TECHNICAL newsflash SEPTEMBER 2016 TECHNICAL

dokumen-dokumen yang mirip
Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash

PERMINTAAN AKSES ATAS KERTAS KERJA AUDITOR OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA PENERAPAN SPM 1 SECARA PROPORSIONAL SESUAI KARAKTERISTIK OPERASI DAN BESAR KECILNYA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

PENCANTUMAN IDENTITAS AP DAN KAP PADA LAPORAN KEUANGAN KLIEN

EXPOSURE DRAFT STANDAR JASA TERKAIT ( SJT ) 4400 PERIKATAN UNTUK MELAKSANAKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN EXPOSURE DRAFT

IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

Penerapan SA Berbasis ISA Secara Proporsional. Sesuai Ukuran dan Kompleksitas Suatu Entitas KOMITE ASISTENSI DAN IMPLEMENTASI STANDAR PROFESI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PEMERIKSAAN PABEAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG

SKEPTISISME PROFESIONAL DALAM SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

2.1 Standar Audit 200 ( Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit )

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan L

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.04/2007 TENTANG AUDIT KEPABEANAN MENTERI KEUANGAN,

Standar Pengendalian Mutu SPM 1

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG

KOP PERUSAHAAN. Nomor & tanggal surat Hal : Permohonan sebagai MITA. Kepada : Yth. Kepala KPU... Di...

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

Standar Audit SA 550. Pihak Berelasi

Standar Audit SA 580. Representasi Tertulis

AUDITING II. Prinsip-prinsip Umum ISA

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR AUDIT ( SA ) 720 TANGGUNG JAWAB AUDITOR ATAS INFORMASI LAIN DALAM DOKUMEN YANG BERISI LAPORAN KEUANGAN AUDITAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 9 /BC/2012 TENTANG

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

Standar Audit SA 560. Peristiwa Kemudian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

Peraturan Menteri Keuangan nomor 67/PMK.04/2016 tentang Deklarasi Inisiatif atas Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2009 TENTANG

P - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

NILAI PABEAN DAN DEKLARASI INISIATIF

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pengawasan Atas Barang Impor Dengan Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Dalam Rangka Penanaman Modal

DEKLARASI INISIATIF (VOLUNTARY DECLARATION) ATAS NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG IMPOR DAN EKSPOR. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

SOSIALISASI PMK 34/PMK.04/2016 tentang Perubahan atas PMK 160/PMK.04/2010 tentang Nilai Pabean untuk Penghitungan Bea Masuk

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

SPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ch.8. Mempertimbangkan Pengendalian Internal

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DI BIDANG KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-36 /BC/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG IMPOR SEMENTARA ATAU EKSPOR SEMENTARA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI POS LINTAS BATAS NEGARA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86509/PP/M.VII.A/19/2017. Jenis Pajak : Bea Masuk

, DJBC PMK-160/PMK.04/2010. Subdit Nilai Pabean

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENYEGARAN PERATURAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DAN BANDING

Pengajuan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali Tagihan Bea Masuk

PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN

ATESTASI KEPATUHAN. SAT Seksi 500. S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 11/BC/2012 TENTANG

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-19/BC/2016 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 30/BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Transkripsi:

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants SUMMARY: PERTIMBANGAN AUDITOR TERHADAP REGULASI DAN PERATURAN KEPABEANAN DAN CUKAI DALAM PELAKSANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN SUATU ENTITAS YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KEPABEANAN DAN CUKAI Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 67/PMK.04/2016 tentang Deklarasi Inisiatif (Voluntary Declaration) atas Nilai Pabean untuk Penghitungan Bea Masuk. P MK ini menjelaskan bahwa importir bisa mendeklarasikan (voluntary declaration) dan membayar sendiri (voluntary payment) atas komponen harga/biaya Impor yang seringkali menjadi pokok sengketa banding, yaitu komoditas berjangka, royalti, dan proceed, maka berdasarkan pasal 1 ayat (4) maka harus ada informasi-infomasi tambahan yang dicantumkan dalam Pemberitahuan Importir Barang (PIB). Hal ini merupakan bentuk dari sistem self assesment yang dianut dalam kepabeanan. Beberapa ketentuan lainnya yang terkait dengan kepabeanan, antara lain: 1. Undang Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2006. 2. Undang Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2007. 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai. 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 144/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai 5. Peraturan Direktur Jendaral Bea dan Cukai Nomor P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pengeluaran barang Impor Untuk Dipakai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-08/BC/2009 UU No 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan menjelaskan bahwa Importir, Eksportir, Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara, Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat, Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, atau Pengusaha Pengangkutan wajib menyelenggarakan pembukuan dan merupakan subyek pemeriksaan oleh pejabat bea dan cukai. Pemeriksaan inilah yang dijelaskan lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2011 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai dan tata-cara pelaksanaan auditnya diatur melalui Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai Nomor P-09 /BC/2012 Tentang Tatalaksana Audit Kepabeanan dan Audit Cukai. Peraturan DirJen Bea dan Cukai Nomor P-09/BC/2012 menjelaskan bahwa yang menjadi subyek Audit Kepabeanan dan Cukai adalah; 1. Importir, Eksportir, Pengusaha TPS, Pengusaha TPB, Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, Pengusaha Pengangkutan, untuk audit kepabeanan. 2. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir BKC, Penyalur dan Pengguna

BKC yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai, untuk audit cukai. Pertimbangan auditor dalam audit entitas di bidang kepabeanan Tujuan audit kepabeanan dan audit cukai yang dilakukan oleh pemeriksa kepabeanan dan cukai berbeda dengan tujuan audit perusahaan pada umumnya. Audit kepabeanan dan audit cukai lebih ditujukan untuk memastikan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi peraturan perundang undangan dibidang kepabeanan dan cukai, dimana obyek yang diperiksa tidak hanya berkaitan dengan barang namun juga catatan pembukuan maupun laporan keuangan perusahaan. Hal inilah kemudian yang perlu menjadi perhatian para auditor yang melakukan pemeriksaan terhadap entitas yang juga menjadi subyek dari audit kepabeanan dan audit cukai, bahwa terdapat beberapa peraturan perundang-undangan terkait kepabeanan dan cukai yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit. Hal ini sesuai dengan Standar Audit 250 Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit Atas Laporan Keuangan, dimana SA ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan peraturan perundang-undangan dalam audit atas laporan keuangan. Akibat dari ketidakpatuhan dalam menerapkan peraturan perundangan-undangan bagi suatu entitas dapat mengakibatkan denda, litigasi, atau konsekuensi lain bagi entitas dan berpotensi berdampak pada salah saji material dalam laporan keuangan. Bagi entitas yang diperiksa oleh pemeriksa kepabeanan dan cukai maka hasil pemeriksaan tersebut mungkin saja berbentuk sanksi atau denda sebagaimana yang diatur dalam pasal 48 ayat (2b) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai Nomor P-09/BC/2012 yang menyatakan bahwa Surat Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar (SPKPBK), dalam hal terdapat kekurangan atau kelebihan pembayaran bea keluar dan/atau sanksi administrasi berupa denda. Sanksi ini nilainya bervariasi tergantung pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa kepabeanan dan cukai. Dalam pelaksanaan audit entitas yang terkait dengan kepabeanan dan cukai, auditor harus mempertimbangkan risiko yang mungkin saja terjadi sebagaimana dijelaskan dalam SA 250, bahwa auditor harus: 1. Memahami industri ekpor impor dan kawasan berikat atau peraturan di bidang kepabeaan, sesuai dengan SA 250 Paragraf 12. Hal ini sejalan dengan SA 315 tentang Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, sebagai bagian dari usaha untuk memahami entitas dan lingkungan bisnisnya. Auditor harus memperoleh pemahaman mengenai; a. kerangka peraturan berlaku bagi entitas dan industri atau sektor yang di dalamnya entitas beroperasi dan b. bagaimana entitas mematuhi kerangka tersebut. 2. Memahami bagaimana entitas tersebut mematuhi peraturan perundang undangan, dimana pemahaman auditor terhadap suatu entitas berpengaruh terhadap pemerolehan bukti audit, seperti diatur di dalam SA 250 paragraf 13 dimana auditor harus mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan secara umum memiliki dampak langsung dalam menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan. Dari risiko tersebut, auditor harus melakukan pengendalian risiko dengan berbagai cara

misalkan; 1. Menentukan ketidakpatuhan tersebut melalui prosedur audit seperti melalui dokumen, bertanya kepada pihak manajemen, dan melakukan uji substantif 2. Menentukan sifat ketidakpatuhan tersebut apakah memiliki pengaruh yang material atau tidak material terhadap laporan keuangan, dengan cara berdiskusi dengan manajemen dan/atau mengevaluasi dampak terhadap laporan keuangan Penilaian terhadap resiko yang mungkin saja terjadi harus dilakukan agar tujuan dari audit dapat tercapai, dimana beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan audit antara lain: a. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan; b. Melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan lain yang dapat berdampak material terhadap laporan keuangan; dan c. Merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan peraturan diidentifikasi selama pelaksanaan audit secara tepat Terkait tujuan yang harus dipenuhi oleh auditor agar dapat melakukan beberapa pertimbangan untuk melaksanakan beberapa ketentuan yang diatur di dalam SA 250, yaitu; 1. Pertimbangan auditor atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (The auditor s consideration of compliance with laws and regulations). Untuk menentukan ketidakpatuhan ada beberapa prosedur yang dapat dilakukan sesuai dengan SA 250 paragraf 14, auditor harus melaksanakan prosedur berikut ini untuk membantu dalam menemukan kejadian atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan lain yang dapat berdampak material terhadap laporan keuangan; a. Meminta keterangan kepada manajemen dan, apabila relevan, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, mengenai tingkat kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan tersebut; b. Menginspeksi korespondensi, jika ada, dengan pihak berwenang yang menerbitkan izin atau peraturan. 2. Prosedur audit pada saat ketidakpatuhan teridentifikasi atau diduga terjadi (Audit Procedures When Non-Compliance Is Identified or Suspected). Ada beberapa hal yang dapat menjadi indikasi auditor tentang adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,yaitu; a. Investigasi yang dilakukan oleh organisasi dan instansi pemerintah atau pembayaran denda atau sanksi. b. Pembayaran tanpa adanya dokumentasi pengendalian pertukaran yang semestinya. c. Adanya sistem informasi yang gagal, apakah karena desainnya atau karena ketidaksengajaan, untuk menyediakan suatu jejak audit (audit trail) yang cukup atau bukti yang cukup. d. Transaksi yang tidak diotorisasi atau transaksi yang tidak dicatat secara tepat. 3. Pelaporan atas ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi (Reporting of Identified or Suspected Non- Compliance).

a. Pelaporan ketidakpatuhan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola (Reporting Non-Compliance to Those Charged with Governance or TCWG). b. Pelaporan ketidakpatuhan dalam laporan auditor atas laporan keuangan (Reporting Non-Compliance in the Auditor s Report on the Financial Statements). c. Pelaporan ketidakpatuhan kepada Otoritas Badan Pengatur dan Penegak Hukum (Reporting Non-Compliance to Regulatory and Enforcement Authorities). Ketika ketidakpatuhan diidentifikasi atau diduga terjadi maka auditor harus mengevaluasi dampak ketidakpatuhan ini terhadap laporan keuangan, dampak yang mungkin terjadi antara lain; a. Konsekuensi keuangan yang potensial terhadap laporan keuangan karena adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan, termasuk, sebagai contoh, denda, sanksi, kerusakan, ancaman pengalihan aset, pemberhentian kegiatan operasi secara paksa, dan litigasi. b. Apakah konsekuensi keuangan yang potensial tersebut memerlukan pengungkapan. c. Apakah konsekuensi keuangan yang potensial adalah sangat serius sehingga mengakibatkan timbulnya pertanyaan tentang kewajaran penyajian laporan keuangan, atau kemungkinkan akan membuat laporan keuangan tersebut menyesatkan. Dampak yang terjadi pada laporan keuangan ini akan berdampak juga terhadap opini yang diberikan oleh auditor. 4. Dokumentasi (Documentation) Dokumentasi harus ada untuk digunakan sebagai pembuktian ketika terjadi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang undangan, dokumentasi ini mencakup a. Fotokopi atau catatan dokumen, dan b. Risalah pembahasan yang dilakukan dengan manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola atau pihak di luar entitas Selain bukti dokumentasi yang tercantum di atas Representasi Tertulis juga dapat menjadi bukti audit yang memadai tentang pengetahuan manajemen mengenai ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang terjadi atau diduga terjadi, yang mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan. Namun, representasi tertulis saja tidak dengan sendirinya menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat. Oleh karena itu, representasi tertulis tidak memengaruhi sifat dan luasnya bukti atas audit lainnya yang harus diperoleh oleh auditor. Sifat dan luasnya bukti audit ini bisa juga didasarkan atas pertimbangan profesional dimana pertimbangan utama auditor, apakah pemahaman yang telah diperoleh tersebut adalah cukup untuk memenuhi tujuan yang dinyatakan dalam SA 315 yaitu untuk melakukan penilaian risiko salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap regulasi dan peraturan berlaku.

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) Office 8 Building 12th Floor, Unit 12I - 12J Sudirman Central Business District (SCBD) Lot 28, Senopati Raya Jalan Jendral Sudirman Kav.52-53, Jakarta 12190 Telp: (021) 29333151 hunting / (021) 72795445 hunting Fax: (021) 29333154-55, 72795441 Email: info@iapi.or.id www.iapi.or.id DISCLAIMER Publikasi ini disusun oleh Divisi Teknis dan Standar Institut Akuntan Publik Indonesia. Publikasi ini bukan pernyataan resmi dari Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia. Institut Akuntan Publik Indonesia tidak bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pihak yang melakukan atau menahan diri suatu tindakan dengan mendasarkan pada materi publikasi ini secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disebabkan oleh kelalaian atau hal lainnya. Hak Cipta 2016 Institut Akuntan Publik Indonesia Untuk informasi mengenai publikasi, silakan hubungi: teknis@iapi.or.id.