PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

dokumen-dokumen yang mirip
PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

METALURGI Available online at

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

PERANCANGAN MATERIAL CORAN BAJA LINK TRACK UNTUK BUCKET WHEEL EXCAVATOR BATUBARA

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

Karakterisasi Material Sprocket

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

METODOLOGI PENELITIAN

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Perilaku Mekanik Tembaga Fosfor C1220T-OL Pada Proses Annealing dan Normalizing

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS BAJA ASSAB 705 M YANG DIGUNAKAN PADA KOMPONEN STUD PIN WINDER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

TUGAS AKHIR MANUFAKTUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

ABSTRAK Baja paduan ( alloy steel ) adalah baja yang terdiri dari beberapa unsur paduan di antaranya Nickel, Chromium, Mangan, Molebdenum, Silicon dll

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro Baja Perkakas AISI H13 Setelah High Speed Quenching Dan High Impact Treatment (HIT) Dengan Media Quenching Oli

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

MENINGKATKAN KETANGGUHAN C-Mn STEEL BUATAN DALAM NEGERI. Jl. Soekarno-Hatta No. 180, Semarang *

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

PENGARUH HARDENING PADA BAJA JIS G 4051 GRADE S45C TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Pengaruh Heat Treatment dengan Variasi Media Quenching Air dan Oli terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Analisa Kegagalan dan Pengaruh Proses Hardening-Tempering AISI 1050 Terhadap Strukturmikro dan Kekuatan Welded Chain Bucket Elevator.

EFFECT OF HEAT TREATMENT TEMPERATURE ON THE FORMATION OF DUAL PHASE STEEL AISI 1005 HARDNESS AND FLEXURE STRENGTH CHARACTERISTICS OF MATERIALS

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

Gambar 1. Standar Friction wedge

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

PENGUJIAN IMPAK BESI COR KELABU AUSTEMPER

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340 Cahyana Suherlan NIM : 213431006 Program Studi : Teknik Mesin dan Manufaktur Konsentrasi : Teknologi Pengecoran Logam Politeknik Manufaktur Negeri Bandung Abstrak Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh double tempering terhadap perbaikan sifat mekanik material AISI 4340 dari kondisi As-Cast. Pada penelitian ini, material terlebih dahulu di normalizing pada temperatur 900 C dan 870 C, kemudian ditemper pada temperatur 650 C selanjutnya memvariasikan temperatur tempering tahap kedua. Setelah itu dilakukan pengujian yaitu uji tarik, uji kekerasan, dan uji metallografi. Analisis akan dilakukan apabila sampel percobaan telah selesai diuji. Setelah semua sampel diuji dan dianalisis, kemudian disimpulkan. Hasil pengujian menunjukan adanya peningkatan elongasi, penurunan kuat tarik, dan penurunan kekerasan pada material AISI 4340 setelah dilakukan perlakuan panas double tempering. Kata kunci: Double tempering, AISI 4340. 1. Pendahuluan Double tempering adalah proses temper yang dilakukan setelah proses temper tahap pertama selesai. Spesimen akan dipanaskan kembali pada temperatur tempering dengan waktu penahanan tertentu kemudian didinginkan di udara bebas. Double tempering ini dilakukan pada material AISI 4340 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh double tempering terhadap perbaikan sifat mekanik material AISI 4340 dari kondisi As-Cast. 2. Teori Dasar a. AISI 4340 AISI 4340 termasuk kedalam kelompok baja dengan kekuatan yang sangat tinggi ( ultrahigh strength steel ). Baja jenis ini mempunyai keuletan, ketangguhan dan kekuatan yang tinggi. Material ini biasanya digunakan untuk menahan beban impak dan kekuatan yang tinggi. AISI 4340 mempunyai arti yaitu AISI adalah standar Amerika Serikat yang merupakan singkatan dari Americal Iron and Steel Institute, sedangkan arti dari 4340 adalah dua (2) digit pertama yaitu 43 menunjukan baja paduan Nickel (Ni) 1,82 % - Chromium (Cr) 0,50% dan 0,80% Molybdenum (Mo) 0,25%, sedangkan dua (2) digit selanjutnya yaitu 40 menunjukan kandungan karbon pada material tersebut yaitu 0,4 %. Untuk komposisi dari material AISI 4340 diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1 : Standar Komposisi Material AISI 4340 b. Perlakuan Panas Normalizing Normalizing adalah perlakuan panas, dengan cara memanaskan baja pada suhu diatas Ac3 disertai pendingingan lambat. 1

Tujuan dari normalizing yaitu sebagai berikut: 1. Menghaluskan dan menyeragamkan butiran, 2. Menghilangkan struktur Widmanstaten, 3. Mengembalikan sifat logam pada kondisi normal sesuai struktur mikro yang terkandung didalamnya. Tempering Tempering pada baja merupakan suatu proses pemanasan kembali baja setelah proses pengerasan (Hardening) atau normalizing yang dipanaskan pada temperatur dibawah A 1, dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan di udara. Tujuannya untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, kemuluran dan ketangguhan yang tinggi utamanya untuk meningkatkan kemuluran (ductility) dan ketangguhan, juga meningkatkan ukuran butiran dalam matriks. Double Temper Double temper adalah proses temper yang dilakukan untuk mengulang operasi temper pada baja. Proses ini dapat dilakukan setelah proses temper tahap pertama, spesimen akan dipanaskan kembali pada temperatur tempering dengan waktu penahanan tertentu kemudian di dinginkan di udara bebas. c. Penelitian Sebelumnya 1 Tabel 2 : Hasil Pengujian Material As-Cast dan berbagai variasi Heat treatment Proses HT Kuat Tarik kgf/mm 2 Elongasi (%) Kekerasan (HRC) AC 78,62 4 25,36 NTT1 69,37 14,8 21,52 NTT2 69,42 13,4 21,46 NTT3 68,29 20 21,74 Ketetangan: AC : As-Cast NTT1 :Normalizing 900 C - tempering 650 C - tempering 250 C NTT2 :Normalizing 900 C - tempering 650 C - tempering 450 C NTT3 :Normalizing 900 C - tempering 650 C - tempering 250 C 3. Metode Penelitian Gambar 1 : diagram alir proses penyelesaian masalah 4. Data Praktikum a. Normalizing 900 C - tempering 650 C - tempering 705 C (NTT4) Hasil uji kekerasan Dari hasil uji kekerasan, didapatkan nilai rata-rata sebesar 22,075 HRC dengan rincian pengujian seperti pada grafik dibawah ini: 1 Permana,Wahyu Tian.2013.Analisis Material Link Track Bucket Wheel Excavator Tambang Batu Bara:Politeknik Manufaktur Negeri Bandung. Gambar 2 : Grafik uji kekerasan sampel NTT4 2

Mikrostruktur Mikrostruktur dari proses ini yaitu perlit bulat dan ferit seperti diperlihatkan pada gambar berikut: Mikrostruktur Perbesaran : 1000X Mikrostruktur : Perlit bulat(67,67%) + ferit(32,33%) Gambar 3 : mikrostruktur dari proses NTT4 Uji Tarik Dari hasil uji tarik diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3 : hasil uji tarik material NTT4 Data Pengujian do (mm) 12 Lo (mm) 60 L 1 (mm) 70,9 Area (mm) 113,097 Beban max (kgf) 83000 Kuat tarik (N/mm 2 ) 733,88 Kuat yield (N/mm 2 ) 503,99 Elongation (%) 18,17 b. Normalizing 870 C - tempering 650 C - tempering 705 C (NTT5) Uji kekerasan Pengujian kekerasan ini menggunakan alat uji rockwel dan didapat hasil dengan rata-rata sebesar 95,075 HRB. Hasil uji secara rinci adalah sebagai berikut: Perbesaran : 500X Mikrostruktur : perlit bulat (44,1%) + ferit (55,9%) Gambar 5 : Mikrostruktur dari material NTT5 Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa mokrostruktur dari material NTT5 adalah perlit bulat dengan persentase 44,1% dan ferit dengan persentase 55,9%. Uji Tarik Hasil uji tarik dari material NTT5 diperlihatkan pada tabel 4. Tabel 4 : Hasil uji tarik material NTT5 Data Pengujian do (mm) 12,06 Lo (mm) 60 L 1 (mm) 69 Area (mm) 114,231 Beban max (kgf) 88700 Kuat tarik (N/mm 2 ) 776,5 Kuat yield (N/mm 2 ) 543,63 Elongation (%) 15 c. Normalizing 870 C - tempering 705 C Uji Kekerasan Gambar 6 : Hasil Uji Kekerasan Gambar 4 : grafik hasil uji sampel NTT5 Dari grafik diatas, apabila diambil rata-rata dari seluruh pengujian, maka didapat nilai sebesar 97,26 HRB. 3

Mikrostruktur Berikut adalah gambar dari mikrostruktur material NT pada perbesaran 1000x dengan menggunakan etsa nital 3%. Perbesaran : 500X Mikrostruktur : bainit Gambar 9 : Mikrostruktur material NN Perbesaran : 1000X Mikrostruktur : perlit bulat + ferit Gambar 7 : Mikrostruktur material NT d. Normalizing 870 C - normalizing 870 C Uji kekerasan Uji kekerasan pada material dengan proses double normalizing ini menghasilkan nilai ratarata 39,22 HRC. Untuk rincian pengujian material ini, diperlihatkan pada gambar 8. Gambar 8 : Grafik hasil uji kekerasan material NN Mikrostruktur Mikrostruktur pada material ini adalah bainit. Hal ini didasari dari hasil uji kekerasan yang menghasilkan nilai sebesar 39,22 HRC. Nilai kekerasan tersebut masuk kedalam range bainit. Berikut diperlihatkan mikrostruktur dari material setelah proses double normalizing dengan perbesaran 500x dan dietsa menggunakan etsa natal 3%. 4. Analisa a. Uji Kekerasan Dari seluruh percobaan yang dilakukan dapat diperoleh data sebagai berikut: Nilai Proses Heat Treatment kekerasan N900 C T650 C 705 C 22,075HRC N870 C - N 870 C 39,22 HRC N 870 C T705 C 97,26 HRB N870 C - T650 C -T705 C 95,075 HRB dapat dilihat bahwa nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada sampel Normalizing 870 C - Normalizing 870 C dengan nilai kekerasan yaitu 39,22 HRC. Hal ini dapat disebabkan karena melalui proses double normalizing, butiran semakin halus. Apabila butiran semakin halus, maka kekerasan akan meningkat. Sedangkan nilai kekerasan terendah pada sampel dengan proses heat treatment normalizing 870 C - tempering 650 C - tempering 705 C dengan nilai 95,075 HRB. Selain itu juga pada umumnya terlihat bahwa setelah melalui proses tempering, kekerasan material AISI 4340 menjadi menurun. karena melalui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedangkan ketangguhan dan keuletan baja akan meningkat. b. Uji Metallografi Berdasarkan data kekerasan dari material hasil Normalizing 900 C-tempering 650 C tempering 705 C menghasilkan nilai 22,075 HRC. Rentang ini masuk kedalam rentang perlite yaitu 10HRC 30HRC. Namun dari bentuk mikrostrukturnya, ini bisa diprediksikan perlite bulat. Perlit adalah yang berwarna gelap 4

dan perit yang berwarna putih. Begitupula dengan hasil heat treatment normalizing 870 C - tempering 650 C - tempering 705 C dan hasil heat treatment normalizing 870 C - tempering 705 C. Dari nilai kekerasannya dapat diprediksikan sebagai perlit bulat + ferrite. Apabila dilihat dari hasil mikrostruktur percobaan pertama (Normalising 900 C tempering 650 C tempering 705 C ) dan percobaan ketiga (Normalising 870 C tempering 650 C tempering 705 C), dari kedua percobaan ini menghasilkan mikrostruktur yang sama yaitu perlit bulat dan ferit. Namun jika dilihat dari nilai kekerasannya, kedua percobaan ini menghasilkan nilai kekerasan yang jauh berbeda yaitu pada percobaan pertama yaitu sebesar 22,075 HRC sedangkan pada percobaan ketiga yaitu sebesar 95,075 HRB. Hal ini dapat dianalisa bahwa adanya perbedaan persentase fasa perlit bulat dan ferit pada percobaan pertama dan ketiga. Pada percobaan pertama lebih dominan perlit dibanding ferit yaitu dengan persentase 67,67% perlit dan 32,33% ferit. Sedangkan pada percobaan ketiga yaitu lebih dominan ferit dibanding perlit yaitu sebesar 55,9% ferit dan 44,1% perlit. Dari hal ini lah terjadinya perbedaan nilai kekerasan karena kekerasan fasa ferit lebih rendah dibanding kekerasan fasa perlit. Sehingga pada percobaan ketiga yang lebih banyak persentase feritnya akan cenderung lebih lunak dibanding percobaan satu yang lebih dominan perlit. c. Uji Tarik Dari hasil uji tarik diperoleh elongasi dan kuat tarik. Elongasi mengalami peningkatan setelah dilakukan proses double tempering dibanding dengan kondisi as cast. Sedangkan kuat tarik mengalami penurunan setelah dilakukan proses double tempering. Keterangan : 1. As-Cast 2. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 250 C 3. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 450 C 4. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 650 C 5. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 705 C 6. Normalizing 870 C Tempering 650 C - Tempering 705 C Setelah proses double tempering, pada proses heat treatment no. 4 menghasilkan nilai elongasi tertinggi dengan 20%. Disusul dengan proses heat treatment no. 5 dengan menghasilkan elongasi sebesar 18,1%. Sedangkan nilai elongasi terendah yaitu pada proses heat treatment no. 3 dengan elongasi 13,4%. Dengan demikian variasi temperatur tempering tahap kedua dengan 650 C merupakan yang paling baik dalam hal elongasi. Untuk heat treatment no.6 adalah variasi dari temperatur normalizing menjadi 870 C dengan proses Tempering 650 C - Tempering 705 C. Dapat dilihat apabila temperatur normalizing-nya diturunkan, terjadi penurunan nilai elongasi yang cukup jauh. Gambar 10 : grafik elongasi dari berbagai percobaan Gambar 11 : grafik kuat tarik dari berbagai variasi percobaan Keterangan : 1. As-Cast 2. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 250 C 3. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 450 C 4. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 650 C 5

5. Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 705 C 6. Normalizing 870 C Tempering 650 C - Tempering 705 C (Tahap 1) 7. Normalizing 870 C Tempering 650 C - Tempering 705 C (Tahap 2) dari www. Tehnikmesinindustri.wordpress.com. [10] http://www.sonic.net/~blade/ Info Links/About_Steel/Principle_of_He at_treating/principle_of_heat_treating.html pada 09 juli 2014 Penurunan tertinggi terdapat pada sampel nomor 4 yaitu Normalizing 900 C Tempering 650 C - Tempering 650 C padahal dalam hal elongasi sampel ini merupakan sampel yang menghasilkan nilai elongasi tertinggi. Dari hasil double tempering, yang menghasilkan kuat tarik tertinggi yaitu sampel nomor 6 yaitu Normalizing 870 C Tempering 650 C - Tempering 705 C (Tahap 1). 5. Kesimpulan dari hasil penelitian diketahui bahwa setelah dilakukan double tempering, kekerasan menurun dibanding kondisi ascast dan apabila semakin tinggi temperatur tempering tahap kedua yaitu dari temperatur 250 C sampai dengan 705 C nilai kekerasannya pun pada umumnya meningkat namun tidak signifikan, kuat tarik menurun, dan elongasi meningkat dari kondisi as-cast dengan nilai elongasi tertinggi sebesar 20%. 6. Daftar Pustaka [1] Totten, George E.(editor).Steel Heat Treatment Hand Book second edition Metallurgy and Technologies:CRC Press. [2] ASM Handbook vol.1 Properties and Selection Irons, Steels, and High- Performance Alloys. [3] ASM handbook Vol.4 heat treating. [4] ASM Handbook vol.15 Casting. [5] ASTM E-8 Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic materials. [6] ASTM E-18 Standard Test Methods forrockwell Hardness and Rockwell Superficial Hardness ofmetallic Materials. [7] ASTM A-370 Standard Test Methods and Definitions for Mechanical Testing of Steel Products [8] Haptism, Baskarra A. Tempering diakses tanggal 07 juli 2014, dari. http://www.scrib.com/tempering.html [9] Hendro. Perlakuan panas pada baja.diakses pada tanggal 04 juli 2014, 6