 = 0,0159 (sin θ/λ) 2 + 0,0083 Tabel 4. Regangan mikro, ukuran kristalit, densitas dislokasi, dan kekuatan luluh Sampel (4 ε) 2 (1/D) 2 ε D(Å) ρ (m/m 3 ) Ys (MPa) Kuencing 1,004 9,80E-03 0,2505 10,1015 2,94E+16 1125,52 Anil 1,727 1,21E-05 0,3285 287,4798 3,63E+13 304,44 Reduksi 40% 0,0029 9,00E-05 0,0135 105,4093 2,70E+14 356,09 Reduksi 75% 0,0166 1,50E-03 0,0322 25,8199 4,50E+15 607,47 Reduksi 80% 0,0159 8,30E-03 0,0315 10,9764 2,49E+16 1057,69 Keterangan: ε adalah regangan mikro, D adalah ukuran kristalit (Å), ρ adalah kerapatan dislokasi (m/m 3 ), dan Ys adalah tegangan luluh (MPa). 4.2. Regangan Mikro Regangan mikro (ε) ditunjukkan pada Tabel 4. Regangan mikro sampel hasil kuencing Zry-4 sebesar 25,05%, sampel anil sebesar 32,83%, sampel hasil reduksi 40% sebesar 1,35%, sampel hasil reduksi 75% sebesar 3,22%, dan sampel hasil reduksi 80% sebesar 3,15%. Regangan mikro sampel hasil kuencing lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil anil 750 C. Data ini menunjukkan bahwa rendahnya regangan mikro kemungkinan terjadinya proses rekristalisasi dan pertumbuhan butir selama anil. Sampel yang dianil 750 C mempunyai regangan mikro 32,83% dan sampel yang direduksi 40% mempunyai regangan mikro 1,35%. Pada reduksi 40% tampak sudah terjadi pembentukan kristalit. Seperti yang dijelaskan pada pendahuluan bahwa deformasi plastis zirkonium dan zirkaloi mayoritas terjadi melalui proses dislokasi slip dan twin. Sehingga beban tegangan yang dikenakan pada bahan tidak berubah menjadi regangan butir tetapi menjadi rotasi pada kisi kristal. Pergeseran kisi kiristal ini menghasilkan kristalit. Penambahan beban tegangan selanjutnya yang lebih besar mengakibatkan regangan butir. Terbukti reduksi 75% menghasilkan regangan 3,22% dan reduksi 80% menghasilkan regangan 3,15%. Berdasarkan data bahwa regangan hasil dari reduksi 80% lebih kecil dibandingkan dengan hasil reduksi 75%, berarti ada batas regangan maksimum akibat deformasi. Regangan maksimum disebabkan oleh mekanisme deformasi dan harus memenuhi konstansi rasio c/a. 19

4.3. Ukuran Kristalit Ukuran kristalit (D=Å) ditunjukkan pada Tabel 4. Ukuran kristalit sampel hasil kuencing sebesar 10,1015 Å, hasil anil 750 C sebesar 287,4798 Å, hasil reduksi 40% sebesar 105,4093 Å, hasil reduksi 75% sebesar 25,8199 Å, dan hasil reduksi 80% sebesar 10,9764 Å. Jika dibandingkan sampel hasil kuencing dan anil 750 C, ukuran kristalit bertambah besar dengan suhu anil. Data ini menunjukkan bahwa naiknya ukuran kristalit kemungkinan disebabkan oleh terjadinya proses rekristalisasi dan pertumbuhan butir selama anil. Sampel yang dianil 750 C mempunyai ukuran kristalit 287,4798 Å dan sampel yang direduksi 40% mempunyai ukuran kristalit 105,4093 Å. Pada reduksi 40% tampak sudah terjadi pembentukan kristalit. Seperti yang dijelaskan pada penjelesan regangan mikro bahwa deformasi plastis zirkonium dan zirkaloi mayoritas terjadi melalui proses dislokasi slip dan twin. Dengan demikian beban tegangan yang dikenakan pada bahan tidak berubah menjadi regangan butir tetapi menjadi rotasi pada kisi kristal. Pergeseran kisi kristal ini menghasilkan kristalit. Penambahan beban tegangan selanjutnya yang lebih besar mengakibatkan regangan butir. Terbukti dengan reduksi 75% menghasilkan ukuran kristalit 25,8199 Å dan reduksi 80% menghasilkan ukuran kristalit 10,9764 Å. Berdasarkan data bahwa ukuran kristalit hasil dari reduksi 80% lebih kecil dibandingkan dengan hasil reduksi 75%, berarti ada batas regangan maksimum akibat deformasi. Regangan maksimum disebabkan oleh mekanisme deformasi dan harus memenuhi konstansi rasio c/a, sehingga ukuran kristalit tidak dapat bertambah besar lagi. 4.4. Densitas Dislokasi Densitas dislokasi (ρ = m/m 3 ) ditunjukkan pada Tabel 4. Densitas dislokasi sampel hasil kuencing sebesar 2,94E+16 m/m 3, hasil anil 750 C sebesar 3,63E+13 m/m 3, hasil reduksi 40% sebesar 2,70E+14 m/m 3, hasil reduksi 75% sebesar 4,5E+15 m/m 3, dan hasil reduksi 80% sebesar 2,49+16 m/m 3. Jika dibandingkan sampel hasil kuencing dan anil 750 C, ukuran kristalit bertambah besar dengan suhu anil. Data ini menunjukkan bahwa naiknya ukuran kristalit kemungkinan disebabkan oleh terjadinya proses rekristalisasi dan pertumbuhan butir selama anil. Sampel yang dianil 750 C mempunyai densitas dislokasi 3,63E+13 m/m 3 dan sampel yang direduksi 40% mempunyai ukuran densitas dislokasi 2,70+14 m/m 3. Pada reduksi 40% nampak sudah terjadi pembentukan kristalit. Seperti yang dijelaskan pada penjelasan ukuran kristalit bahwa deformasi plastis zirkonium dan zirkaloi mayoritas terjadi melalui proses dislokasi slip dan twin. Dengan demikian beban tegangan yang dikenakan pada bahan tidak berubah menjadi regangan butir tetapi menjadi rotasi pada kisi kristal. Pergeseran kisi kristal ini menghasilkan kristalit. Penambahan beban tegangan selanjutnya yang lebih besar mengakibatkan meningkatnya densitas dislokasi. Terbukti dengan reduksi 75% menghasilkan densitas dislokasi 4,5E+15 m/m 3 dan reduksi 80% menghasilkan densitas dislokasi 2,49E+16 m/m 3. Berdasarkan data bahwa densitas dislokasi hasil dari reduksi 80% lebih besar dibandingkan dengan hasil reduksi 75%, berarti ada batas regangan maksimum akibat deformasi. Regangan maksimum disebabkan oleh mekanisme deformasi dan harus memenuhi konstansi rasio c/a, sehingga densitas dislokasi menjadi bertambah. 4.5. Kekuatan Luluh Kekuatan luluh (Ys = MPa) ditunjukkan pada Tabel 4. Dapat dilihat bahwa kekuatan luluh sampel hasil kuencing sebesar 1125,52 MPa, hasil anil 750 C sebesar 304,44 MPa, hasil reduksi 40% sebesar 356,09 MPa, hasil reduksi 75% sebesar 607,47 MPa, dan hasil reduksi 20

Pengaruh Deformasi pada Karakteristik Kristalit dan Kekuatan Luluh Zircaloy-4 (Sugondo, Futichah) 80% sebesar 1057,69 MPa. Jika dibandingkan sampel hasil kuencing dan anil 750 C, kekuatan luluh berkurang dengan suhu anil. Data ini menunjukkan bahwa turunnya kekuatan luluh kemungkinan disebabkan oleh terjadinya proses rekristalisasi dan pertumbuhan butir selama anil. Sampel yang dianil 750 C mempunyai kekuatan luluh 304,44 MPa dan sampel yang direduksi 40% mempunyai kekuatan luluh 356,09 MPa. Pada reduksi 40% tampak sudah terjadi pembentukan kristalit. Seperti yang dijelaskan pada penjelasan ukuran kristalit bahwa deformasi plastis zirkonium dan zirkaloi mayoritas terjadi melalui proses dislokasi slip dan twin. Dengan demikian beban tegangan yang dikenakan pada bahan tidak berubah menjadi regangan butir tetapi menjadi rotasi pada kisi kristal. Pergeseran kisi kiristal ini menghasilkan kristalit. Penambahan beban tegangan selanjutnya yang lebih besar mengakibatkan meningkatnya densitas dislokasi dan akibatnya meningkatkan kekuatan luluh. Terbukti dengan reduksi 75% menghasilkan kekuatan luluh 607,47 MPa dan reduksi 80% menghasilkan kekuatan luluh 1057,69 MPa. Berdasarkan data bahwa densitas dislokasi hasil dari reduksi 80% lebih besar dibandingkan dengan hasil reduksi 75%, berarti ada batas regangan maksimum akibat deformasi. Regangan maksimum disebabkan oleh mekanisme deformasi dan harus memenuhi konstansi rasio c/a, sehingga densitas dislokasi menjadi bertambah. Penambahan densitas dislokasi mengakibatkan naiknya tegangan sisa yang selanjutnya pada kekuatan luluh. V. KESIMPULAN 1. Proses anil 750 C Zry-4 dari hasil kuencing mengakibatkan terjadinya rekristalisasi dan pertumbuhan butir yang terbukti dengan naiknya regangan mikro dari 25,05% menjadi 32,83%, naiknya ukuran kristalit dari 10,1015 Å menjadi 287,4798 Å, turunnya densitas dislokasi dari 2,94E+16 m/m 3 menjadi 3,63E+13 m/m 3, dan turunnya kekuatan luluh dari 1125,52 MPa menjadi 304,44 MPa. 2. Proses reduksi Zry-4 dari hasil anil yang direduksi sampai 80% mengakibatkan deformasi plastis dan menghasilkan kristalit yang terbukti dengan turunnya regangan mikro dari 32,83% menjadi 3,15%, turunnya ukuran kristalit dari 287,4798 Å menjadi 10,9764 Å, naiknya densitas dislokasi dari 3,63E+13 m/m 3 menjadi 2,49E+16 m/m 3, dan naiknya tegangan luluh dari 304,44 MPa menjadi 1057,69 MPa. 3. Proses deformasi plastis Zry-4 dibatasi oleh konstansi rasio c/a (± 1,6) terbukti dengan turunnya tegangan mikro dari 3,22% menjadi 3,15%, turunnya ukuran kristalit dari 25,8199 Å menjadi 10,9764 Å, naiknya densitas dislokasi dari 4,5E+15 m/m 3 menjadi 2,49E+16 m/m 3, dan naiknya tegangan luluh dari 607,47 MPa menjadi 1057,69 MPa dari sampel yang direduksi 75% menjadi 80%. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. CAHN, R.W., HAASEN, P., and KRAMER, E.J., Materials Science and Technology, (LAMBERT J.D.B. AND STRAIN R.), Oxide Fuels, Vol. 10A, (FROST, B.R.T.), Nuclear Materials, Part 1, VCH, Wein Hein, Germany, 1985, p.121. 2. HAYWARD, P.J., and GEORGE, I.M., Dissolution of CANDU Fuel by Molten Zircaloy- 4 Cladding, Third International Conference on CANDU Fuel, October 4-6 1992, Chalk River, Canada, 1992, pp.4-11. 3. WOODS, C.R., Properties of Zircaloy-4 Tubing, NBS, Virginia-USA, December 1966, pp.1-215. 21

4. TECKHOFF, E., Deformation Mechanism, Texture and Anisotropy in Zirconium and Zircaloy, ASTM-STP-966, American Society for Testing Materials, Pensylvannia, 1988. 5. NUMAKURA, H., MINOSHI, Y., and KOIWA, M., {1011}[1123] Slip in Zirconium, Philosophy, No. 63, 1991, pp.1077-1084. 6. CAGLIOTI, G., PAOLETTI, A., and RICCI, F. P., Nuclear Instrument Method, Vol.3, No. 223, 1958, in KAPOOR, K., LAHIRI, D., RAO, S.V.R., SANYAL, T., and KASHYAP, B.P., X-Ray Diffraction Line Profile Analysis for Defect Study in Zr- 2.5%Nb, Bulletin Material Science, Vol.27, No. 1, February 2004, p.64. 7. CULLITY, B.D., X-Ray Diffraction, Addison Wesley, England, 1959, p.259. 8. RAMA, R.P., and ANANTHARAMAN, T.R., Z. Metalk, Vol. 54, No. 658, 1963, in KAPOOR K., LAHIRI D., RAO S.V.R., SANYAL T., and KASHYAP B.P., X-Ray Diffraction Line Profile Analysis for Defect Study in Zr-2.5%Nb, Bulletin Material Science, Vol.27, No. 1, February 2004, p.65. 9. SHARP, J.V., MAKIN, M.J., and CHRISTIAN, J.W., Physics Status Solidi, Vol.11, No. 845, 1965, in KAPOOR, K., LAHIRI, D., RAO, S.V.R., SANYAL, T., and KASHYAP, B.P., X-Ray Diffraction Line Profile Analysis for Defect Study in Zr-2.5%Nb, Bulletin Material Science, Vol.27, No. 1, February 2004 p.65. 10. REED-HILL, R.E., Physical Metallurgy Principles, 2 nd ed., Wadsward, California, 1973, p.832. 22