BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan salah satu penyumbang devisa negara terbesar dibidang perkebunan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe perkecambahan epigeal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kosentrasi Garam (NaCl) Terhadap Daya Kecambah Wijen (Sesamum indicum L.)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

Pokok Bahasan. Tambahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

SUPARMUJI, S.Pd NIP

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi. Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

PENGUJIAN PUPUK HANTU TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH SELADA (Lactuca sativa, L)

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL)

HASIL DAN PEMBAHASAN

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hand out Biologi XII IA 3 KKN PPL UNM ANGK. V

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase daya berkecambah dilakukan setelah pemanenan yaitu 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman terhadap persentase daya berkecambah dilakukan dengan menggunakan ANAVA. Dari proses analisis, didapatkan tabel ANAVA sebagai berikut : Tabel 4.1. Tabel ANAVA pengaruh konsentrasi dan lama perendaman terhadap persentase daya berkecambah SK JK Db KT F-hit Sig. F-tabel 5% Perlakuan 297333,533 17 17490,208 62,279 0,000 Konsentrasi 7811,111 4 1952,778 6,953 0,001 * 2,71 * Lama perendaman 3064,133 2 1532,067 5,455 0,010 * 3,34 * Interaksi 806,756 8 100,844 0,359 0,933 2,29 Galat 7863,467 28 280,838 Total 305197,000 45 Keterangan: tanda * menunjukkan terdapat pengaruh nyata Pada sumber keragaman (SK) konsentrasi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 6,953. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,71 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (6,953 > 2,71). Pada sumber keragaman (SK) lama perendaman, didapatkan nilai F-hitung sebesar 5,455. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 3,34 pada taraf 5%. Jika F-hitung 42

43 dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (5,455 > 3,34). Pada sumber keragaman (SK) interaksi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 0,083. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,29 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih kecil daripada F- tabel 5% (0,083 < 2,29). Berdasarkan dari hasil Tabel ANAVA diatas dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh yang signifikan/nyata terhadap peningkatan persentase daya berkecambah daya berkecambah benih kakao. Karena terdapat pengaruh signifikan pada perlakuan konsentrasi dan lama perendaman maka dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sedangkan pada perlakuan interaksi konsentrasi dan lama perendaman tidak terdapat pengaruh yang signifikan, sehingga tidak dilakukan pengujian lanjut. Hasil pengamatan pengaruh interaksi terdapat pada Lampiran 1. Tabel 4.2. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao Rata-rata persentasi daya Konsentrasi K0 0% K1 10% K2 20% K3 30% K4 40% berkecambah (%) 53,89 a 81,78 b 85,33 b 87,11 b 90,22 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Perkecambahan (%) 44 100 80 60 40 20 0 K0 K1 K2 K3 K4 Konsentrasi Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi bawang merah terhadap persentase daya berkecambah benih kakao Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 diatas diketahui bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persentasi daya berkecambah dari benih kakao (Theobroma cacao L). Dari semua hasil daya berkecambah yang telah diperoleh terdapat hasil yang sangat signifikan antara kontrol (K0) dengan perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4). Namun tidak terdapat hasil yang signifikan antara perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4) itu sendiri karena hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh yaitu 81,78%, 85,33%, 87,11% dan 90,22%. Sesuai dengan hasil uji DMRT 5% didapatkan notasi seperti pada Tabel 4.2. Pada hasil persentasi daya berkecambah terlihat perlakuan konsentrasi 40% (K4) memiliki nilai rata-rata persentase daya berkecambah tertinggi yaitu sebesar 90,22%. Sedangkan perlakuan 0% (K0) sebagai kontrol memiliki nilai rata-rata persentase terendah yakni sebesar 53,89%. Rendahnya daya berkecambah pada konsentrasi ini diduga karena serangan cendawan pada benih kakao pada saat

45 penyemaian dan menyebabkan beberapa benih kakao yang ditanam busuk sehingga tidak dapat tumbuh atau mati. Benih kakao yang tidak diberi perlakuan (kontrol) tidak memiliki antibakteri alami, sedangkan benih yang diberi perlakuan terlindungi dari bakteri. Bawang merah mengandung senyawa allin yang kemudian akan berubah menjadi senyawa allicin (Susanti, 2011). Allicin dalam bentuk yang murni mempunyai daya antibakteri, selain bersifat antibakteri, allicin juga memiliki sifat lain yaitu sifat antifungi dan antiparasit yang berarti dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh fungi/jamur serta parasit (Wuisan, 2013). Selain itu, diduga kandungan hormon yang terdapat pada benih lebih sedikit jika dibandingkan benih yang diberi perlakuan, sehingga mempengaruhi daya berkecambah benih tersebut. Perendaman benih pada ektrak bawang merah dengan konsentrasi 10% (K1) memperoleh hasil daya kecambah sebesar 81,78%, nilai daya berkecambah pada konsentrasi ini sangat berbeda nyata dibandingkan perlakuan kontrol hal ini dapat disebabkan pengaruh kandungan unsur hara yang terdapat dalam ekstrak bawang merah yang diserap oleh benih pada saat dilakukan perendaman dan membantu proses perkecambahan. Pada konsentrasi 20% (K2) diperoleh hasil daya kecambah sebesar 85,33%, pada konsentrasi 30% (K3) diperoleh hasil daya kecambah sebesar 87,11%. Bawang merah dapat meningkatkan viabilitas benih, proses ini melibatkan proses pemanjangan sel sebagai akibat pengaruh auksin yang terkandung dalam ekstrak bawang merah. Auksin menyebabkan sel penerima dalam tunas atau batang mengeluarkan ion hydrogen ke sekeliling dinding sel yang kemudian menurunkan ph

46 dan mengakibatkan mengendornya dinding sel dan terjadi pertumbuhan dengan cepat (Siswanto, 2010). Aktifnya proses metabolisme dan reproduksi pada awal perkecambahan tidak hanya tergantung ketersediaan substrat respirasi dalam embrio, tetapi membutuhkan katalisator biologi yang sangat penting. Enzim yang ada didalam benih akan diaktifkan sewaktu fase imbibisi. Aktifnya kerja enzim karena adanya zat pemacu seperti auksin, giberelin, dan sitokinin. Zat pemacu tersebut dikenal sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT), apabila dihasilkan oleh tanaman sendiri disebut endogen dan jika disintesis diluar tanaman disebut ZPT eksogen (Sadjad, 1993). Tabel 4.3. Pengaruh Lama Perendaman Bawang Merah Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao Lama perendaman Rata-rata persentasi daya berkecambah (%) Notasi DMRT (5%) L1 (3 jam) 68 a L2 (6 jam) 85.27 b L3 (9 jam) 85.73 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persentasi daya berkecambah dari benih kakao (Theobroma cacao L). Pada Tabel 4.3 juga menunjukkan bahwa perlakuan perendaman selama 9 jam (L3) memberikan nilai rata-rata yang tertinggi pada variabel persentase daya berkecambah yaitu sebesar 85,27%, dan hasil rata-rata terendah adalah perlakuan

47 perendaman selama 3 jam (L1) dengan nilai rata-rata 68%. Sedangkan perlakuan perendaman 6 jam (L2) memperoleh nilai rata-rata 85,27%. Dari data yang didapatkan, berdasarkan uji DMRT 5% menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara L1 dan L2, sedangkan terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara L2 dan L3. 120 100 80 60 40 20 0 0 10 20 30 40 3 6 9 Gambar 4.2 Interaksi konsentrasi dan lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap persentase daya berkecambah benih kakao Pada interaksi konsentrasi 10% dan lama perendaman 9 jam dalam ekstrak bawang merah diperoleh hasil paling tinggi dalam meningkatkan persentase daya berkecambah dengan hasil 98,66%. Namun dengan konsentrasi 10% dan lama perendaman 6 jam telah dapat meningkatkan persentase daya berkecambah, hasil yang diperoleh pun optimal yakni dengan nilai rata-rata 94,66%, sehingga untuk meningkatkan persentase daya berkecambah dapat menggunakan perlakuan interaksi konsentrasi 10% dan lama perendaman 6 jam. Semakin sedikit bahan yang digunakan maka akan menekan biaya penggunaan bawang merah.

48 4.2 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Panjang Hipokotil Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan panjang hipokotil dilakukan 3 kali yaitu pada hari ke 7, 14, 21 setelah tanam, pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris (seperti pada lampiran 6). Sedangkan analisis data pengaruh antara konsentrasi dan lama perendaman terhadap panjang hipokotil dilakukan dengan menggunakan ANAVA. Dari proses analisis, didapatkan tabel ANAVA sebagai berikut : Tabel 4.4. Tabel ANAVA pengaruh konsentrasi dan lama perendaman terhadap panjang hipokotil SK JK Db KT F-hit Sig. F-tabel 5% Perlakuan 1310,195 17 77,070 49,475 0,000 Konsentrasi 71,002 4 17,750 11,395 0,000 * 2,71 * Lama perendaman 15,748 2 7,874 5,055 0,013 * 3,34 * Interaksi 3,526 8 0,441 0,283 0,966 2,29 Galat 43,617 28 1,558 Total 1353,812 45 Keterangan: tanda * menunjukkan terdapat pengaruh nyata Pada sumber keragaman (SK) konsentrasi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 11,395. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,71 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (11,395 > 2,71). Pada sumber keragaman (SK) lama perendaman, didapatkan nilai F-hitung sebesar 5,055. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 3,34 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (5,055 > 3,34).

49 Pada sumber keragaman (SK) interaksi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 0,701. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,29 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih kecil daripada F- tabel 5% (0,701 < 2,29). Berdasarkan dari hasil tabel ANAVA diatas dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh yang signifikan/nyata terhadap peningkatan panjang hipokotil benih kakao. Karena terdapat pengaruh signifikan pada perlakuan konsentrasi dan lama perendaman maka dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sedangkan pada perlakuan interaksi konsentrasi dan lama perendaman tidak terdapat pengaruh yang signifikan, sehingga tidak dilakukan pengujian lanjut. Hasil pengamatan pengaruh interaksi terdapat pada Lampiran 2. Tabel 4.5. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah Terhadap Panjang Hipokotil Benih Kakao Konsentrasi Rata-rata panjang hipokotil K0 0% K1 10% K2 20% K3 30% K4 40% (cm) 2,70 a 5,64 b 5,68 b 5,98 b 5,99 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Hipokotil (cm) 50 7 6 5 4 3 2 1 0 K0 K1 K2 K3 K4 konsentrasi Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi ekstrak bawang merah terhadap panjang hipokotil benih kakao Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 diatas menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% memiliki pengaruh yang signifikan terhadap panjang hipokotil dari benih kakao (Theobroma cacao L.). Dari semua hasil perhitungan rata-rata panjang hipokotil yang telah diperoleh terdapat hasil yang sangat signifikan antara kontrol (K0) dengan perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4). Namun tidak terdapat hasil yang signifikan antara perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4) itu sendiri karena hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh yaitu 5,6 cm, 5,6 cm, 5,9 cm, 5,9 cm. Sesuai dengan hasil uji DMRT 5% didapatkan notasi seperti pada Tabel 4.5. Pada hasil uji panjang hipokotil K0 sebagai kontrol memiliki nilai panjang hipokotil yang paling rendah dengan rata-rata yaitu sebesar 2,7 cm. sedangkan pada konsentrasi 40% (K4) diperoleh hasil rata-rata panjang hipokotil tertinggi yaitu sebesar 5,9 cm. perbedaan panjang hipokotil pada perlakuan kontrol menunjukkan bahwasanya

51 masing-masing benih memiliki kandungan hormon secara alami didalam benih yang disebut dengan hormon endogen, hormon yang secara alami terdapat di dalam benih adalah hormon giberelin. hormon tersebut berfungsi merangsang perkecambahan. Namun karena jumlahnya yang sedikit perlu adanya penambahan pemacu atau hormon agar perkecambahan berlangsung secara cepat dan baik, hormon yang tidak berasal dari tumbuhan itu sendiri disebut dengan hormon eksogen. Setiap tanaman memiliki hormon untuk merangsang perkecambahan, akan tetapi hormon yang ada pada benih tersebut jumlahnya sedikit sehingga pertu ditambah agar pertumbuhan benih akan semakin cepat dan baik. Konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam perlakuan akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan penyerapan yang terjadi pada benih, sehingga akan berpengaruh terhadap daya berkecambah, kecepatan perkecambahan, dan kesuburan benih (Kusumo,1990). Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh terhadap sifat genetik, mobilisasi, karbohidrat selama perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung pemanjangan sel (Abidin, 1983). Giberelin sebagai salah satu hormon tumbuh yang memiliki fungsi anatara lain meningkatkan pembelahan sel dan pembesaran sel dalam bentuk memperpanjang ruas tanaman, memperbesar luas daun berbagai jenis tanaman, memperbesar bunga, buah dan mempengaruhi panjang batang (Heddy, 1989). Kebanyakan tanaman merespon pemberian giberelin dengan pertambahan panjang batang. Giberelin juga mempunyai pengaruh yang berbeda pada setiap

52 tanaman. Selain perpanjangan batang giberelin juga memperbesar ruas daun (Wattimena, 1988). Tabel 4.6 Pengaruh Lama Perendaman Bawang Merah Terhadap Panjang Hipokotil Benih Kakao Lama Rata-rata panjang Notasi perendaman hipokotil (cm) DMRT (5%) L1 (3 jam) 4,4 a L2 (6 jam) 5,3 b L3 (9 jam) 5,8 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap panjang hipokotil dari benih kakao (Theobroma cacao L.). Pada analisis panjang hipokotil diperoleh hasil rata-rata yang tertinggi pada perlakuan perendaman 9 jam (L3) yaitu sebesar 5,8 cm, dan hasil rata-rata panjang hipokotil terendah adalah pada perlakuan perendaman 3 jam (L1) yaitu sebesar 4,4 cm. sedangkan hasil rata-rata yang diperoleh pada perlakuan perendaman 6 jam (L2) yaitu sebesar 5,3 cm. Dari data yang didapatkan, berdasarkan uji DMRT 5% menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara L1 dan L2, sedangkan terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara L2 dan L3. Gambar pengaruh lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap panjang hipokotil dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Hipokotil (cm) 53 7 6 5 4 3 2 1 0 L1 L2 L3 Lama Perendaman Gambar 4.4 Pengaruh lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap panjang hipokotil benih kakao 4.3 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Kecepatan Tumbuh Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Data kecepatan tumbuh dihasilkan dari rata-rata pertumbuhan hipokotil pada setiap kali pengukuran, yaitu pada hari ke 7, 14, 21 setelah benih ditanam. Sedangkan analisis data pengaruh antara konsentrasi dan lama perendaman terhadap kecepatan tumbuh dilakukan dengan menggunakan ANAVA. Dari proses analisis, didapatkan tabel ANAVA sebagai berikut : Tabel 4.7. Tabel ANAVA pengaruh konsentrasi dan lama perendaman terhadap kecepatan tumbuh SK JK Db KT F-hit Sig. F-tabel 5% Perlakuan 70,668 17 4,157 60,978 0,000 Konsentrasi 4,161 4 1,040 15,260 0,000 * 2,71 * Lama perendaman 1,074 2 0,537 7,878 0,002 * 3,34 * Interaksi 0,182 8 0,023 0,334 0,945 2,29 Galat 1,909 28 0,068 Total 72,576 45 Keterangan: tanda * menunjukkan terdapat pengaruh nyata

54 Pada sumber keragaman (SK) konsentrasi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 15,260. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,71 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (15,260 > 2,71). Pada sumber keragaman (SK) lama perendaman, didapatkan nilai F-hitung sebesar 7,878. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 3,34 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (7,878 > 3,34). Pada sumber keragaman (SK) interaksi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 0,334. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,29 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih kecil daripada F- tabel 5% (0,701 < 2,29). Berdasarkan dari hasil tabel ANAVA diatas dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh yang signifikan/nyata terhadap peningkatan kecepatan tumbuh benih kakao. Karena terdapat pengaruh signifikan pada perlakuan konsentrasi dan lama perendaman maka dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sedangkan pada perlakuan interaksi konsentrasi dan lama perendaman tidak terdapat pengaruh yang signifikan, sehingga tidak dilakukan pengujian lanjut. Hasil pengamatan pengaruh interaksi terdapat pada Lampiran 3.

Kecepatan Tumbuh(cm) 55 Tabel 4.8. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah Terhadap Kecepatan Tumbuh benih Kakao Konsentrasi Rata-rata kecepatan tumbuh (cm) K0 0% K1 10% K2 20% K3 30% K4 40% 0,59 a 1,33 b 1,33 b 1,34 b 1,40 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% 1.6 1.4 1.2 0.8 1 0.6 0.4 0.2 0 K0 K1 K2 K3 K4 Konsentrasi Gambar 4.5 Pengaruh konsentrasi bawang merah terhadap kecepatan tumbuh benih kakao Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecepatan tumbuh dari benih kakao (Theobroma cacao L.). Dari semua hasil perhitungan koefisien kecepatan tumbuh yang telah diperoleh terdapat hasil yang sangat signifikan antara kontrol (K0) dengan perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4). Namun tidak terdapat hasil yang signifikan antara perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4) itu sendiri karena hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh yaitu 1,33

56 cm, 1,33 cm, 1,34 cm, dan 1,40 cm. Sesuai dengan hasil uji DMRT 5% didapatkan notasi seperti pada tabel 4.8 Pada hasil analisis kecepatan tumbuh K0 sebagai kontrol memiliki nilai kecepatan tumbuh yang paling rendah yaitu sebesar 0,59 cm. Hal ini dapat dipengaruhi sedikitnya jumlah hormon pemacu perkecambahan yang terdapat didalam benih. Sedangkan pada konsentrasi 40% (K4) diperoleh hasil kecepatan tumbuh tertinggi yaitu sebesar 1,40 cm. hasil kecepatan tumbuh didapatkan dari pengukuran hasil pertumbuhan yang terjadi pada hipokotil. Kecepatan pertumbuhan hipokotil sangat dipengaruhi dengan adanya pemberian perlakuan terhadap benih yaitu pemberian zat pengatur tumbuh alami yang terdapat pada ekstrak bawang merah yang berupa hormon giberelin sehingga dapat memacu pertumbuhan panjang hipokotil. Kebanyakan tanaman merespon pemberian giberelin dengan pertambahan panjang batang. Giberelin juga mempunyai pengaruh yang berbeda pada setiap tanaman. Selain perpanjangan batang giberelin juga memperbesar ruas daun (Wattimena, 1988). Secara mendasar giberelin bekerja dengan menstimulasi pembelahan sel dengan memacu sel pada fase pertumbuhan sel untuk memasuki fase sintesis, sehingga semakin banyak sel yang membelah diri maka fase-fase yang terjadi dalam pembelahan juga bertambah cepat, sehingga mempercepat perkecambahan (Salisbury dan Roos, 1995).

57 Tabel 4.9 Pengaruh Lama Perendaman Bawang Merah Terhadap Kecepatan Tumbuh Benih Kakao Rata-rata kecepatan Notasi (DMRT Lama Perendaman tumbuh benih 5%) (cm) L1 (3 jam) 1,0 a L2 (6 jam) 1,2 b L3 (9 jam) 1,3 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecepatan tumbuh dari benih kakao (Theobroma cacao L.). Pada perhitungan kecepatan tumbuh diperoleh hasil rata-rata yang tertinggi pada perlakuan perendaman 9 jam (L3) yaitu sebesar 1,3 cm, dan hasil rata-rata panjang hipokotil terendah adalah pada perlakuan perendaman 3 jam (L1) yaitu sebesar 1,0 cm. sedangkan hasil rata-rata yang diperoleh pada perlakuan perendaman 6 jam (L2) yaitu sebesar 1,2 cm. Dari data yang didapatkan, berdasarkan uji DMRT 5% menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara L1 dan L2, sedangkan terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara L2 dan L3. Gambar pengaruh lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap persentase daya berkecambah dapat dilihat pada Gambar 4.6

Kecepatan Tumbuh 58 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 L1 L2 L3 Lama Perendaman Gambar 4.6 Pengaruh lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap kecepatan tumbuh benih kakao 4.4 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Panjang Akar Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan dan pengukuran panjang akar dilakukan pada hari ke 21 setelah benih ditanam, pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris (seperti pada Lampiran 6 ) pada akar utama benih kakao. Pengujian pengaruh antara konsentrasi dan lama perendaman terhadap panjang akar dilakukan dengan menggunakan ANAVA. Dari proses analisis, didapatkan tabel ANAVA sebagai berikut : Tabel 4.10. Tabel ANAVA pengaruh konsentrasi dan lama perendaman terhadap panjang akar SK JK Db KT F-hit Sig. F-tabel 5% Perlakuan 896,994 17 52,764 73,489 0,000 Konsentrasi 52,480 4 13,120 18,273 0,000 * 2,71 * Lama perendaman 21,424 2 10,712 14,919 0,000 * 3,34 * Interaksi 12,279 8 1,535 2,138 0,066 2,29 Galat 20,104 28 0,718 Total 917,098 45 Keterangan: tanda * menunjukkan terdapat pengaruh nyata

59 Pada sumber keragaman (SK) konsentrasi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 18,273. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,71 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F- tabel 5% (18,273 > 2,71). Pada sumber keragaman (SK) lama perendaman, didapatkan nilai F-hitung sebesar 14,919. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 3,34 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih besar daripada F-tabel 5% (7,878 > 3,34). Pada sumber keragaman (SK) interaksi, didapatkan nilai F-hitung sebesar 2,138. Dari Tabel didapatkan F-tabel sebesar 2,29 pada taraf 5%. Jika F-hitung dibandingkan dengan F-tabel dapat dipastikan bahwa F-hitung lebih kecil daripada F- tabel 5% (2,138 < 2,29). Berdasarkan dari hasil tabel ANAVA diatas dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh yang signifikan/nyata terhadap peningkatan panjang akar benih kakao. Karena terdapat pengaruh signifikan pada perlakuan konsentrasi dan lama perendaman maka dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sedangkan pada perlakuan interaksi konsentrasi dan lama perendaman tidak terdapat pengaruh yang signifikan, sehingga tidak dilakukan pengujian lanjut. Hasil pengamatan pengaruh interaksi terdapat pada Lampiran 4.

Panjang Akar 60 Tabel 4.11. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah Terhadap Panjang Akar Benih Kakao Konsentrasi Rata-rata panjang akar (cm) K0 0% 2,13 a K1 10% 4,55 b K2 20% 4,61 b K3 30% 4,67 b K4 40% 5,22 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% 6 5 4 3 2 1 0 K0 K1 K2 K3 K4 Konsentrasi Gambar 4.7 Pengaruh konsentrasi bawang merah terhadap panjang akar benih kakao Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 4.7 diatas menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% terdapat pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar dari benih kakao (Theobroma cacao L.). Dari semua hasil perhitungan rata-rata panjang akar yang telah diperoleh terdapat hasil yang sangat signifikan antara kontrol (K0) dengan perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4). Namun tidak terdapat hasil

61 yang signifikan antara perlakuan konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 30% (K3), 40% (K4) itu sendiri karena hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh yaitu 4,2 cm, 4,6 cm, 4,6 cm, 5,2 cm. Sesuai dengan hasil uji DMRT 5% didapatkan notasi seperti pada Tabel 4.11. Pada hasil uji rata-rata panjang akar diperoleh K0 sebagai kontrol memiliki nilai rata-rata panjang hipokotil terendah yaitu sebesar 2,1 cm. sedangkan pada konsentrasi konsentrasi 40% (K4) diperoleh hasil rata-rata panjang akar tertinggi yaitu sebesar 5,2 cm. Akar adalah hal yang paling penting pada saat perkecambahan karena fungsinya adalah penyerapan nutrisi dan air yang terdapat pada media penanaman misalnya adalah tanah, ketika pertumbuhan akar cepat maka perkecambahan akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya ketika pertumbuhan akar terjadi secara lambat maka perkecambahan akan terjadi secara lambat pula. Salah satu perlakuan untuk memicu pertumbuhan akar adalah dengan pemberian perlakuan hormon auksin. Hormon auksin berfungsi mempengaruhi pemanjangan sel-sel yang terdapat dalam tanaman, dengan cara melenturkan dinding sel. Sehingga benih dapat dengan mudah menyerap air sehingga memicu pertumbuhan akar Mekanisme kerja auksin akan mempengaruhi pemanjangan sel-sel pada tanaman. Cara kerja auksin adalah dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah adanya

62 kombinasi auksin dan giberelin akan memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pembentukan diameter batang (Rusmin, 2011). Tabel 4.12 Pengaruh Lama Perendaman Bawang Merah Terhadap Panjang Akar Benih Kakao Rata-rata Notasi (DMRT Lama Perendaman panjang 5%) akar (cm) L1 (3 jam) 3,3 a L2 (6 jam) 4,2 b L3 (9 jam) 5,0 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar dari benih kakao (Theobroma cacao L.). Pada perhitungan panjang akar diperoleh hasil rata-rata tertinggi pada perlakuan perendaman 9 jam (L3) yaitu sebesar 5,0 cm, dan hasil rata-rata panjang akar yang paling rendah adalah pada perlakuan perendaman 3 jam (L1) yaitu sebesar 3,3 cm. sedangkan hasil rata-rata panjang akar yang diperoleh pada perlakuan perendaman 6 jam (L2) yaitu sebesar 4,2 cm. Dari data yang didapatkan, berdasarkan uji DMRT 5% menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara L1, L2 dan L3. Gambar pengaruh lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap persentase daya berkecambah dapat dilihat pada Gambar 4.

Panjang Akar 63 6 5 4 3 2 1 0 L1 L2 L3 Lama Perendaman Gambar 4.8 Pengaruh lama perendaman dalam ekstrak bawang merah terhadap panjang akar benih kakao 4.5 Perlakuan Terhadap Benih Kakao dalam Pandangan Islam Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan tanaman, semua tanaman dikotil mengalami fase perkecambahan, begitupun benih tumbuhan kakao. Tumbuhan kakao memiliki perkecambahan epigeal, yang artinya kotiledon terangkat dari dalam tanah saat terjadinya pertumbuhan kecambah. Didalam proses perkecambahan benih dibantu oleh hormon pertumbuhan (giberelin) yang terdapat didalam benih (homon endogen), perlakuan pemberian konsentrasi dan perendaman bawang merah membantu merangsang dan mempercepat perkecambahan benih kakao, karena diduga ekstrak bawang merang mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) alami berupa hormon auksin dan hormon giberelin. Hasil yang diperoleh terdapat pengaruh yang signifikan terhadap viabilitas benih kakao. Surat Al an am ayat 95 telah menjelaskan bahwa Allah SWT Maha kuasa untuk menumbuhkan tanaman. Pada kalimat Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Allah SWT telah mengeluarkan biji-

64 bijian dari tumbuhan, yang artinya setiap tumbuhan yang berbuah pasti memiliki biji, termasuk juga tumbuhan kakao. Buah kakao menghasilkan banyak biji yang biji tersebut akan digunakan sebagai alat berkembangbiakan secara generatif yang akan membentuk individu baru dari tanaman kakao. Sedangkan pada kalimat Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Menunjukkan bahwasanya Allah Maha kuasa menumbuhkan biji yang menyerupai benda mati menjadi tumbuhan baru yang merupakan tumbuhan hidup. Sedangkan pada kalimat selanjutnya dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Menunjukkan bahwa Allah SWT berkuasa menumbuhkan biji-bijian dari tanaman yang hidup ketika sudah berbuah maka akan menghasilkan buah dan biji. Muhammad (2003) menyatakan bahwasanya didalam surah Al An am ayat 95 menjelaskan bahwa Allah SWT telah menumbuhkan biji dan benih tumbuh-tumbuhan. Artinya Allah membelahnya di dalam tanah (yang lembab), kemudian dari bii-bijian tersebut tumbuhlah berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, sedangkan dari benih-benih itu tumbuhlah buah-buahan dengar berbagai warna, bentuk dan rasa yang berbeda. Tafsir diatas menyatakan bahwasanya semua tumbuhan berasal dari biji, sedangkan proses tumbuhnya biji menjadi tumbuhan disebut dengan perkecambahan. Perkecambahan benih melalui beberapa tahapan proses dimulai dengan penyerapan air oleh benih yang ada disekitar benih, perombakan cadangan makanan, hingga terjadinya pertumbuhan benih menjadi kecambah. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya semua hal yang diciptakan oleh Allah SWT terdapat proses dan tahapannya.

65 Pada pendapat lain menyatakan ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT yang menguasai perjalanan benih yang kering dan inti yang diam. Dengan kekuasaan-nya, Allah menghidupkan benih tersebut maka terlihatlah perkecambahannya (Darwis, 2004). Secara fisik ketika benih direndam dalam air atau larutan, benih akan lebih besar dan lunak. Hal ini disebabkan karena benih mengimbibisi air atau larutan tersebut. Pertumbuhan pertama dimulai dengan pecahnya benih tersebut lalu keluarlah radikel, walaupun letak benih itu terbalik namun akar selalu tumbuh keatah bawah dan daun keatas, tidak pernah terbalik. Kalau hal ini kita perhatikan semua, maka kita akan menyadari bagaimana besarnya kekuasaan Allah SWT. Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula memanjang keluar menembus kulit biji. Saat terjadinya radikula menembus kulit biji, terjadi pula proses fisiologis yang kompleks, yang dikenal sebagai proses perkecambahan fisik. Hamka (1982) menambahkan, didalam surat Al-An am ayat 95 dijelaskan bahwa biji yang mati akan tumbuh sesuatu yang hidup, yang mana pada mulanya biji yang mati tersebut akan terbelah kemudian dari belahan tersebut muncullah urat tunggang (radikula dan plamula) yang halus ke bumi. Urat tunggang tersebut akan tumbuh menjadi batang tumbuhan dan memiliki daun hingga suatu ketika tumbuhan tersebut menghasilkan buah.