BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,


BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. system saluran kemih. Selain itu fungsi ginjal adalah untuk menyaring

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

transplantasi adalah pasien dan hanya ada 920 pasien yang menerima transplantasi (NHSBT, 2014). Hemodialisis merupakan metode perawatan umum

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengalami penurunan tetapi terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. menganggu mekanisme biologis dalam tub uh. Salah satu bentuk kerusakan ginjal

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang diperlukan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan kotoran dari sistem saluran kemih. Selain itu fungsi ginjal adalah untuk menyaring kotoran dari darah dan menyerap banyak nutrisi penting ke aliran darah. Disisi lain fungsi ginjal yang dilakukan di saluran (tubulus) adalah menyeimbangkan jumlah garam dan air yang disimpan. Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsifungsi vital menimbulkan keadaan yang disebut uremia atau Gagal Ginjal Kronik (GGK) stadium terminal. Perkembangan yang sejak tahun 1960 dari teknik dialysis dan transplantasi ginjal sebagai pengobatan stadium terminal GGK, merupakan alternatif dari resiko kematian (Aini & Aisiyah, 2013). Kasus gagalginjal kronik (GGK) saat inimeningkat dengan cepat terutama dinegara-negara berkembang. GGKtelah menjadi masalah utamakesehatan di seluruh dunia, karenaselain merupakan faktor resikoterjadinya penyakit jantung danpembuluh darah akan meningkatkanangka kesakitan dan kematian (Setyaningsih dkk, 2013). Tahun 2015 diperkirakan ada 36juta penduduk dunia yang meninggalakibat penyakit ginjal. Ancamankematian, penderita GGK akanberhadapan dengan konsekuensiuntuk menjalani cuci darah atau Hemodialisa (HD) 3 5 kaliseminggu seumur hidup.berdasarkan data Badan KesehatanDunia (WHO) memperlihatkan yangmenderita gagal ginjal baik akutmaupun kronik mencapai 50%sedangkan yang diketahui danmendapatkan pengobatan hanya 25%dan 12,5% yang terobati denganbaik. Prevalensi gagal ginjal diindonesia tercatat mencapai 31,7%dari populasi pada usia 18 tahunkeatas (Riskesdas, 2007). Indonesiatermasuk negara dengan tingkatpenderita gagal ginjal cukup tinggi.dari survey komunitas yangdilakukan Perhimpunan NefrologiIndonesia (PERNEFRI) didapatkanbahwa 12.5% dari populasi sudahmengalami 1

2 penurunan fungsi ginjal,yang ditandai oleh adanyaproteinuria yang persisten ataupenurunan laju filtasi glomerulus(lfg). Bila jumlah pendudukindonesia saai ini kurang lebih 240juta, maka berarti 30 juta pendudukindonesia mengalami penurunanfungsi ginjal. Hasil survey dariberbagai pusat dialysis didapatkankejadian baru PGTK yangmemerlikan dialysis sebesar 30.7%perjuta penduduk. Berarti setiaptahun terdapat 7.400 pasien barupgta (Setyaningsih dkk, 2013). Pilihan terapi yang tersedia untuk pasien gagal ginjaltergantung pada onsetnya, akut atau kronik. Pada gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Disease (ESRD) pilihan terapi meliputi hemodialisisdialisis peritoneal seperti Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), Intermitten Peritoneal Dialysis (IPD) dan Continuous Cyclic Peritoneal Dialysis (CCPD) atau transplantasi ginjal (Wibisono & Kandarini, 2007). Hemodialisis merupakan pengobatan pengganti (replacement treatment) pada penderita gagal ginjal kronik stadium terminal, jadi fungsi ginjal digantikan oleh alat yang disebut Dyalizer (Artificial Kidney). Pada dialyzer ini terjadi proses perpindahan zat-zat terlarut dalam darah ke dalam cairan dialisat atau sebaliknya (Sumpena, 2004).Hemodialisis (cuci darah) terbukti sangat bermanfaat dalam memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal(wijaya, 2010). Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dikatakan bahwa terjadi peningkatan klien HD sebesar 5,2% dari 2148 orang pada tahun 2007 menjadi 2260 orang pada tahun 2008 (Farida, 2010). Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidup mengakibatkanterjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terminal yang melakukan terapi hemodialisa (Lubis 2006). Perubahan fisik akibat penurunan fungsi organ akan mempengaruhi masalah psikis. Hubungan interpersonal yang buruk akibat penurunan fungsi organ dan perubahan pada

3 kondisi fisiknya cenderung mengakibatkan gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah (Sukarja dkk, 2008). Konsepdiri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungannya dengan orang lain. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual (Suliswati dkk, 2005).Stuart & Sunden (1998) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri atas beberapa komponen, yaitu: citra tubuh, ideal diri, penampilan peran, identitas personal dan harga diri. Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan nilai ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart & Sunden, 1998). Pasien dengan gagal ginjal terminal sering kali merasa kehilangan kontrol akan dirinya. Mereka memerlukan waktu yang panjang untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan apa yang dialaminya,perubahan peran adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Sebagai contoh seorang pencari nafkah di keluarga harus berhenti bekerja karena sakitnya. Perasaan menjadi beban keluarga akan menjadi masalah buat pasien gagal ginjal terminal yaitu merasa sebagai orang yang tidak berharga atau mempunyai harga diri rendah (Andri, 2012). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap merupakan rumah sakit type B milik Pemerintah Daerah yang berada di tingkat kabupaten/kota dan telah terakreditasi. RSUD Cilacap ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 446/209/44.1 tanggal 27 Februari tahun 2008 tentang Perubahan Kelembagaan dan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Daerah (BLUD RSUD). RSUD Cilacap mempunyai bangsal terapi hemodialisa. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di RSUD Cilacap diketahui bahwa

4 jumlah pasien gagal ginjal kronik sampai dengan bulan Desember tahun 2013 adalah sebanyak 989 orang dimana 896 orang diantaranya melakukan terapi hemodialisa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 pasien gagal ginjal kronik pada saat melakukan terapi hemodialisa 3 dari 5 pasien menyatakan bahwa dirinya merasa belum mampu menerima keadaaan dirinya saat ini dan merasa bahwa pasien sudah tidak berharga lagi dan hanya menjadi beban bagi keluarganya. Kemudian 2 dari 5 pasien menyatakan sudah pasrah dan dapat menerima kondisi dirinya dengan penyakit yang dideritanya sebagai cobaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan : Adakah hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum ingin mengetahuihubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui status terapi hemodialisapasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014. b. Mengetahui harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah pustaka tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi ilmiah tentang konsep diri (harga diri) pasien gagal ginjal kronik dan juga dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi RSUD Cilacap Hasilpenelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi RSUD Cilacap mengenai hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami harga diri rendah sehingga pasien dapat lebih kuat dan mampu menghadapi semua akibat dari penurunan fungsi organ. b. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik. Selain itu juga dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami harga diri rendah. c. Bagi Pasien gagal Ginjal Kronik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri sehingga dapat dijadikan sebagai wacana dalam melakukan upaya meningkatkan harga dirinya sehingga tidak mengalami gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah dan dapat lebih kuat dan mampu menghadapi semua akibat dari penurunan fungsi organ.

6 d. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang hubunganterapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik, mengaplikasikan mata kuliah Metodologi Riset dan Riset Keperawatan, serta merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang harga diri pada pasien gagal ginjal kronik yang pernah dilakukan adalahdengan judul Harga diri dan koping pada pasien gagal ginjal kronis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2007, yang dilakukan oleh I Made Sukarja, I Wayan Suardana, dan V.M. Endang S.P Rahayu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien yang mengalami gagal ginjal kronis yang dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam dan ruang perawatan hemodialisa RSUP Sanglah Denpasar. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 86 orang dengan teknik pengambilan sampel consecutive sample. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik analisis yang digunakan adalah chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien gagal ginjal kronis mengalami gangguan harga diri rendah yaitu sebanyak 63% (54 orang), sebagian besar yaitu sebanyak 63% (54 orang) pasien gagal ginjal kronis memiliki koping yang maladaptif. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara harga diri dengan koping pada pasien gagal ginjal kronis (p = 0,024, α = 0,05). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian dimana variabel bebas adalah tindakan hemodialisa dan variabel terikat adalah harga diri dan objek penelitian dalam hal ini adalah di RSUD Cilacap. Sedangkan persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada desain penelitian yaitu dengan rancangan cross sectional, teknik pengambilan

7 sampel menggunakan consecutive sampling dan teknik analisis menggunakan uji chi-square.