(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PGPAUD DALAM MATA KULIAH TARI UNTUK ANAK USIA DINI

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Terhadap Gerak Benda Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPA

Oleh: Endang Mayawati SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Septi Wuri Handayani 12-20

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PROSIDING ISBN :

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 1 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan

Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

ABSTRAKSI. Dilihat dari hasil analisa data, bahwa dari silkus satu ke siklus berikutnya yaitu sikus dua menunjukan hasil yang terus menerus meningkat.

FAKULTAS EKONOMI UNNES

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

KAJIAN KESULITAN MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH STATISTIKA ELEMENTER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Oleh: Tety Roosliana SMA Negeri 1 Kauman-Tulungagung Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

Indrajaya. Staf pengajar Man 1 Mataram, Jl. Pendidikan No. 31, Dasan Agung Baru, Mataram

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digambarkan sebagai berikut : Perencanaan I

Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING

FAKULTAS EKONOMI UNNES

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

PENERAPAN METODE BARTER SOAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII-F SMPN 3 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI METODE BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII SMPN-2 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII.2 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran TIK di MTs Al-

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian di MTs Negeri Mranggen tepatnya dijalan karangboyo. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Metode Mind Mapping Bagi Siswa Kelas V SD Karya Thayyibah Baiya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-1 SMP NEGERI 5 PENAJAM

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

Heri Hermawan, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

I. PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

BAB III METODE PENELITIAN

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning dalam matakuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Pendidikan Dunia Usaha, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan partisipan. Setting penelitian adalah Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Pendidikan Dunia Usaha, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil 2004/2005, untuk Mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi. Penelitian tindakan ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : tahap perencanaan, implementasi tindakan, pemantauan dan hasil serta evaluasi dan refleksi. Analisis data secara deskreptif kuantitatif. Dari data yang terkumpul selanjutnya diklasifikasikan dan dikategorikan secara sistematik dan menurut karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran dengan model cooperative learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dilihat dari tingkat partisipasi, interaksi pembelajaran, hasil kuis dan tes, serta hasil tugas kerja kelompok, (2) Secara umum mahasiswa menyukai model pembelajaran cooperative learning karena dianggap memberikan banyak manfaat. Kata Kunci: kualitas pembelajaran, cooperative learning A. Pendahuluan. Dalam dunia pendidikkan, paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori tabularasa John Locke. Beliau mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang bersih dan siap menunggu coretan coretan dari gurunya (Sumadi Suryabrata, 1995). Dalam konteks pendidikan tinggi paradigma lama ini juga berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlihan dalam 145

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember 2008 suatu bidang, dia pasti akan dapat mengajar. Dia tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang tepat. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Suyanto (1999) bahwa praktek pembelajaran di perguruan tinggi, para dosen telah lama menggunakan sistem dan model pembelajaran yang itu-itu saja, seperti ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh sebagian besar dosen. Dalam mata kuliah Evaluasi pembelajaran ekonomi strategi pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya dengan ceramah melulu, tetapi kombinasi antara ceramah, diskusi dan tanya jawab. Namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini nampak dari hasil perolehan skor pada tahun-tahun sebelumnya dan dari respon mahasiswa pada saat mengikuti perkuliahan. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat pembelajaran dengan metode diskusi kebanyakkan mahasiswa terpaku menjadi penonton, sementara kelas hanya dikuasai oleh segelintir mahasiswa saja. Pada sisi lain laju perkembangan IPTEKS dan proses globalisasi secara tidak langsung telah menuntut adanya paradigma baru dalam dunia pendidikan yakni perlunya perubahan kurikulum dan orientasi proses pembelajaran di kelas. Kurikulum yang dibutuhkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia abab 21 adalah kurikulum berbasis kompetensi (Mulyasa 2002). Hal ini diperlukan guna lebih membekali kemampuan peserta didik menghadapi tantangan hidup dikemudian hari secara mandiri, percaya diri, cerdas, kritis, rasional dan kreatif. Pembelajaran dalam konteks mempersiapkan sumber daya manusia abad 21 harus lebih mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan oleh komisi UNESCO yang mencakup : learning to think, learning to do, learning to be dan learning to life together (Sudarminto, 2000). Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berfikir ilmiah, kemampuan berfikir kreatif, dan mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Zamroni, 2000). Salah satu model pembelajaran yang mampu mempersiapkan sumber daya manusia abad 21 adalah model pembelajaran gotong royong atau biasa disebut cooperative learning (Mohammad Nur, 2000). Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. (Etin Solihin dan Raharjo, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah team untuk menyelesaikan sebuah masalah/ tugas untuk mencapai tujuan bersama Erman Suherman (2003). Model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa 146

dalam tugas-tugas yang terstruktur. Selain itu alur proses belajar tidak harus berasal dari dosen menuju mahasiswa. Mahasiswa bisa juga saling mengajar dengan sesama mahasiswa lainnya. Model ini juga menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan. Mahasiswa dipandang sebagai subyek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Dosen sebagai seorang fasilitator membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar mahasiswa. Mahasiswa diajak untuk melakukan proses pengetahuan berkenaan dengan materi perkuliahan melalui berbagai aktifitas proses kegiatan, sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian mahasiswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya (Anita Lie, 2000). Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk solusi permasalahan kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang. Di samping itu apabila model ini berhasil direalisasikan, upaya kearah penerapan paradigma baru pendidikan berbasis kompetensi dapat diwujudkan. Lebih jauh bagi U N Y, penerapan model pembelajaran yang dapat memberikan fondasi bagi pembentukkan sumber daya manusia berkualitas, dapat merupakan salah satu bentuk tanggung jawab selaku lembaga ilmiah dalam menghasilkan produk unggulan yang bernilai strategis untuk pembangunan. Dalam penelitian ini dicoba untuk menemukan cara cara meningkatkan kualitas pembelajaran matakuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi dengan model pembelajaran cooperative learning. Peningkatan kualitas pembelajaran yang dimaksud di sini meliputi peningkatan baik pada proses perkuliahan itu sendiri maupun pada hasil akhir perolehan skor mahasiswa terhadap ujian yang dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah dengan penerapan pembelajaran gotong royong (cooperatif learning) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penerapan Cooperative Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakkan bagi dosen dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. B. Metode Penelitian 147

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember 2008 Penelitian ini merupakan penelitian tindakan partisipan. Gagasan pokok penelitian ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakkan harus juga terlibat dalam proses penelitian sejak awal. Mereka tidak hanya menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara emosional ikut terlibat dalam program tindakan tersebut (Suwarsih Madya, 1994). Dengan demikian maka permasalahan nyata yang dihadapi dalam penelitian segera dapat diantisipasi dan diperbaiki. Setting penelitian ini adalah Program Studi Pendidikan Eonomi Koperasi Jurusan Pendidikkan Dunia Usaha Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian tindakkan ini dilaksanakan pada semester ganjil untuk matakuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi. Penelitian ini melibatkan mahasiswa semester V sebanyak 40 mahasiswa, seorang dosen sebagai peneliti utama dan sekaligus sebagai pelaku tindakan dan dua orang dosen pengamat (observer). Penelitian tindakan ini mengacu model Kemmis dan Mc Taggart (1988) maka desain penelitian terdiri dari empat komponen yang merupakan siklus mulai dari tahap perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi, yang diikuti dengan siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data berupa observasi untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku secara langsung baik kelompok ataupun individu, angket untuk mengungkap pendapat mahasiswa tentang penerapan pembelajaran kooperatif selama proses pembelajaran, dokumentasi untuk mendapatkan catatan penting yang berhubungan dengan masalah pembelajaran di kelas, dan wawancara untuk memperoleh masukan dari mahasiswa untuk penyempurnaan proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen berupa lembar observasi, angket, dan pedoman wawancara. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Matakuliah Evaluasi Pembelajaran Ekonomi merupakan matakuliah keahlian berkarya, dengan bobot 3 sks, yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Progam Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi Jurusan Pendidikan Dunia Usaha. (Kurikulum. 2002 ). Pembelajaran ditempuh selama 150 menit tatap muka dengan jumlah mahasiswa sebanyak 40 orang. Hasil penerapan model cooperative learning dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hasil tindakan siklus I Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan pembelajaran belum menunjukan penigkatan yang berarti. Dilihat dari interaksi pembelajaran yang terjadi masih rendah. Ada kelompok mahasiswa yang lebih senang mengerjakan sendiri dalam 148

kelompoknya. Dalam diskusi kelas, mereka lebih senang mengerjakan sendiri dalam kelompoknya. Pada sisi lain mereka lebih banyak sebagai penonton. Hanya terdapat tiga-empat mahasiswa yang mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan pun berkualitas rendah. Bagi kelompok penyaji juga demikian, bahkan ada kelompok yang dalam menanggapi pertanyaan hanya seorang, itupun kadang kadang tidak mendukung masalah yang dipertanyakan. Indikator lain yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil evaluasi yang terdiri dari kuis, tes dan tugas. Evaluasi ini dilakukan baik pada sklus I, maupun siklus II. Berdasarkan hasil analisis tugas hasil kerja kelompok, sebagian besar mahasiswa dalam mengerjakan tugas termasuk kategori sedang. Pada sisi lain kemampuan menganalisis dalam permasalahan yang muncul masih rendah. Hal ini terlihat pada saat mahasiswa mengajukan pertanyaan pada tingkat rendah. Dalam memberi tanggapan terhadap fokus permasalahan juga rendah. Berdasarkan temuan tersebut, terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, yaitu terdapat beberapa mahasiswa kurang antusias (masa bodoh). Sebagian besar mahasiswa kurang berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran. Hal ini diindikasikan oleh beberapa mahasiswa lebih senang mengerjakan sendiri dalam kelompoknya, beberapa mahasiswa tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, beberapa mahasiswa masih tergantung penuh pada dosen, diskusi antar kelompok masih kurang aktif. Pada siklus II dilakukan kegiatan yang sama dengan beberapa penyempurnaan, dan pada pengelompokan mahasiswa dilakukan secara terstruktur dengan mempertimbangkan indeks prestasi, tingkat partisipasi mahsiswa, tingkat interaksi belajar mengajar, skor kuis, tes dan kemampuan analisis pada siklus I. 2. Hasil Yindakan Siklus II. Untuk mengeliminir kelemahan kelemahan yang terdapat pada siklus I, peneliti membuat rancangan pembelajaran pada siklus II. Model yang digunakan tetap cooperative learning, hanya dalam pembagian kelompok, peneliti ikut campur tangan, yaitu dilakukan secara terstruktur dengan mempertimbangkan indeks prestasi dan aktivitas mahasiswa pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan sama seperti pada putaran pertama, yaitu kegiatan mandiri, kegiatan tatap muka, dan diskusi kelas. Mahasiswa dibagi kelompokkelompok yang terdiri 5 orang mahasiswa. Pengelompokan mahasiswa dilakukan secara terstruktur dengan mempertimbangkan indeks prestasi, tingkat partisipasi 149

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember 2008 mahsiswa, tingkat interaksi belajar mengajar, skor kuis, tes dan kemampuan analisis pada siklus I. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan pada siklus II, dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi mahasiswa telah terjadi peningkatan. Dilihat dari tingkat interaksi pembelajaran juga mengalami peningkatan. Pada saat tim penyaji menjawab pertanyaan tidak didominasi oleh salah satu mahasiswa, tetapi semua tim penyaji ikut mendukung dan melengkapi. Demikian juga dari pihak peserta diskusi, apabila ada jawaban yang kurang sesuai, maka teman yang lain juga ikut menanggapinya. Tingkat kompetensi mahasiswa dalam memahami materi matakuliah juga mengalami peningkatan baik dilihat dari tingkat skor kuis maupun tes. Secara keseluruhan pelaksanaan tindakan pada siklus ke II, telah terjadi peningkatan, baik dilihat dari tingkat partisipasi, interaksi pembelajaran, maupun hasil kuis dan tes. Hasil penelitian secara kuantitatif dapat disajikan secara berturut turut dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Partisipasi Mahasiswa pada Siklus I dan Siklus II Kategori Siklus I Siklus II Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi Tinggi 4 10,0 7 17,5 Sedang 15 37,5 24 60,0 Rendah 21 52,5 9 22,5 Jumlah 40 100,0 40 100,0 Berdasarkan tabel I dinyatakan bahwa tingkat partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini dapat diihat dari besarnya jumlah perubahan mahasiswa yang memiliki tingkat partisipasi rendah semakin berkurang. Pada siklus I, mahasiswa yang memiliki tingkat partisipasi rendah 52,50 %, pada siklus II berkurang menjadi 22,50 %. Sementara itu mahasiswa yang yang memiliki tingkat partisipasi sedang semakin bertambah. Pada sklus I, mahasiswa yang memiliki tingkat partisipai sedang 37,50%, pada siklus II, betambah menjadi 60%. Demikian juga mahasiswa yang memiliki tingkat partisipasi tinggi juga mengalami kenaikan, pada siklus I 10%, naik menjadi 17,50% pada siklus II. Tabel 2. Tingkat Interaksi Pembelajaran pada Siklus I dan II Siklus I Siklus II Kategori Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi Tinggi 5 12,5 17 42,5 150

Sedang 18 45,0 16 40,0 Rendah 17 42,5 7 17,5 Jumlah 40 100,0 40 100,0 Berdasarkan tabel II, dapat dinyatakan bahwa tingkat interaksi pembelajaran mahasiswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perubahan jumlah mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi pembelajaran rendah semakin berkurang. Pada siklus I, mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi pembelajaran rendah 42,50%, pada siklus II menjadi 17,50 %. Sementara itu mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi pembelajaran tinggi semakin bertambah. Pada siklus I, mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi pembelajarn tinggi 12,50%, pada siklus II menjadi 42,50 %. Tabel 3. Hasil Evaluasi pada Siklus I dan II Nilai Huruf Kategori Siklus I Siklus II Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi 80-100 A Sangat Tinggi 4 10,0 11 27,5 66-79 B Tinggi 14 35,0 16 40,0 56-65 C Cukup 15 37,5 9 22,5 40-55 D Kurang 7 17,5 4 10,0 Berdasarkan tabel III, dapat dinyatakan bahwa tingkat evaluasi hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perubahan jumlah mahasiswa yang memiliki skor tingkat evaluasi hasil belajar rendah semakin berkurang. Pada siklus I, mahasiswa yang memiliki skor tingkat hasil evaluasi pembelajaran rendah 42,50%, pada siklus II menjadi 17,50 %. Sementara itu mahasiswa yang memiliki skor tingkat hasil evaluasi pembelajaran tinggi semakin bertambah. Pada siklus I, mahasiswa yang memiliki skor tingkat hasil evaluasi pembelajaran tinggi 12,50%, pada siklus II menjadi 42,50 %. Tabel 4. Hasil Analisis Tugas Kerja Kelompok pada Siklus I dan II. Kategori Siklus I Siklus II Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi Tinggi 5 12,5 10 25,0 Sedang 20 50,0 25 62,5 151

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember 2008 Rendah 15 37,5 5 12,5 Jumlah 40 100,0 40 100,0 Dengan memperhatikan Tabel 4 dapat dinyatakan bahwa dalam mengerjakan tugas kelompok mahasiswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dicermati dari besarnya perubahan jumlah mahasiwa yang mengerjakan tugas dalam katagori rendah berkurang. Pada Siklus I, mahasiswa yang memiliki skor dalam katagori rendah sebanyak 37,50%, pada siklus II berkurang menjadi 12,50%. Sementara itu mahasiswa yang mengerjakan tugas dengan kategori tinggi mengalami peningkatan, Pada Siklus I, mahasiswa yang memiliki skor dalam katagori tinggi sebanyak 12,50%, pada siklus II bertambah menjadi 20%. Secara umum mahasiswa sangat setuju dengan model pembelajaran cooperative learning. Mereka berpendapat bahwa model cooperative learning memberikan banyak manfaat yaitiu: materi lebih mudah dipahami, mereka menjadi lebih mandiri, memberikan kesempata lebih banyak untuk berdiskusi, mengembangkan sikap bekerjasama atau saling membantu, dan mengembangkan keterampilan menyampaikan pendapat secara lisan. D. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini di antaranya adalah: 1. Model pembelajaran dengan model cooperative learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dilihat dari tingkat partisipasi, interaksi pembelajaran, hasil kuis dan tes, serta hasil tugas kerja elompok. 2. Secara umum mahasiswa menyukai model pembelajaran cooperative learning karena dianggap memberikan banyak manfaat. Berdasarkan hasil temuan ini, dapat diajukan beberapa saran berikut: 1. Perlunya penerapan pembelajaran dengan model cooperative learning dalam lingkup yang lebih luas, pada mata kuliah - mata kuliah dengan karakteristik yang sama. 2. Perlunya pengkajian dan penelitian lanjutan pada lingkungan dan karakteristik yang beragam, agar efektifitas pembelajaran cooperative learning lebih mantap. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie (1999) Model Pembelajaran Gotong Royong. Surabaya: CV Citra Media 152

Kemmis S dan Mc Taggart (1988) The Action Research Planner. Deakin: Deakin Univercity Press Mohammad Nur (2000) Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Model Pembelajaran Kontruktivisme dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sumadi Suryabrata (1995) Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sudarminta. J. (2000) Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga dalam Admadi dan Setyaningsih (2000). Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius Suwarsih Madya (1994) Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP YOGYAKARTA Suyanto (1999) Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Kegiatan Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999 Zamroni (2000) Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing 153