BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFISIT NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM)

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG KARTAL RIIL DI INDONESIA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspor dan impor ke atas pengeluaran agregat (Sadono, 2015). Menurut I Gede

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1999, kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan masalah penting suatu negara, untuk

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah cerminan kegiatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA TAHUN 1997.I IV

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang signifikan. Setelah melihat kesuksesan bank-bank syariah yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara seringkali menggunakan perhitungan mengenai keuntungan dan kerugian yang dilihat dari neraca pembayaran, melalui berbagai transaksi yang telah dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain. Neraca pembayaran terdiri atas lima neraca bagian yang saling berhubungan diantaranya neraca perdagangan, neraca jasa, transaksi berjalan, neraca lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. Neraca transaksi berjalan memuat jumlah antara neraca perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca transaksi berjalan yang dapat menimbulkan defisit yaitu defisit neraca perdagangan lebih besar dari neraca jasa, defisit neraca jasa lebih besar dari surplus neraca perdagangan dan defisit neraca perdagangan disertai defisit neraca jasa (Didit dan Wahyudi, 2003). Neraca transaksi berjalan digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca perdagangan merupakan selisih atau perbedaan antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan. Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari impor yang terjadi adalah surplus. Dengan begitu defisit nearca 1

2 transaksi berjalan dapat diatasi salah satunya dengan cara meningkatkan ekspor dan mengurangi jumlah barang impor. Pada arus perdagangan, upaya untuk menjaga daya saing ekspor dan menekan impor dapat dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar terhadap valas. Perubahan nilai tukar terhadap valas dapat dipengaruhi dari perubahan harga barang-barang ekspor dan impor. Semakin tinggi harga barang yang diekspor, semakin turun nilai tukar mata uang negara pengekspor. Sebaliknya semakin tinggi harga barang yang di impor, maka semakin tinggi nilai tukar mata uang negara pengimpor. Hal tersebut menunjukkan pengaruh yang sangat nyata antara defisit neraca transaksi berjalan terhadap fluktuasi kurs. Pada saat kondisi neraca transaksi berjalan defisit, depresiasi rupiah masih sangat terkontrol sehingga perubahannya tidak mengganggu kinerja perekonomian Indonesia. Justru sebaliknya pada saat kondisi neraca transaksi berjalan mengalami surplus, depresiasi rupiah terhadap dollar sulit untuk dikontrol (Didit dan Wahyudi, 2003). Di sisi lain infalsi merupakan gejala ekonomi yang sangat menarik untuk diperhatikan. Setiap kali ada gejolak sosial, politik, dan ekonomi didalam maupun diluar negeri, masyarakat akan selalu mengaitkannya dengan masalah inflasi. Inflasi tinggi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang diproduksi didalam negeri. Oleh karena itu, inflasi akan membuat impor berkembang lebih cepat dibandingkan

3 dengan ekspor. Disamping itu aliran modal keluar akan lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri (Nasaruddin, 2002). Tabel 1.1 Neraca Transaksi Berjalan (juta USD) dan Inflsai (%) Sumber: Laporan Bank Indonesia Kondisi neraca transaksi berjalan pada triwulan I-2010 sampai triwulan III-2011 mengalami surplus. Beda halnya dengan tahun 2012 neraca transaksi berjalan dari triwulan I sampai IV selalu mengalami defisit. Akan tetapi pada triwulan III-2012 terjadi penurunan defisit neraca transaksi berjalan sebesar USD 5,3 juta (2,4% terhadap PBD) lebih kecil dibanding devisit USD 7,7 juta (3,5% terhadap PDB) pada triwulan II- 2012. Tahun Neraca Transaksi Berjalan Menurunnya defisit transaksi berjalan ini terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja neraca perdagangan nonmigas seiring penurunan impor yang cukup dalam di tengah ekspor yang masih terus menurun. Penurunan impor juga disebabkan oleh inflasi yang kurang stabil dari tahun ke tahunnya. Selain itu, perbaikan transaksi berjalan juga didukung oleh defisit neraca jasa yang lebih rendah seiring penurunan impor, serta berkurangnya defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas) akibat impor minyak yang lebih rendah. Inflasi I II III IV I II III IV 2010 2.093 1.603 1.374 1.244 3,4 5,1 5,8 7,0 2011 2.072 473 478-944 6,65 5,44 4,94 3,79 1012-3.105-7.979-5.336-7.763 3,75 4,49 4,48 4,41

4 Tingkat suku bunga dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap inflasi, sehingga dapat dijadikan tolak ukur bagi ekspektasi inflasi (Erawati dan Liewelyn, 2008). Pemerintah seharusnya lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan suku bunga (SBI) karena hal tersebut erat hubungannya dengan naiknya tingkat inflasi, terutama dalam jangka pendek. Semakin tinggi suku bunga maka inflasi juga akan semakin tinggi. Misalnya, hal ini dapat dilihat dari kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga melalui operasi pasar terbuka, akan berdampak positif bila dilihat dari penekanan jumlah uang beredar. Disisi lain, hal ini akan menimbulkan masalah dalam sektor riil akibat dana masyarakat terserap semuanya ke perbankan. Akibatnya produksi nasional terhambat, sehingga harga-harga akan meningkat tajam dengan langkanya produk di pasaran. Motif permintaan uang transaksi dipengaruhi oleh pendapatan, apabila pendapatan masyarakat meningkat maka permintaan uang untuk kebutuhan transaksi juga meningkat. Apabila dalam teori konsumsi peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan kemampuan (daya beli) meningkat sehingga akan meningkatkan konsumsi barang dan jasa. Disimpulkan bahwa kenaikan pendapatan nasional (GDP) akan menyebabkan permintaan barang dan jasa impor meningkat, sehingga cenderung akan menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan (Santosa, 2010).

5 Tabel 1.2 Neraca Transaksi Berjalan dan Pendapatan Nasional (PDB) Tahun Neraca Transaksi Berjalan PDB I II III IV I II III IV 2010 2.093 1.603 1.374 1.244 559.683,40 574.712,80 594.250,60 585.812,00 2011 2.072 473 478-944 595.784,60 612.200,00 632.827,60 623.864,30 2012-3.105-7.979-5.336-7.763 633.243,00 651.107,20 617.780,80 662.008,20 Sumber: Laporan Bank Indonesia Transaksi berjalan mencatat kinerja positif selama 2011 dengan surplus USD 2,1 juta. Surplus transaksi berjalan tersebut lebih rendah dari surplus pada tahun sebelumnya akibat lebih tingginya pertumbuhan impor dibandingkan pertumbuhan ekspor. Tingginya impor terkait dengan kuatnya permintaan domestik berdampak pada pelebaran defisit neraca jasa dan berakibat pada transaksi berjalan triwulan IV 2011 mengalami defisit sebesar USD 0,9 juta dibanding surplus USD 0,5 juta pada triwulan sebelumnya. Sedangkan turunnya laju ekspor akibat melemahnya permintaan eksternal dan kencenderungan harga komonditas yang menurun, terutama di triwulan IV-2011. Disamping itu, peningkatan defisit neraca jasa dan defisit neraca pendapatan juga memberikan kontribusi terhadap penurunan surplus transaksi berjalan di tahun 2011. Perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2012 masih mengalami tekanan yang terlihat pada defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat dari USD5,3 juta (2,4% dari PDB) pada triwulan III-2012 menjadi USD 7,7 juta (4,1% dari PDB) pada triwulan IV-2012. Bertambahnya tekanan defisit transaksi berjalan tersebut dipicu oleh pelemahan kinerja neraca

6 perdagangan barang seiring menipisnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi meningkat seiring naiknya kebutuhan domestik menjelang puasa dan lebaran. Tekanan negatif terhadap transaksi berjalan pada triwulan ini bertambah karena meningkatnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. Proses konsolidasi ekonomi domestik yang berlangsung ditengah tren perbaikan ekonomi global telah berhasil menekan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat. Penurunan defisit transaksi berjalan ditopang oleh perbaiakan kinerja perdagangan barang baik migas maupun nonmigas. Pertumbuhan ekonomi dunia yang menguat mengakibatkan permintaan terhadap komonditas ekspor nonmigas Indonesia. Adanya permasalahan diatas mengenai hubungan antar variable yang cukup kompleks sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitia mengenai Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Defisit Neraca Transaksi Berjalan Di Indonesia Tahun 2006.I 2012.IV. B. Rumusan Masalah Analisis perdagangan internasional mengacu pada neraca pembayaran suatu negara, salah satunya adalah neraca transaksi berjalan. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi defisit neraca transaksi berjalan tahun 2006.I-2012.IV, yang terdiri dari nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan

7 tingkat pendapatan nasional (GDP). Adanya masalah diatas muncul pertannyaan bagaimana pengaruh faktor-faktor diatas terhadap defisit neraca transaksi berjalan di Indonesia tahun 2006.I 2012.IV?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh dari perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi defisit neraca transaksi berjalan di Indonesia tahun 2006.I 2012.IV. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dan menganalisis perekonomian melalui neraca transaksi berjalan dalam hal daya beli konsumen. 2. Bagi mahasiswa penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian berikutnya yang terkait dengan defisit neraca transaksi berjalan. E. Sumber Data dan Model Analisis 1. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 2006.I sampai 2012.IV. Variabel yang akan diteliti adalah defisit neraca transaksi berjalan, nilai tukar (kurs), tingka suku bunga (BI Rate),

8 tingkat inflasi, dan pendapatan nasional. Data diperoleh dari laporan periodik Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). 2. Model dan Alat Analisis Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi model koreksi kesalahan atau Error Correction Model Regression (ECM). Model ECM merupakan model yang dapat digunakan untuk mencari persamaan regresi keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek serta konsisten atau tidaknya suatu model. Formulasi model koreksi kesalahan (ECM) adalah sebagai berikut. Fungsi Jangka Panjang DNTBt* = β 0 + β 1 KURSt + β 2 Rt + β 3 Inft + β 4 GDPt + u t Keterangan DNTB KURS R Inf GDP β 0 u t β 1 β 2 β 3 β 4 = Defisit Neraca Transaksi Berjalan (Juta USD) = Nilai tukar rupiah terhadap dolar (Ribu Rp/USD) = Tingkat Suku Bunga (Persen) = Inflasi (Persen) = Tingkat Pendapatan Nasional (Juta Rp) = Konstanta = Nilai residual = Pengaruh jangka panjang Fungsi Jangka Pendek Standar ΔDNTBt = α 1 ΔKURSt + α 2 ΔRt + α 3 ΔInft + α 4 ΔGDPt λ(dntbt- 1 β 0 β 1 KURSt- 1 β 2 Rt- 1 β 3 Inft- 1 β 4 GDPt- 1 ) + Vt

9 Keterangan α 1 α 2 α 3 α 4 = pengaruh jangka pendek λ = koefisien standar adjustment ( 0<λ<1) Fungsi Estimasi Jangka Pendek ΔDNTBt = γ 0 + γ 1 ΔKURSt + γ 2 ΔRt + γ 3 ΔInft + γ 4 ΔGDPt + γ 5 ΔKURSt- 1 + γ 6 ΔRt- 1 + γ 7 ΔInft- 1 + γ 8 ΔGDPt- 1 + γ 9 ECT + εt Keterangan γ 0 = λβ 0 γ 5 = -(1-β 1 ) γ 1 = α 1 γ 6 = -(1-β 2 ) γ 2 = α 2 γ 7 = -(1-β 3 ) γ 3 = α 3 γ 8 = -(1-β 4 ) γ 4 = α 4 γ 9 = λ ETC = Rt- 1 + KURSt- 1 + Inft- 1 + GDPt- 1 DNTBt- 1 Valid atau tidaknya spesifikasi model dengan ECM dapat dilihat pada uji statistik terhadap koefisien ECT. Koefisien ECT pada persamaan estimasi jangka pendek adalah Rt- 1 + KURSt- 1 + Inft- 1 + GDPt- 1 DNTBt- 1, mensyaratkan nilai yang menunjukkan angka positif antara 0 sampai 1 (0<ECT<1). F. Sistematika Penelitian Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab sesuai permasalahannya yaitu sebagai berikut.

10 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sumber data dan model analisis, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan landasan teori tentang neraca pembayaran, neraca transaksi berjalan, nilai tukar, tingkat suku bunga (BI Rate), inflasi, pendapatan nasional (GDP), hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian sebelumnya dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini memuat tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, metode analisis data, penurunan model ECM, dan tahaptahap dari pengujian ECM. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan tentang deskripsi data penelitian, hasil analisis data dan intepretasi ekonomi. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini memuat tentang simpulan dan saran atau rekomendasi yang berkaitan dengan hasil penelitian. LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA