I. PENDAHULUAN. kepentingan semua unsur, golongan maupun komunitas masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH. Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Setiap orang berhak

III. METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pelaksanaan Good Governance yakni pemerintahan yang baik. Hal

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Setiap individu,

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat ke rumah sakit atau ke balai pengobatan itu sendiri. Hal ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tindak lanjut, pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 24 Tahun tentang Badan penyelenggara Jaminan Sosial.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

I. PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari ancaman bahaya yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. pembangunan yang bersifat sentralistik ke arah desentralistik yang. masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Tujuan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. haruslah bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh seluruh

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah organisasi pelayanan kesehatan yang. bertujuan memberikan pelayana kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. darah manusia yang umum dikenal, dan merupakan penggolongan darah yang

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan pemberian kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

I. PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 1. manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Tentang Klinik Bidan IIS JONI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

Oleh : WAHYU D. SAPUTRO

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan

STANDARD PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, pemerintah

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 115 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di rumah sakit. Rekam medis merupakan catatan tertulis

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik yang menjadi fokus disiplin Ilmu Administrasi Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif karena masih banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh para birokrat. Pelayanan publik sering kali hanya menjadi sebuah rutinitas kerja para pegawai yang seharusnya melayani dengan baik demi kepentingan semua unsur, golongan maupun komunitas masyarakat. Dewasa ini masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik. Kehidupan masyarakat yang semakin kompleks menuntut adanya suatu pelayanan yang semakin berkualitas, dimana dalam hal ini pemerintah sebagai penyedia layanan harus lebih intensif dalam memberikan pelayanan yang diberikan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang harus diberikan secara intensif oleh pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat, karena kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat tentunya hal tersebut menuntut para penyedia jasa pelayanan kesehatan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik dalam memberikan kepuasan bagi masyarakat selaku pengguna jasa kesehatan.

2 Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik akan pelayanan kesehatan adalah dengan mendirikan Rumah Sakit Umum dan Pusat Kesehatan Masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, dimana dalam hal ini rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan dan pengobatan kepada masyarakat atau pasien yang membutuhkan pertolongan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit biasanya dilakukan apabila di Puskesmas ataupun balai pengobatan tidak mampu untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pasien. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung operasional upaya kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjamin seluruh hak pasien, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan menentukan sendiri pelayanan kesehatan untuk dirinya. Hal tersebut telah diatur dalam Pasal 5 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi: (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; (2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau; (3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

3 Rumah sakit dituntut senantiasa mengutamakan keselamatan pasien dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan dibentuknya rumah sakit yang tertuang dalam Pasal 3 UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yakni Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. Dalam hal ini pemerintah juga harus ikut serta dalam mengawasi segala tindakan rumah sakit agar sesuai dengan peraturan yang ada. Rumah Sakit Umum Derah dr. A. Dadi Tjokrodipo adalah salah satu rumah sakit Tipe C yang didirikan oleh pemerintah daerah Kota Bandar Lampung. Sebagai rumah sakit umum milik pemerintah, tentu RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada seluruh masyarakat di wilayah Kota Bandar Lampung dan sekitarnya tanpa membedakan golongan masyarakat. Namun pada kenyataannya, tugas yang diamanatkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tidaklah dijalankan dengan baik, hal tersebut dibuktikan dengan terungkapnya kasus pembuangan pasien yang menimpa seorang warga miskin bernama Edi Suparman pada 20 Januari 2014 lalu. Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika diketahui bahwa yang menjadi otak pembuangan pasien tersebut merupakan dua pegawai RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo yang bernama Heriyansyah selaku Kasubbag Umum dan Humas, serta Mahendri selaku Kepala Ruang Rawat Inap yang kini keduanya telah dijebloskan ke sel Mapolres Bandar Lampung. Seperti yang diungkapkan oleh Kompol Dery Agung Wijaya selaku Kasat Reskrim Polres Bandar Lampung, yang mengatakan

4 bahwa penahanan tersebut dilakukan setelah surat perintah penahanan keluar pada 7 Februari 2014. Tersangka lainnya adalah Andi dan Andika selaku cleaning service, Rika selaku perawat, Rudi selaku juru parkir, Muhaimin salaku sopir ambulance, dan juga seorang office boy yang bernama Adi. (Sumber: http://news.okezone.com/read/2014/02/09/340/938130/kasus-pembuanganpasien- 2-mantan-pegawai-rsud-ditahan, diakses pada 13 januari 2015 Pukul 21.00 WIB). Kasus tersebut tentu berdampak terhadap menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo. Tidak hanya itu pemerintah juga dianggap ikut bertanggung jawab karena telah lalai dalam mengawasi jalannya kegiatan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo, karena seluruh biaya rumah sakit pada hakekatnya merupakan kewajiban negara, dan rumah sakit umum daerah milik pemerintah wajib memfasilitasi masyarakat yang tidak mampu agar dapat memperoleh pengobatan yang layak sama halnya seperti masyarakat yang lain. Sebenarnya selama beroperasi layanan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo terbilang baik, hal itu berdasarkan hasil survei Pusat Studi dan Strategi Kebijakan Publik (Pussbik) yang menyatakan bahwa pelayanan RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo tergolong baik, begitupula kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat. Hasil survei diverifikasi Ombudsman Lampung yang bekerja sama dengan Universitas Lampung juga menyatakan bahwa hasilnya juga bagus. Tapi prestasi baik tersebut sirna menyusul terungkapnya kasus penelantaran pasien miskin oleh pegawai rumah sakit pada 20 Januari 2014 lalu, bahkan Lembaga pemantau pelayanan publik Ombudsman mencabut penilaian pelayanan yang diberikan kepada RSUD

5 dr. A Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung dari yang awalnya Zona Hijau menjadi Zona Merah karena terungkapnya kasus pembuangan pasien tersebut. (Sumber: http://www.portalkbr.com/berita/saga/3133936_4216.html, diakses pada 13 januari 2015 Pukul 21.00 WIB). Tindakan yang dilakukan oleh pegawai RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dalam kasus tersebut tentu menandakan adanya penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, pembuangan maupun pembiaran pasien sangat bertentangan dengan perlindungan terhadap keselamatan pasien sebagaimana yang telah diatur di dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Permenkes No. 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien. Pihak rumah sakit yang semula menyanggupi melakukan tindakan pengobatan seharusnya tidak melakukan tindakan seperti kasus tersebut. Jika rumah sakit sudah tidak sanggup lagi melakukan pengobatan terhadap pasien, maka sudah menjadi kewajiban pihak rumah sakit untuk melakukan tindakan rujukan terhadap pasien tersebut ke rumah sakit yang lain, seperti yang telah diatur di dalam Pasal 42 Ayat (2) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yakni Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit. Dengan demikian pihak rumah sakit yang semula melakukan pengobatan tidak bisa melepas kewajiban mereka begitu saja, tetapi harus tetap melayani dan memberikan pengobatan hingga pasien mendapatkan pengobatan di rumah sakit yang lain. Rumah sakit sebagai pihak yang mempekerjakan pegawai harus ikut bertanggung jawab, apabila pegawainya melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan

6 peraturan yang ada. Selain itu, pihak rumah sakit yang tidak melakukan tindakan medis yang sebagaimana telah diatur dalam peraturan atau undang-undang dapat digolongkan telah melakukan perbuatan melawan hukum karena menimbulkan kerugian terhadap pasien. Menurut Azheri (2012: 86), responsibilitas adalah hal yang dipertanggung jawabkan atas suatu kewajiban dan termasuk putusan, keahlian, kemampuan, dan kecakapan. Kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang ditimbulkan. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa responsibilitas merupakan suatu ukuran untuk melihat penyelenggara pemerintahan melaksanakan wewenang yang diberikannya dan melakukannya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada. Dalam hal ini Rumah sakit dikatakan responsible jika mereka melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dan tidak sekedar asal-asalan, baik ada yang mengawasi ataupun tidak, dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai pembuangan pasien yang terjadi di RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo tersebut, maka menarik untuk diteliti lebih mendalam mengenai responsibilitas RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo terkait kasus pembuangan pasien tua bernama kakek Edi hingga menyebabkan kakek tersebut meninggal sehari setelah ditelantarkan dipinggir jalan pada 20 Januari 2014 lalu. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat tema Responsibilitas Rumah Sakit Umum dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung ( Studi Kasus Pembuangan Pasien Bernama Edi Suparman).

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah: Mengapa pihak RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung tidak responsible dalam menjalankan tugasnya hingga terjadi kasus pembuangan pasien yang menimpa seorang kakek bernama Edi Suparman oleh petugas rumah sakit tersebut? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mendapatkan alasan-alasan RSUD dr. A. Dadi Tjokokrodipo tidak responsible dalam menjalankan tugasnya sehingga terjadi kasus pembuangan pasien yang menimpa seorang kakek bernama Edi Suparman pada awal tahun 2014 lalu. C. Manfaat penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat berguna: 1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi bagi Kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah yang berhubungan dengan pelayanan publik.

8 2. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi akademisi untuk keperluan kajian lebih lanjut khususnya mengenai responsibilitas Rumah Sakit Umum Daerah. 3. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan kepada pihak RSUD dr. A. Dadi agar dapat memperbaiki atau meningkatkan pelayanan dan tanggung jawabnya sesuai dengan harapan masyarakat.