PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK I. UMUM Pembangunan manusia seutuhnya telah menjadi salah satu tujuan utama bangsa Indonesia untuk memperkuat sektor sumber daya manusia (SDM) sebagai kekuatan utama mencapai keberhasilan dalam pembangunan dan mengejar ketertinggalannya agar mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Salah satu kendala yang masih belum maksimal dilakukan adalah memberikan pengakuan peran dan kesempatan kepada berbagai profesi keahlian yang telah tumbuh berkembang di dalam negeri, termasuk keahlian di bidang jasa konstruksi peran Arsitek dan keinsinyuran sebagai potensi dalam melakukan perencanaan infra struktur, bangunan gedung dan lingkungan binaannya serta dalam pemanfaatan fungsi penataan ruang, pelestarian sumber daya alam serta perlindungan terhadap budaya Indonesia bagi meningkatkan harkat dan martabat kehidupan manusia yang lebih berkualitas, sesuai dengan cita-cita nasional mencapai masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Keberadaan ahli bangunan gedung dan tata lingkungan di Indonesia yang telah ada sejak zaman pra-sejarah ditunjukan dengan hasil maha karya adiluhung para keahlian tradisional tempo dulu berupa situs candi dan berbagai peninggalan bangunan serta kawasan tradisional, kemudian disusul era pembangunan bangunan gedung serta penataan perkotaan yang lebih maju dibawa oleh ahli bangunan di masa kolonial Belanda. Peran keahlian Arsitek tersebut hingga sekarang telah mampu memberikan pemanfaatan penataan penataan ruang menjadi yang lebih terencana serta berguna bagi kehidupan manusia. Keberadaan Arsitek Indonesia baru mulai dikenal masyarakat sekitar tahun 1950-an ketika pendidikan tinggi jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) meluluskan beberapa sarjana arsitektur dan para alumninya kemudian mendirikan organisasi keprofesian Arsitek Indonesia pada tahun 1959. Sejak itulah keahlian Arsitek Indonesia dikenal dan banyak terlibat dalam pembangunan bidang jasa konstruksi yang berkembang lebih baik, lebih terencana dan berkualitas.
Peran Arsitek berkembang pesat dan tidak sedikit karya mereka diakui dan turut berlaga di manca negara tidak kalah bersaing dari karya Arsitek negara lain, dan banyak penghargaan di bidang arsitektur didapatkan Arsitek Indonesia sebagai bentuk pengakuan internasional. Kegiatan arsitekturpun tidak hanya dinikmati oleh kalangan masyarakat yang mampu saja, tapi juga memfasilitasi bagi masyarakat kurang mampu, antara lain dalam menyelesaikan daerah kumuh, termasuk memperbaiki perumahan dan permukiman korban bencana alam. Meningkatnya apresiasi pemerintah dan masyarakat pada Arsitek merupakan kenyataan positif yang telah tumbuh dengan baik dan menjadi salah satu andalan untuk pembangunan perekonomian melalui pengembangan sarana dan prasana yang semakin memadai. Belum memadainya peraturan perundang-undangan tentang profesi yang mencakup sampai kepada pelaku pembangunan bidang jasa konstruksi di Indonesia menyebabkan pertumbuhan pembangunan yang pesat masih disertai dengan perilaku kurang terpuji yang memanfaatkan kelemahan berbagai peraturan daerah yang ada. Tidak sedikit hasil pembangunan termasuk karya arsitektur yang merugikan masyarakat pengguna jasa, lingkungan hidup dan sumber daya alam. Bahkan ekses pembangunan kadang menghilangkan situs peninggalan bersejarah yang seharusnya dipelihara sebagai cagar budaya. Penyimpangan keahlian oleh oknum Arsitek atau yang mengaku Arsitek makin tidak terkendali dan berpotensi meluas, yang semua itu tidak bisa hanya diatur oleh peraturan suatu organisasi yang tidak menjangkau pihak-pihak lain. Sebagaimana niat bangsa Indonesia melalui Proram Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang, SDM profesi Arsitek dan keinsinyuran pun dituntut harus mampu memiliki daya saing dan lebih tersebar manfaat keahliaannya ke seluruh daerah. Harapan dengan mendapatkan pengakuan dalam bentuk konstitusi negara sebagaimana peran profesi lainnya seperti dokter, advokat, akuntan, notaris, dosen dan guru, akan dapat memenuhi kebutuhan tersebut di atas dan menghasilkan karya-karya arsitektur lebih berkembang dengan baik serta bermanfaat bagi pengguna jasa. Untuk mengejar ketertinggalan pembangunan nasional agar lebih merata dan hasilnya praktik arsitektur memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi umat manusia, Indonesia perlu segera memiliki Undang-Undang tentang Arsitek (dan keinsinyuran) sebagaimana yang telah dimiliki semua negara.
Sebuah undang-undang yang mengarahkan penyelenggaraan pembangunan dilakukan Arsitek lebih tertib, lebih profesional dan dapat dipertanggungjawabkan di dalam negeri maupun Arsitek dari negara lain yang bekerja di Indonesia. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah bahwa penyelenggaraan arsitektur dilakukan dengan menggunakan seoptimal mungkin seluruh kemampuan dan sumberdaya bangsa. Huruf b Yang dimaksud dengan asas transparansi dan akuntabilitas adalah prinsip pengelolaan kegiatan arsitektur yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Huruf c Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa setiap penyelenggaran arsitektur harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Huruf d Yang dimaksud dengan asas keselamatan adalah bahwa penyelenggaraan arsitektur menjamin keselamatan dan pengguna bangunan gedung, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Huruf e Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah penyelenggaraan arsitektur memenuhi tata lingkungan dan keandalan bangunan serta dilakukan berdasarkan atas suatu kemampuan yang didapatkan dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman praktik. Huruf f Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan adalah bahwa penyelenggaraan arsitektur diwujudkan sesuai fungsinya serta memenuhi nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan, dan memenuhi aspek kepatutan dan kepantasan. Huruf g Yang dimaksud dengan asas kearifan lokal adalah bahwa penyelenggaraan arsitektur memenuhi tradisi dan nilai yang telah hidup
di masyarakat setempat secara turun temurun dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan setempat. Pasal 3 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki. Huruf e Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pekerjaan perencanaan adalah proses pembuatan sampai tahap penjabaran kerangka acuan kerja. Yang dimaksud dengan pekerjaan perancangan adalah proses pembuatan konsep rancangan, pra rancangan, pengembangan rancangan dan gambar kerja, penyiapan dokumen pelaksanaan dan proses pengadaan pelaksana konstruksi serta pengawasan. Yang dimaksud dengan pekerjaan pengawasan adalah pengawasan pelaksanaan proses pembangunan fisik agar sesuai dengan dokumen perencanaan. Yang dimaksud dengan konservasi sebuah bangunan adalah pelestarian bangunan yang memiliki nilai sejarah atau nilai arsitektur yang mewakili jamannya. Yang dimaksud dengan restorasi sebuah bangunan adalah perbaikan bangunan agar tetap dapat berfungsi dan memiliki keandalan bangunan. Ayat (2)
Ayat (3) Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tradisi dan kearifan lokal warisan budaya bangsa adalah tradisi dan nilai yang telah hidup di masyarakat setempat secara turun temurun yang terbukti memberikan dampak positif terhadap lingkungan setempat dan menjadi warisan budaya bangsa. Ayat (2) Yang dimaksud dengan lokalitas adalah kemampuan yang berkaitan penggunaan bahan bangunan dan teknologi membangun setempat. Ayat (3) Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan budaya lokal adalah tata cara membangun bangunan dan lingkungan sesuai tradisi dan adat istiadat setempat. Ayat (4) Pasal 11
Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan persyaratan minimal hasil karya praktik arsitektur meliputi konsep perancangan, pra-rancangan, pengembangan rancangan, pembuatan gambar kerja, membantu proses pengadaan pelaksanan konstruksi, melakukan pekerjaan pengawasan berkala. Huruf e Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21
Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Yang dimaksud dengan sumber pendanaan lain yang sah antara lain hibah pemerintah, donatur internasional, dan masyarakat. Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37
Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...