KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 04/PRT/M/2006 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG ATURAN PERILAKU AUDITOR INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: IJ/65/2006

ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 91 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK PEMERIKSA / AUDITOR INSPEKTORAT ACEH GUBERNUR ACEH,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 51 SERI E

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BEKASI : E SERI ... APARAT. yang. berdaya. guna, dan. Pemerint. tah (APIP) Pengawa. APlP yang. diperlukan. Kotamadya.

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

K E P U T U S A N KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN NOMOR: Stb.01/SK/ 024 /2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

2016, No atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

Mengingat. 1. Menimbang '. a. STANDAR AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA

Transkripsi:

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK AUDITOR DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab diperlukan adanya pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang berkualitas dan Auditor yang profesional ; b. bahwa dalam rangka mewujudkan adanya pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang berkualitas dan Auditor yang profesional diperlukan suatu budaya etis dalam profesi Aparat Pengawasan Intern Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dan b perlu ditetapkan Kode Etik Auditor di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional; 7. Keputusan Presiden Nomor 98/M Tahun 2005 tentang Pengangkatan Kepala Badan Pertanahan Nasional; 8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

9. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya ; 11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor Per/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; 12. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG KODE ETIK AUDITOR DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Badan Pertanahan Nasional RI adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden; (2) Kode etik auditor adalah landasan, pedoman, dan tuntunan bagi auditor Inspektorat Utama Badan Pertanahan Nasional RI dalam berpikir, bersikap, berperilaku, dan bertindak dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya; (3) Aparat Pengawasan Intern Badan Pertanahan Nasional RI adalah unit kerja yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melaukan pengawasan, dalam hal ini, Inspektorat Utama Badan Pertanahan Nasional RI; (4) Pengawasan Intern adalah proses kegiatan pemeriksaan, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan Audit lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisiensi untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik; (5) Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; (6) Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan; (7) Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (8) Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan;

(9) Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi, efiensi, dan pemeriksaan aspek efektifitas; (10) Pemeriksaan investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya; (11) Auditor adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); (12) Dewan Kehormatan Profesi adalah dewan yang dibentuk untuk mengawasi dan menegakkan pelaksanaan kode etik auditor; (13) Auditan adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh Inspektorat Utama Badan Pertanahan Nasional RI; (14) Instansi Pemerintah adalah unsur penyelenggara pemerintahan pusat atau unsur penyelenggara pemerintahan daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN KODE ETIK Pasal 2 (1) Maksud ditetapkannya kode etik Auditor BPN RI adalah tersedianya pedoman perilaku bagi Auditor dalam menjalankan profesinya dan bagi Atasan dalam mengevaluasi perilaku Auditor; (2) Tujuan Kode Etik adalah: a) Mendorong budaya etis dalam profesi auditor; b) Memastikan bahwa seorang auditor akan bertingkah laku pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS lainnya; c) Mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian pemeriksaan sehingga dapat terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan pemeriksaan. BAB III KOMPONEN KODE ETIK Pasal 3 Kode Etik APIP ini terdiri dari 2 (dua) komponen: 1. Prinsip-prinsip perilaku auditor; 2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor. Pasal 4 (1) Auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip perilaku: 1. Integritas; 2. Obyektivitas; 3. Kerahasiaan; 4. Kompetensi. (2) Auditor harus memiliki integritas, yaitu memiliki kepribadian yang dilandasi oleh profesionalitas, jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal; (3) Dalam melaksanakan tugasnya auditor harus memenuhi prinsip obyektivitas yaitu menjunjung tinggi ketidakberpihakan, profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditan. Auditor membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan;

(4) Auditor harus menjaga kerahasiaan, yaitu menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan; (5) Auditor harus memiliki kompetensi, yaitu memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Pasal 5 (1) Auditor wajib mematuhi aturan perilkau Integritas: a. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh; b. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; c. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku; (2) Auditor wajib mematuhi aturan perilaku Obyektivitas; a. mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diaudit; b. tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan; c. menolak suatu pemberian dari auditan yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan profesionalnya. (3) Auditor wajib mematuhi aturan perilaku Kerahasiaan: a. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yangf diperoleh dalam dalam audit; b. tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi/golongan diluar kepentingan organisasi atau dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (4) Auditor wajib mematuhi aturan perilaku Kompetensi: a. melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit; b. terus-menerus meningkatkan kemahiran profesi, kefektifan dan kualitas hasil pekerjaan; c. menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki. BAB IV HUBUNGAN DENGAN AUDITAN Pasal 6 (1) Setiap auditor senantiasa harus menjaga penampilannya sesuai dengan tugas pemeriksa; (2) Auditor harus menciptakan iklim kerja yang kondusif dengan pihak auditan; (3) Auditor wajib menggalang kerjasama yang sehat dengan auditor; (4) Dalam pelaksanaan tugas auditor dilarang membebani biaya kepada auditan, kecuali ditentukan lain dalam Surat Tugas; (5) Auditor dialrang menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan dan hasil audit sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (6) Auditor wajib memegang rahasia jabatan dan hal-hal yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hasil pemeriksaan; (7) Auditor dilarang meninggalkan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa alasan yang sah; (8) Auditor wajib bersikap, berperilaku dan bertutur kata sopan baik secara lisan maupun tulisan; (9) Auditor dilarang bersama-sama auditan ke tempat-tempat yang tercela.

BAB V HUBUNGAN DENGAN SESAMA AUDITOR Pasal 7 (1) Auditor dalam menjalin hubungan antar sesama auditor dilandasi sikap saling menghormati, salaing menghargai, saling membantu, dan saling mempercayai; (2) Auditor harus menjalin hubungan kerja yang baik dalam penugasan; (3) Auditor wajib bersikap, berperilaku dan bertutur kata sopan baik secara lisan maupun tulisan; (4) Sesama Auditor saling mengingatkan, membimbing, dan mengoreksi perilaku sesama auditor; (5) Sesama Auditor wajib memiliki rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan di antara sesama Auditor; (6) Auditor dilarang menginformasikan ke pihak lain yang tidak berkepentingan atas pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh auditor lainnya. BAB VI KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Pasal 8 (1) Auditor harus mentaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan, tidak menyalahgunakan wewenang dengan maksud untuk memperkaya atau menguntungkan diri sendiri, golongan atau pihak lain; (2) Auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk memperoleh keyakinan bahwa pelaksanaan tugas telah dilakukan sesuai dengan rencana, efektif, efisien, dan ekonomis, serta taat asas; (3) Auditor dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara independen dan mandiri dalam suatu tim yang merupakan kerja bersama. Sedangkan tanggung jawab terhadap hasil pelaksanaan tugas melekat pada masing-masing auditor; (4) Auditor harus menjunjung tinggi tugas auditor; (5) Auditor dilarang melakukan perbuatan/pekerjaan yang dapat merugikan citra, menurunkan kehormatan dan martabat negara, pemerintah, Badan Pertanahan Nasional RI, dan pegawai negeri sipil serta auditor; (6) Auditor dilarang melakukan kegiatan lain di luar tugas audit pada saat penugasan. BAB VII PELAKSANAAN KODE ETIK Pasal 9 (1) Kode etik auditor ini wajib dipatuhi oleh; a) Auditor; b) Pegawai Negeri Sipil/petugas yang diberi tugas oleh Inspektur Utama untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan. (2) Pengawasan atas pelaksanaan kode etik auditor dilakukan oleh Dewan Kehormatan Profesi. BAB VIII DEWAN KEHORMATAN PROFESI Pasal 10 (1) Anggota Dewan Kehormatan Profesi terdiri dari; (a) Inspektur Utama sebagai Ketua merangkap anggota; (b) Para Inspektur sebagai anggota; (c) Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian sebagai anggota; (d) Kepala Bagian Tata Usaha Inspektorat Utama sebagai sekretaris bukan anggota. (2) Dewan Kehormatan Profesi dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Sekretariat Dewan;

(3) Sekretariat Dewan paling banayak berjumlah 3 (tiga) orang; (4) Keanggotaan Dewan Kehormatan Profesi dan Sekretariat Dewan diangkat dan diberhentikan oleh Inspektur Utama Badan Pertanahan Nasional RI; (5) Dewan Kehormatan Profesi melakukan pemeriksaan terhadap: - auditor yang diduga melanggar kode etik; dan - pihak lain yang mendapat penugasan pengawasan yang diduga melanggar kode etik. (6) Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap auditor yang duduga melanggar kode etik, Dewan Kehormatan Profesi dapat dibantu oleh Auditor yang ditunjuk; (7) Prosedur dan tata kerja Dewan Kehormatan Profesi akan diatur tersendiri dengan keputusan Inspektur Utama selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah peraturan ini diterbitkan; (8) Inspektur Utam sebagai Ketua Dewan Kehormatan Profesi harus melaporkan pelanggaran Kode Etik oleh auditor kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional RI. BAB IX SANKSI DAN REHABILITASI Pasal 11 (1) Auditor yang dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran kode etik diberikan sanksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 dan atau bentuk lainnya yang terkait dengan program pengawasan; (2) Bentuk sanksi lainnya sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat berupa: (a) Tidak diberikan penugasan selama jangka waktu tertentu; (b) Usulan pemberhentian sementara dari jabatan auditor. (3) Sanksi pelanggaran kode etik auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan secara tertulis; (4) Auditor yang diduga telah melakukan pelanggaran kode etik, dapat tidak diberikan penugasan selama pemeriksaan oleh Dewan Kehormatan Profesi belum selesai; (5) Pelanggaran Kode Etik tidak dapat diberikan toleransi meskipun tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi, atau diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi. Pasal 12 (1) Rehabilitasi nama baik auditor dilaksanakan apabila auditor yang diduga melakukan pelanggaran terhadap kode etik, ternyata tidak terbukti berdasarkan Keputusan Dewan Kehormatan Profesi; (2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Inspektur Utama Badan Pertanahan Nasional RI kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional RI dan pihak lain yang mengadukan. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 (1) Kepala Badan Pertanahan Nasional RI dapat mengubah atau menyempurnakan Kode Etik Auditor ini sesuai dengan perkembangan kebutuhan, perubahan kondisi dan lingkungan. (2) Penyempurnaan dan evaluasi atas Kode Etik Auditor dilakukan secara periodik paling lama sekali dalam 5 (lima) tahun. BAB XI PENUTUP Pasal 14 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2011 KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, JOYO WINOTO, Ph.D Tembusan: 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI; 2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI; 3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI; 4. Inspektur Utama Badan Pertanahan Nasional RI; 5. Para Deputi di lingkungan Badan Pertanahan Nasional RI.