PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA PALEMBANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON JAMA AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI KABUPATEN BANTUL

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2016 PUSKESMAS WONODADI

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM HAJI TAHUN 2017 PUSKESMAS SEMAWUNG DALEMAN A. PENDAHULUAN

2 4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor190, Tamba

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 77 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN SERANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Menimbang : a. NOMOR:zTAHUN2oog

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TRANSPORTASI JEMAAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 26 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

BAB III PELAYANAN JAMA AH HAJI KOTA SEMARANG TAHUN 2009

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

PERATURAN BUPATI LEBAK

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG FASILITASI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI JEMAAH HAJI

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 31 SERI D

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN No. 9, 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS SE KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M

================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 40 TAHUN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

KERANGKA ACUAN PELAYANAN P0LIKLINIK UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan rukun Islam Kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam yang mampu menunaikannya; b. bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji menjadi urusan wajib Pemerintah Kab/Kota, sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Calon Jemaah Haji; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42861); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Tangerang (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 1); 11. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 5). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG dan WALIKOTA TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang. 3. Walikota adalah Walikota Tangerang. 4. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 2

6. Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang termasuk unit/unsur penunjang tugas Puskesmas yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. 7. Calon Jemaah Haji adalah Calon Jemaah Haji Kota Tangerang. 8. Pelayanan Kesehatan Calon Jemaah Haji adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan pada Calon Jemaah Haji meliputi prosedur umum, prosedur pemeriksaan dan standar pemeriksaan kesehatan. 9. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang selanjutnya disebut BPIH adalah sejumlah dana yang harus dibayar oleh Warga Negara yang akan menunaikan ibadah haji. 10. Buku Kesehatan Jemaah Haji yang selanjutnya disingkat BKJH adalah buku yang berisi data pemeriksaan dan penilaian status kesehatan, rekam medik pengobatan serta anjuran kesehatan bagi Calon Jemaah Haji. 11. Calon Jemaah Haji Mandiri adalah Calon Jemaah Haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain. 12. Calon Jemaah Haji Observasi adalah Calon Jemaah Haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat. 13. Calon Jemaah Haji Pengawasan adalah Calon Jemaah Haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain. 14. Calon Jemaah Haji Tunda adalah Calon Jemaah Haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan ke II. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas dan akuntabilitas. (2) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji bertujuan meningkatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran Agama Islam. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah : a. Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Tahap Pertama; b. Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Tahap Kedua. 3

Pasal 4 (1) Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Tahap Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi prosedur umum, prosedur pemeriksaan dan standar pemeriksaan dan dilaksanakan di Puskesmas. (2) Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Tahap Kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b meliputi prosedur umum, prosedur pemeriksaan dan standar pemeriksaan dan diselenggarakan oleh Dinas. BAB IV PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI TAHAP PERTAMA Bagian Pertama Prosedur Umum Tahap Pertama Pasal 5 Prosedur Umum Pemeriksaan Tahap Pertama adalah sebagai berikut : a. Calon Jemaah Haji mengajukan permintaan pemeriksaan kesehatan tahap pertama di tingkat Puskesmas yang ditunjuk; b. Calon Jemaah Haji mendapatkan pemeriksaan kesehatan di tingkat Puskesmas yang ditunjuk, sesuai dengan tempat tinggal/domisili calon jemaah haji tersebut; c. Biaya pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh calon jemaah haji. Besaran biaya pemeriksaan kesehatan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah tentang Pelayanan Kesehatan; d. Pelaksanaan pemeriksaan calon jemaah haji dilakukan selambatlambatnya sebelum pelunasan BPIH; e. Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama dikeluarkan sebagai persyaratan mendapatkan nomor porsi : 1. Surat tersebut menerangkan kesimpulan penilaian hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di tingkat Puskesmas; 2. Dokter pemeriksa membuat Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama yang akan diserahkan ke Bank Penerima Setoran (BPS). Surat Keterangan dilengkapi dengan data: nama Lengkap, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, alamat domisili, keterangan status kesehatan, pas foto sesuai rekomendasi Departemen Agama Republik Indonesia, nama dokter pemeriksa, NIP/NRPTT, tanda tangan asli, stempel asli puskesmas yang mengenai pas foto, tanggal surat keterangan dan nomor surat. Bagian Kedua Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama Pasal 6 (1) Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan tata cara pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi Calon Jemaah Haji yang dilakukan di Puskesmas setempat. 4

(2) Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. pendaftaran pemeriksaan kesehatan Calon Jemaah Haji di Puskesmas; b. pemeriksaan kesehatan Calon Jemaah Haji meliputi pemeriksaan Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Tes Fungsional, dan Pemeriksaan penunjang yang diperlukan; c. hasil pemeriksaan dicatat dalam Formulir Bantu dan disimpan di Puskesmas. Catatan medik Calon Jemaah Haji terbaru dalam formulir bantu dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji. Buku Kesehatan Jemaah Haji diisi setelah Calon Jemaah Haji mendapatkan bukti pelunasan BPIH atau terdaftar di Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT); d. Buku Kesehatan Jemaah Haji disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksa Kesehatan tahap kedua; e. Calon Jemaah Haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut; f. untuk kepentingan pembinaan, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan; g. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi Calon Jemaah Haji dan melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan Calon Jemaah Haji ke Dinas. Bagian Ketiga Standar Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama Pasal 7 (1) Standar Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama merupakan spesifikasi minimal yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan kesehatan agar dapat diperoleh manfaat pelayanan kesehatan secara maksimal. (2) Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Pemeriksa Kesehatan yang memenuhi kualifikasi/standar pemeriksa; b. Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Wanita dilakukan oleh Dokter wanita, atau Dokter Pria dengan didampingi perawat wanita; c. Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Pria dilakukan oleh Dokter Pria, atau Dokter Wanita dengan didampingi perawat Pria; d. Pemeriksaan kesehatan bagi Calon Jemaah Haji dikelompokkan menjadi pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjut dan pemeriksaan khusus; e. Pemeriksaan Pokok dilakukan pada semua Calon Jemaah Haji meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (tanda vital, postur, syaraf kranial, toraks, abdomen), kesehatan jiwa dan laboratorium klinik; 5

f. Pemeriksaan Lanjut merupakan pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan pada Calon Jemaah Haji Wanita Usia Subur dan Pria Usia Subur, Calon Jemaah Haji yang berusia diatas 40 tahun, Calon Jemaah Haji Lansia yang berusia diatas 60 tahun dan Calon Jemaah Haji yang bertugas sebagai pendamping; g. Pemeriksaan Khusus adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan atas dasar indikasi medis pada Calon Jemaah Haji penderita suatu penyakit yang belum dapat ditegakkan diagnosisnya dengan data pemeriksaan pokok dan lanjut. Bagian Keempat Standar Pemeriksa Kesehatan Tahap Pertama Pasal 8 Pemeriksa Kesehatan Tahap Pertama merupakan Tim Pemeriksa Kesehatan Calon Jemaah Haji yang menjalankan fungsi pemeriksaan tahap pertama sebagaimana ditetapkan oleh Dinas. BAB IV PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI TAHAP KEDUA Bagian Pertama Prosedur Umum Tahap Kedua Pasal 9 Prosedur Umum Pemeriksaan Tahap Kedua adalah sebagai berikut : a. Dinas membuat surat panggilan kepada Calon Jemaah Haji untuk mendapatkan pemeriksaan kedua, berkoordinasi dengan Kantor Departemen Agama setempat; b. penyelenggaraan pemeriksaan kedua dikoordinasi sepenuhnya oleh Kepala Dinas; c. pelaksanaan pemeriksaan tahap kedua dilakukan di sarana pelayanan kesehatan minimal setara Rumah Sakit tipe C yang diatur oleh Peraturan Walikota; d. biaya pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh Calon Jemaah Haji dan besaran biaya pemeriksaan kesehatan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Walikota; e. pelaksanaan pemeriksaan tahap kedua dilakukan selambatlambatnya dua bulan sebelum tanggal keberangkatan kloter pertama daerah; f. Buku Kesehatan Jemaah Haji dikeluarkan sebagai persyaratan pemberangkatan Calon Jemaah Haji; g. rekapitulasi hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi; h. Buku Kesehatan Jemaah Haji berisi data hasil penilaian pemeriksaan tahap pertama dan pembinaan di Puskesmas, pemeriksaan tahap kedua dan saran dokter ahli/spesialis; i. dokter pemeriksa mengisi Buku Kesehatan Jemaah Haji sesuai petunjuk pengisian. 6

Bagian Kedua Prosedur Pemeriksaan Tahap Kedua Pasal 10 (1) Prosedur Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Tahap Kedua merupakan tata cara pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi Calon Jemaah Haji yang dilakukan di Sarana Pelayanan Kesehatan minimal setingkat Rumah Sakit tipe C. (2) Prosedur Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Tahap Kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. pendaftaran ulang pemeriksaan kesehatan oleh Dinas; b. pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, tes fungsional, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium klinik, radiologi, EKG, imunisasi meningitis maningokokus dan tes kebugaran dengan tes harvard); c. hasil pemeriksaan dokter pemeriksa dan saran pembinaan dari dokter Ahli/Spesialis ditulis pada catatan medis yang dipakai sejak pemeriksaan kesehatan tahap pertama; d. hasil pemeriksaan pada catatan medis menjadi dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji dan penetapan kelaikan; e. Buku Kesehatan Jemaah Haji disimpan di Dinas dan diserahkan kepada masing-masing jemaah saat keberangkatan ke Embarkasi; f. Calon Jemaah Haji diberikan pembinaan kesehatan untuk keperluan kelaikan pemberangkatan; g. Untuk kepentingan pembinaan, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan oleh Dokter Ahli/ Spesialis yang ditunjuk; h. Kepala Dinas bertanggung jawab atas pelaksanaan Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan bagi Calon Jemaah Haji. Bagian Ketiga Standar Pemeriksaan Tahap Kedua Pasal 11 (1) Standar Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah spesifikasi minimal yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan kesehatan tahap kedua agar dapat diperoleh manfaat pelayanan kesehatan secara maksimal. (2) Standar Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Tahap Kedua yang memenuhi kualifikasi/ standar pemeriksa; b. Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Wanita dilakukan oleh dokter Wanita, atau dokter Pria dengan didampingi perawat Wanita. Pemeriksaan Calon Jemaah Haji Pria dilakukan oleh dokter Pria, atau dokter Wanita dengan didampingi perawat Pria; 7

c. dokter Pemeriksa melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kesahihan data hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama dan pembinaan kesehatan melalui catatan medis Calon Jemaah Haji yang bersangkutan. Apabila terdapat kekurangan dalam hal kelengkapan dan kesahihan, maka dokter berkewajiban melengkapinya dengan melakukan pemeriksaan ulang pada tahap pemeriksaan kedua; d. kelengkapan data pemeriksaan meliputi hasil pemeriksaan kesehatan dalam kelompok pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan khusus; e. Calon Jemaah Haji mendapatkan pemeriksaan ulang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (tanda vital, postur, syaraf kranial, toraks, abdomen), kesehatan jiwa dan laboratorium klinik; f. Calon Jemaah Haji yang memenuhi syarat, diberikan imunisasi Meningitis meningokokus; g. Tes kebugaran dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi yang bersangkutan; h. Calon Jemaah Haji yang terdiagnosis menderita penyakit menular pada pemeriksaan pertama, diharuskan telah dinyatakan sembuh atau tidak menular pada akhir pemeriksaan kedua dengan menunjukkan surat keterangan dari dokter pemberi pelayanan pengobatan; i. Calon Jemaah Haji yang menderita penyakit kronis tidak menular diharuskan telah mendapatkan pengelolaan yang adekuat, pembinaan intensif dan dinyatakan dapat melakukan kegiatan pribadi sehari-hari secara mandiri; j. Calon Jemaah Haji Wanita Usia Subur dilakukan pemeriksaan tes kehamilan, dengan reagen beta-hcg; k. Calon Jemaah Haji Wanita Usia Subur diharuskan menunjukkan surat pernyataan di atas meterai tentang kesediaan menunda/ membatalkan keberangkatannya untuk musim haji yang akan datang, apabila di kemudian hari pada saat menjelang keberangkatannya ternyata hamil dan tidak memenuhi ketentuan menurut SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan; l. dokter Pemeriksa harus menuliskan diagnosis kerja sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatan Calon Jemaah Haji untuk keperluan pembinaan dan penetapan kelaikan; m. untuk kepentingan pembinaan dan penilaian kelaikan kesehatan pada Calon Jemaah Haji dapat dilakukan pemeriksaan ulang sesuai keperluan; n. Tim Pemeriksa menetapkan kelaikan berdasarkan hasil pemeriksaan dan konsultasi ahli (spesialis berkompeten) sesuai dengan kualifikasi kelaikan yang ditetapkan; o. hasil penetapan kelaikan beserta dasar pertimbangannya dilaporkan secara akumulatif kepada Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 8

Bagian Keempat Standar Pemeriksa Kesehatan Tahap Kedua Pasal 12 Pemeriksa Kesehatan Tahap Kedua merupakan Tim Pemeriksa Kesehatan Calon Jemaah Haji yang menjalankan fungsi pemeriksaan tahap kedua sebagaimana ditetapkan oleh Dinas. BAB V PENILAIAN STATUS KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI Pasal 13 (1) dokter Pemeriksa menetapkan penilaian status kesehatan Calon Jemaah Haji; (2) Penilaian Status Kesehatan Calon Jemaah Haji dijadikan dasar pengesahan dan pembinaan kesehatan, serta merupakan informasi kesehatan bagi upaya pemantauan dan pelayanan kesehatan selama perjalanan ibadah haji. Pasal 14 (1) Penilaian status kesehatan Calon Jemaah Haji dibedakan atas 4 (empat) kategori yaitu : a. Calon Jemaah Haji Mandiri; b. Calon Jemaah Haji Observasi; c. Calon Jemaah Haji Pengawasan; d. Calon Jemaah Haji Tunda. (2) Penilaian status kesehatan Calon Jemaah Haji digunakan sebagai instruksi kepada petugas untuk melakukan upaya lanjut secara khusus serta tidak menyama-ratakan kondisi kesehataan Jemaah. BAB VI TIM KESEHATAN HAJI DAERAH Pasal 15 (1) Walikota dapat mengangkat Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD). (2) Persyaratan dan mekanisme pengangkatan Tim Kesehatan Haji Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota. Pasal 16 Biaya operasional Tim Kesehatan Haji Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 9

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang. Ditetapkan di Tangerang Pada tanggal 21 Juli 2009 WALIKOTA TANGERANG, Cap/Ttd H. WAHIDIN HALIM C/My Document/Produk Huum/Perda/Perda 2009/Perda Penyelenggaraan Kesehatan haji 21.07.09. 10