BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

LEMBARAN-NEGARA Republik Indonesia No.42 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. dan air dan ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. memberikan jaminan kepastian hukum kepada subyek hukum.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

SKRIPSI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas

FUNGSI SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DITINJAU DARI KETENTUAN PASAL 15 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET (Studi di Bank ARTA ANUGRAH Lamongan)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu bentuk pembangunan dalam aspek kehidupan masyarakat adalah pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan ekonomi tersebut dan tentu saja suatu usaha memerlukan modal usaha. Sumber permodalan dalam kegiatan dan pengembangan usaha di Indonesia masih bergantung pada lembaga keuangan, baik melalui lembaga perbankan atau pun non perbankan. Lembaga perbankan mempunyai peran penting dalam meningkatkan aktivitas perekonomian dan membantu pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi. Bank sebagai salah satu pelaku ekonomi yang menjalankan usaha pemberian kredit untuk modal usaha. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1 2 Pengertian kredit dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2 Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan perbankan yang memiliki resiko besar terhadap kelangsungan usaha bank. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mana sebagian besar dana bank berasal dari dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank, sehingga dalam pemberian kredit perbankan banyak diatur dan dibatasi dengan peraturan perundang undangan dan peraturan Bank Indonesia. Pemberian kredit tersebut dilakukan dengan adanya kesepakatan antara bank dan pihak lain, sehingga melahirkan hubungan kredit antara bank dengan debitur yang dituangkan dalam bentuk Perjanjian. Hubungan kredit tersebut sebagaimana dari pengertian kredit merupakan hubungan pinjam meminjam antara bank dengan debitur (kesepakatan pinjam meminjam). 1 Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3790, Pasal 1 angka 2. 2 Ibid, Pasal 1 angka 11.

3 Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 3 Dan menurut Pasal 1754 Kitab Undang Undang Hukum Perdata pengertian pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Konkretisasinya dalam perkreditan : pihak kreditor berjanji memberikan pinjaman kepada debitor dengan syarat syarat dan ketentuan ketentuan (terms and conditions) tertentu, sementara pihak debitor berjanji mengembalikan pinjaman yang dimaksud, tepat waktu dengan imbalan bunga sesuai syarat syarat dan ketentuan ketentuan tersebut. 4 Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko dalam hal ketidakmampuan debitur dalam melunasi fasilitas kredit yang diberikan sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit. Oleh karena itu, pihak bank harus tetap memperhatikan proses pengamanan mengenai pemberian fasilitas kredit tersebut. 1. 3 4 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke 19 (Jakarta: PT Intermasa, 2002), hlm. 1. Sunu Widi Purwoko, Catatan Hukum Seputar Perjanjian Kredit dan Jaminan, hlm.

4 Dalam setiap melakukan kegiatan usahanya, bank diharapkan senantiasa berpegang pada prinsip berhati hati. Dan oleh karena pemberian kredit merupakan suatu kegiatan usaha bank yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha bank, maka dalam pelaksanaannya bank harus selalu berpegang pada prinsip tersebut demi menjaga dan memelihara kelangsungan usaha bank. Untuk itu, pihak bank memerlukan adanya jaminan dari pihak debitur dalam hal mengamankan fasilitas kredit yang telah diberikan. Jaminan yang paling aman dan mudah dilaksanakan atau dieksekusi adalah jaminan atas tanah yang dibebani dengan Hak Tanggungan. Dengan lahirnya Hak Tanggungan dalam Undang Undang Hak Tanggungan dapat memberikan kepastian bagi bank sebagai solusi untuk mengamankan kredit yang diberikan kepada pihak lain yang dalam hal ini adalah Debitor. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, "Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-kreditor lain."

5 Dan terhadap hak hak atas tanah yang dibebankan Hak Tanggungan, hak milik, hak atas tanah lainnya seperti : hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai mempunyai keterbatasan waktu berlakunya, sekalipun secara fisik masih tetap ada. Sehingga dengan berakhirnya hak atas tanah yang bersangkutan, maka hak atas tanah yang bersangkutan kembali kepada kekuasaan negara. Dengan adanya keterbatasan waktu berlakunya hak hak atas tanah yang sedang dijaminkan tersebut, maka hal itu dapat mempengaruhi kedudukan bank sebagai pemegang hak tanggungan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang kedudukan hukum bagi Pemegang Hak Tanggungan apabila hak atas tanah yang menjadi jaminan di bank telah gugur berdasarkan dengan landasan landasan teori yang ada di Indonesia, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, karena hal tersebut pasti akan membawa suatu akibat hukum tersendiri kepada kreditur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis membuat suatu rumusan masalah agar pembahasan ini mempunyai arah dan tujuan penulisan yang tepat. Rumusan rumusan masalahnya antara lain adalah sebagai berikut : 1. Apa yang harus dilakukan oleh Pemegang Hak Tanggungan untuk mengantisipasi hapusnya hak atas tanah yang sedang dijaminkan?

2. Bagaimana akibat hukumnya bagi Pemegang Hak Tanggungan apabila hak atas tanah yang dijaminkan telah hapus? 6 C. Tujuan Penelitian Dan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui upaya upaya seperti apa untuk mengantisipasi hapusnya hak atas tanah yang dijaminkan. 2. Untuk mengetahui akibat hukum yang diterima oleh Pemegang Hak Tanggungan apabila hak atas tanah yang dijaminkan telah hapus. D. Definisi Konsepsional 1. Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 5 2. Jaminan adalah suatu keyakinan kreditur bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.6 3. Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur pada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan sesuai dengan prinsip Syariah.7 5 6 Subekti, Loc.Cit.hlm 1. SK Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991.

7 4. Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. 8 5. Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6. 9 6. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan. 10 7. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. 11 8. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa 7 Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3790, Loc.Cit. Pasal 1 angka 23. 8 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid I, Hukum Tanah Nasional, (Jakarta:Djambatan, Edisi 2007), hlm. 18. 9 Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 2043, Pasal 20 ayat (1). 10 11 Ibid, Pasal 28 ayat (1). Ibid, Pasal 35 ayat (1).

8 atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan ketentuan Undang Undang ini. 12 9. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. 13 10. Perpanjangan hak adalah penambahan jangka waktu berlakunya sesuatu hak tanpa mengubah syarat syarat dalam pemberian hak tersebut.14 11. Pembaharuan hak adalah pemberian hak yang sama kepada pemegang hak atas tanah yang telah dimilikinya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai sesudah jangka waktu hak tersebut atau perpanjangan telah habis.15 12. Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang 12 Ibid, Pasal 41 ayat (1). 13 Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Pasal 1 angka 3. 14 Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3643, Pasal 1 angka 6.. 15 Ibid, Pasal 1 angka 4.

9 memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. 16 13. Kreditor adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu. 17 14. Debitor adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu. 18 15. Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 19 16. Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah akta PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya 20 17. Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah kabupaten, kotamadya, atau wilayah administratif lain yang setingkat, yang 16 Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3632, Pasal 1 angka 1. 17 Ibid, Pasal 1 angka 2. 18 19 20 Ibid, Pasal 1 angka 3. Ibid, Pasal 1 angka 4. Ibid, Pasal 1 angka 5.

10 melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftaran umum pendaftaran tanah. 21 18. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan. 22 19. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. 23 20. Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang bidang tanah dan satuan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak hak tertentu yang membebaninya. 24 21. Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. 25 21 22 23 Ibid, Pasal 1 angka 6. Ibid, Pasal 8 ayat (1). Ibid, Pasal 9. 24 Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3696, Pasal 1 angka 1. 25 Ibid, Pasal 1 angka 19.

11 22. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaann, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. 26 E. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Tipe Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian normatif. Yang mana bentuk penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. Penelitian yang dilakukan oleh penulis juga dengan melihat ketentuan ketentuan yang berkaitan seperti undang undang, buku buku atau literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, yaitu mengenai Hak Tanggungan. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah sifat penelitian deskritif analistis, yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan tentang bagaimana kepastian hukum dari Pemegang Hak Tanggungan terhadap hak atas tanah yang 26 Ibid, Pasal 1 angka 20.

12 telah jatuh tempo dan masih menjadi jaminan kredit berdasarkan peraturan peraturan perundang undangan yang ada di Indonesia. 3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (bahan hukum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan) dan data sekunder (diperoleh dari buku-buku atau literatur-literatur juga media massa yang ada seperti koran, majalah atau jurnal hukum yang berkaitan). Adapun bahan hukum primer yaitu : Undang Undang, Peraturan Pemerintah, dan Ketentuan Perundang undangan yang terkait. Sedang untuk bahan hukum sekunder antara lain : buku buku, jurnal hukum, dan makalah makalah yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi konsepsional dan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Bab II : Tinjauan Umum Tentang Hak Atas Tanah, Hukum Perjanjian Jaminan dan Hak Tanggungan

13 Bab ini merupakan paparan teori (penelusuran literatur) yang dilakukan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penulisan. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai hak atas tanah, macam macam hak atas tanah, perjanjian jaminan, sifat perjanjian jaminan, pengertian hak tanggungan, ciri ciri hak tanggungan, obyek hak tanggungan, dan subyek hak tanggungan. Landasan landasan yuridis baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang dapat menjadi dasar bagi kepastian hukum bagi Pemegang Hak Tanggungan atas Hak atas Tanah telah gugur dan masih sebagai jaminan kredit. Adapun teori teori yang dibahas seperti perjanjian jaminan dan hak tanggungan. Bab III : Gambaran Umum Mengenai Pemegang Hak Tanggungan dan Pemberi Hak Tanggungan Pada bab ini, penulis menggunakan metode penelitian normatif, dimana membahas mengenai kepastian hukum dan upaya upaya yang harus dilakukan oleh Pemegang Hak Tanggungan apabila hak atas tanah yang dijaminkan telah hapus. Dengan demikian penulis mendeskripsikan gambaran umum mengenai bagaimana pemegang Hak Tanggungan yang hak atas tanah yang sedang dijaminkan dan/atau masih menjadi jaminan kredit tersebut telah hapus, hal hal yang

14 harus dilakukan dalam mengantisipasi supaya jangan sampai terjadi terhadap tanah yang sedang dijaminkan terhadap haknya telah gugur, serta upaya upaya yang harus segera dilakukan oleh Pemegang Hak apabila hal tersebut telah terjadi. Bab IV : Antisipasi yang harus dilakukan dan Akibat Hukum bagi Pemegang Hak Tanggungan apabila Hak Atas Tanah yang dijaminkan telah hapus Dalam bab ini, penulis mencoba untuk mengolah data dan menganalisa sumber sumber hukum yang berkaitan dengan Akibat Hukum bagi Pemegang Hak Tanggungan atas Hak atas Tanah telah gugur dan masih sebagai jaminan kredit. Dan dalam bab ini, penulis akan menganalisa kasus yang terjadi pada Bank X yang hak atas tanah jaminan kreditnya telah gugur, bagaimana mengenai kepastian hukum terhadap Bank X dan jaminan kreditnya. Selain itu, penelitian ini ditambah dengan hasil wawancara dengan narasumber narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini yakni Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Bab V : Penutup Dalam bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari pembahasan serta rumusan permasalahan yang telah diuraikan