BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II URAIAN TEORITIS. Sunarto (2001) yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB II URAIAN TEORITIS. Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1.2 Net Profit Margin (NPM) Lukman Syamsuddin (2007:62) mendefinisikan NPM sebagai berikut:

keuangan yang kegiatannya adalah (Kasmir, 2008:9):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain

PENGARUH CURRENT RATIO

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Right issue atau dikenal dengan istilah hak memesan efek terlebih dahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB II LANDASAN TEORITIS. asset lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Rasio ini dapat dibuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio (PER))

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai performing measurement, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share (Nachrowi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II KAJIAN TEORI. pendapatan terhadap penjualan. Darsono dan Ashari (2005). Laba. Shim, mengatakan (1) margin laba bersih sama dengan laba

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan konsultan dari Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Economic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham Saham dalam bahasa Belanda disebut andeel, yang berarti andil, sero atau penyertaan modal dalam suatu perusahaan. Dalam Black s Law Dictionary, 6 th Edition, dijelaskan pemahaman mengenai saham (share) adalah : share means the unit into which the proprietary in a corporation are divided (dalam Sutedi, 2009:33). Dari dua defenisi tersebut dapat dilihat bahwa saham berkaitan erat dengan pembentukan modal dan adanya badan hukum perusahaan. Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:6). Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut, artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. 11

2.1.1.2 Jenis jenis Saham Terdapat berbagai jenis saham yang dikenal di bursa dan yang diperdagangkan, yaitu: 1. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban dilunasi (Anoraga dan Pakarti, 2006:54). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10), karakteristik saham biasa : a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu saham satu suara atau one share one vote). c. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. d. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. 12

e. Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih dahulu (preemptive right) 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen dan/atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa, di samping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris. Saham preferen mempunyai ciri-ciri yang merupakan gabungan dari utang dan modal sendiri (debt and equity) (Anoraga dan Pakarti, 2006:55). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10), karakteristik saham preferen : a. Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen. b. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan). c. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di samping penghasilan yang diterima secara tetap. d. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 13

3. Saham Treasuri (Treasury Stock) Saham treasuri (treasury stock) merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali (Jogiyanto, 2000:76). Alasan-alasan perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham treasuri adalah sebagai berikut: a. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham. b. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya. c. Menambah jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan menguasai perusahaan lain. d. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per lembarnya. e. Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak bersahabat (hostile takeover). 14

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:8), dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas: 1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:8), ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas: 1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio). 15

3. Saham pertumbuhan (growth stock well-known), yaitu sahamsaham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesserknown), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. 5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods). 16

2.1.1.3 Manfaat Kepemilikan Saham Investor yang melakukan pembelian saham otomatis akan memperoleh hak kepemilikan atas perusahaan sesuai dengan persentase saham yang dimilikinya. Semakin besar persentase kepemilikan saham yang dimilikinya, maka semakin besar juga persentase hak kepemilikan atas perusahaan yang menerbitkan saham. Secara umum terdapat dua manfaat yang bisa diperoleh dari pembelian saham, yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non ekonomis (Anoraga, 2006:60). a. Manfaat ekonomis, meliputi : 1. Dividen (dividend) Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 17

2. Capital gain Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah. b. Manfaat non-ekonomis Manfaat non-ekonomis yang bisa diperoleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki investor, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS. 2.1.1.4 Resiko Kepemilikan Saham Sebaliknya, disamping manfaat yang akan diperoleh dari kepemilikan saham, terdapat beberapa resiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya (Sutedi, 2009:39) antara lain : 1. Tidak mendapatkan dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian, oleh sebab itu potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 18

2. Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang pemodal akan mengalami capital loss. 3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih sisa, baru kemudian dibagikan kepada pemegang saham. 4. Saham dihapuscatatkan dari bursa efek (delisting) Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek atau didelist. Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu 19

tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap akan diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual, biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. 5. Saham diberhentikan sementara (suspensi) Resiko lain yang juga menggangu para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, hingga informasi yang belum jelas tersebut 20

tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula. 2.1.1.5 Harga Saham Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan sebagai: the price at which stock sells in the market. Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2001:183). Pedoman yang digunakan untuk menilai harga saham adalah : a. Bila nilai intrinsik (NI) lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. b. Bila nilai intrinsik (NI) lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya layak dijual. 21

c. Bila nilai intrinsik (NI) sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Proses terbentuknya harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu : a. Demand to buy schedule Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya mereka akan memakai jasa para broker atau pialang saham. Investor dapat memilih saham mana yang akan dibeli dan bisa menetapkan standar harga bagi investor itu sendiri. b. Supply to sell schedule Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut dapat menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor. c. Interaction of schedule Pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan suatu titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya. Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di pasaran, harga saham tersebut akan berubah karena permintaan dari para investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi 22

pergerakan harga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal. Menurut Sawidji Widoatmojo (1996:46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu : a. Harga nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting bagi saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat untuk menentukan harga perdana. c. Harga pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga ini yang disebut sebagai harga di pasar 23

sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Dengan kata lain, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. 2.1.1.6 Return Saham Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya (Jogiyanto, 2000:107). Return merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi karena return merupakan tujuan utama seseorang berinvestasi. Dengan adanya return, diharapkan seseorang akan termotivasi untuk berinvestasi. Return juga merupakan imbalan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada investor atas keberaniannya menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan resiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula resikonya sehingga 24

dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan resiko. Resiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk - high return, low risk - low return). Namun return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang beresiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Jogiyanto (2000:107) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut return saham yaitu perubahan kemakmuran dari perubahan harga saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Perubahan kemakmuran ini menunjukkan tambahan kekayaan sebelumnya. Pemegang saham dalam investasinya dapat memperoleh return yang ditawarkan suatu saham dalam bentuk capital gain dan dividen. 25

Return = Capital Gain (Loss) + Yield Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga saham sekarang relatif dengan harga saham periode yang lalu. Apabila harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode lalu (P t 1 ) maka terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya apabila harga saham sekarang (Pt) lebih rendah dari harga saham periode lalu (P t 1 ) maka terjadi kerugian modal (capital loss). Capital Gain atau Capital Loss = P t P t 1 P t 1 Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Yield (dividen) merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, tetapi terdapat bagian yang ditanam kembali. Biasanya dividen yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja dividen tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham. Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar D t rupiah per lembarnya, maka yield adalah: 26

Yield = Dt P t 1 Maka, return saham dapat dinyatakan sebagai : Return = Capital Gain (Loss) + Yield Return Saham = P t P t 1 P t 1 + Dt P t 1 Return Saham = P t P t 1 + D t P t 1 Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung sebagai berikut: Dengan : Return Saham = P t P t 1 P t 1 P t = harga saham pada periode t P t 1 = harga saham pada periode t-1 2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu dari rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya (Kasmir, 2004:275). Rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat tingkat efesiensi pihak manajemen bank tersebut dalam menjalankan aktivitasnya. 27

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal suatu bank. Menurut Dendawijaya (2005:121) Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Capital Adequacy Ratio menunjukkan sejauhmana modal pemilik dapat menutupi aktiva beresiko (Harahap, 2008:307). Rasio ini dihitung dengan rumus : CAR = Stockholder s Equity Total Risk Weighted Assets (ATMR) x 100% Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masingmasing bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak beresiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling beresiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukkan nilai aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. ATMR merupakan penjumlahan dari ATMR aktiva neraca dan ATMR rekening administratif. 28

Bank Indonesia menetapkan CAR sebagai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio CAR cukup baik berkisar antara 8% dan semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya resiko. Modal yang terlalu besar misalnya akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank, sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khusus para deposan, debitur, dan para pemegang saham bank. Dengan demikian, fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan. Besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan (Siamat, 2005:288). Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh 29

bank. Dengan CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, dimana bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan karena semakin tinggi CAR maka semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Hal ini akan memberikan keuntungan yang tinggi kepada investor dalam bentuk dividen. Oleh karena itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh investor. 2.1.3 Return on Asset (ROA) Dari sudut pandang calon investor, indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sampai sejauh mana investasi yang akan ditanamkan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Salah satu rasio yang sering digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan salah satu rasio rentabilitas atau sering juga disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kasmir, 2004:279). 30

Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki (Brigham dan Houstan, 2001:90). Dalam perbankan, Return on Asset merupakan salah satu rasio kunci kemampulabaan. Rasio ini merupakan indikator utama untuk melihat managerial efficiency yang mengindikasikan seberapa mampu manajemen bank dapat menggunakan kekayaan institusi untuk menghasilkan pendapatan bersih. Return on Asset (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : ROA = Net Income Total Assets x 100% Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba atau kurangnya laba mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA bank ditetapkan minimal 1,25% dan juga merupakan indikator kepercayaan masyarakat kepada perbankan terhadap pengelolaan aset bank. Menurut Dendawijaya (2005:118), semakin besar Return on Asset (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. Dengan 31

pencapaian laba yang tinggi, maka investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dari dividen yang akan diperoleh karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh keuntungan atau tingkat pengembalian (return) yang tinggi dari investasi yang dilakukan. Apabila suatu saham menghasilkan dividen yang tinggi maka ketertarikan investor juga akan meningkat akan saham tersebut. Oleh karena itu, Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh investor. 2.1.4 Return on Equity (ROE) Selain Return on Asset (ROA), rasio lain yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan adalah Return on Equity (ROE). ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Return on Equity adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2004:280). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut : 32

ROE = Net Income After Tax Shareholder s Equity x 100% Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE berkisar antara 5% sampai 12,5% dan semakin tinggi rasio ini maka bank tersebut semakin baik. Return on Equity merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Semakin tinggi nilai ROE menggambarkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri bank menghasilkan laba untuk pemegang saham. Oleh karena itu, Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh investor. 2.1.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih (Kasmir, 2004:268). Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio likuiditas berarti bank tersebut semakin likuid. 33

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005:116). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2004:272). LDR dapat dihitung dengan rumus : LDR = Total Loans Total Deposit + Equity x 100% Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi (perantara) perbankan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%- 100% atau menurut batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, Bank Indonesia menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas : 34

1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50% - 75% atau 50% < Rasio 75% artinya likuiditas bank tersebut sangat likuid. 2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75% - 85% atau 75% < Rasio 85% artinya likuiditas bank tersebut likuid. 3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85% - 100% atau 85% < Rasio 100% atau rasio 50% artinya likuiditas bank tersebut cukup likuid. 4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100% - 120% atau 100% < Rasio 120% artinya likuiditas bank tersebut kurang likuid. 5. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120% atau Rasio 120% artinya likuiditas bank tersebut tidak likuid. Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah kemampuan likuiditas bank sehingga resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah atau pihak ketiga. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan investor pada bank tersebut. Apabila masyarakat sudah kehilangan kepercayaan pada suatu bank, maka investor pun tidak berminat untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Dengan terjadinya hal tersebut maka akan berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan tersebut. Sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Dengan demikian, rasio LDR bank harus berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maka laba yang 35

diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif. Meningkatnya LDR berarti meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar, sehingga keuntungan investor pun meningkat yang diperoleh dalam bentuk dividen. Oleh karena itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh investor. 2.1.6 Price Earning Ratio (PER) Keinginan investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui Price Earning Ratio (PER) dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil yang layak dari suatu investasi saham. Price Earning Ratio merupakan rasio yang digunakan mengukur seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk rupiah dari laba yang dilaporkan (Brigham dan Houstan, 2001:92). PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:198). Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham. PER dapat dirumuskan sebagai berikut : PER = Closing Price Earning per Share 36

Kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh Earning per Share (EPS). PER menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Kecenderungan PER sebuah perusahaan adalah sebuah indikasi dari potensi pertumbuhan jangka panjangnya. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula. Semakin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Oleh karena itu, Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh investor. 37

2.2 Review Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil uji F menunjukkan bahwa variabel EPS, PER, DER, ROI, ROE secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan hasil uji parsial (uji-t), menunjukkan bahwa variabel EPS, PER dan ROI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel DER dan ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Marviana (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan faktor fundamental dengan indikator melalui Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Burden Ratio (BR) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial hanya Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Sonya (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil uji F dan uji t 38

menunjukkan bahwa variabel bebas (EPS, DER, PER, ROI, ROE) terhadap variabel terikat (return saham perusahaan manufaktur) tidak terdapat pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial. Ikhsan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio keuangan yang terdiri dari rasio ROA, ROE dan DER tidak berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap return saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kuspita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset (ROA) dan Deviden per Share (DPS) terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan CAR, LDR, NPL, BOPO, ROA dan DPS berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial variabel BOPO dan DPS berpengaruh signifikan terhadap return saham bank, sementara untuk variabel CAR, LDR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu yang membahas tentang return saham. 39

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Rizki Tampubolon (2009) Judul Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Penelitian Variabel independen: EPS, PER, DER, ROI, ROE Variabel dependen: Return Saham Hasil Penelitian Secara simultan EPS, PER, DER, ROI, ROE berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial EPS, PER dan ROI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Ratna Dina Marviana (2009) Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel independen: CAR, ROA, ROE, NIM, DER, LDR, EPS, PER, BR Variabel dependen: Return Saham Secara simultan CAR, ROA, ROE, NIM, DER, LDR, EPS, PER, BR berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial hanya NIM, LDR, EPS, PER yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Sonya (2009) Analisis Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: EPS, DER, PER, ROI, ROE Variabel dependen: Return Saham Baik secara simultan maupun parsial EPS, DER, PER, ROI, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. M. Ikhsan (2011) Analisis Pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Variabel independen: ROA, ROE DER Variabel dependen: Return Saham Baik secara simultan maupun parsial ROA, ROE dan DER tidak berpengaruh terhadap return saham 40

Maya Kuspita (2011) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset (ROA) dan Deviden per Share (DPS) terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Variabel Independen: CAR, LDR, NPL, BOPO,ROA dan DPS Variabel dependen: Return Saham Secara simultan, CAR, LDR, NPL, BOPO, ROA dan DPS berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan secara parsial, variabel BOPO dan DPS berpengaruh signifikan terhadap return saham bank, sementara untuk variabel CAR, LDR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2012) 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual merupakan dasar pemikiran peneliti untuk dikomunikasikan dengan orang lain sehingga hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini : 41

CAR (X 1 ) ROA (X 2 ) H 1 H 2 ROE (X 3 ) H 3 Return Saham (Y) LDR (X 4 ) PER (X 5 ) H 4 H 5 H 6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dari kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER); sedangkan variabel dependennya adalah Return Saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun secara simultan. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiataannya. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Dengan CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, dimana bank memiliki modal yang cukup guna 42

menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan karena semakin tinggi CAR maka semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Hal ini akan memberikan keuntungan yang tinggi kepada investor dalam bentuk dividen. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih sehingga semakin tinggi return saham yang diperoleh investor dalam bentuk dividen. Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Semakin tinggi nilai ROE menggambarkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri bank menghasilkan laba untuk pemegang saham. 43

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Meningkatnya LDR berarti meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar, sehingga keuntungan investor pun meningkat yang diperoleh dalam bentuk dividen. Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio nilai pasar yang menghubungkan harga saham perusahaan terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya. Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang digunakan mengukur seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk rupiah dari laba yang dilaporkan. Makin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. 2.4 Hipotesis Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel di dalam persoalan. 44

Hipotesis nol (nully hyphothesis) merupakan hipotesis tentang tidak adanya perbedaan, hipotesis ini pada umumnya diformulasikan untuk ditolak. Hipotesis pengganti (Ha) merupakan hipotesis penelitian yang berupa pernyataan sementara atau dugaan yang dinyatakan secara operasional. Hipotesis penelitian adalah prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return Saham H 2 : Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Return Saham H 3 : Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap Return Saham H 4 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return Saham H 5 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap Return Saham H 6 : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return Saham 45