BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB II PEMBELAJARAN, MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI, MEDIA KOMIK STRIP, DAN METODE DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi. dengan Teks Eksposisi pada Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP

BAB II KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI. Menulis memiliki berberapa definisi. Menurut Tarigan (1994:3) Menulis

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

Sifat dan Bentuk Karangan

BAB II KAJIAN TEORI. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB II KAJIAN TEORETIS

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 KONAWE SELATAN. ANDI SUSI SURIANA PUSPITA DEWI

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH MODEL GAMBAR DAN GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEBANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Namun pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dengan baik dan benar dalam berbagai kegiatan komunikasi.

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MEDIA POSTER IKLAN BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

PEMBELAJARAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komponen keterampilan bahasa adalah menulis.

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB II KAJIAN TEORETIS Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi dalam

MARLINA BAKRI (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya Kurikulum 2013 sebagai pengembangan berbagai kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Teks Eksposisi dalam Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkai keterampilan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 2.1.1 Kompetensi Inti Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan semua komponen, termasuk komponen-komponen sistem pendidikan itu sendiri. Dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (2014:83) Kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Perpaduan antara kompetensi dan karakter dalam kurikulum diharapkan dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan mempersonalisasikan nilai-niai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar yang dikembangkan dan dinilai dalam bentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan. Priyanti (2014:9) menyatakan, bahwa kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Setiap mata pelajaran mempunyai kompetensi inti masing-masing. Begitu pula dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Terdapat empat kelom- 12

13 pok yang saling terkait dalam kompetensi inti yaitu,sikap keagamaan, sikap sosial, pengetahuan, dan penerapan pengetahuan. Sehubungan dengan hal tersebut, bahan pembelajaran memproduksi teks eksposisi sesuai dengan Kurikulum 2013 untuk siswa SMA kelas X pada KI 4 yaitu, mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. (Tim Kemendikbud 2013:6). 2.1.2 Kompetensi Dasar Mulyasa (2013:109) mengatakan bahwa, kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian kompetensi dasar merupakan gambaran umum tentang kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran berupa pengetahuan, gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dan tulisan serta memanfaatkannya dalam berbagai kemampuan. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi. Kunandar (2009:250) menyatakan bahwa, kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada setiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang harus di capai dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam satu mata pelajaran ter-

14 tentu dan dapat dijadikan acuan oleh guru dalam pembuatan indikator, pengembangan materi pokok, dan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran memproduksi teks eksposisi merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam kompetensi dasar yaitu 4.2 Memproduksi teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan (Tim Kemendikbud 2013:4). 2.1.3 Alokasi Waktu Proses pembelajaran yang baik tentunya harus memperlihatkan alokasi waktu yang ditetapkan. Alokasi waktu sangat berperan penting dalam perumusan pembelajaran, karena dapat mengefektifkan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Alokasi waktu sangat berpengaruh dalam melakukan pembelajaran. Mulyasa (2013:206) menyatakan bahwa, alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, ke dalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa alokasi waktu adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Alokasi waktu sangat berperan penting dalam proses pembelajaran. Alokasi waktu pembelajaran yang dibutuhkan untuk keterampilan menulis dengan materi memproduksi teks eksposisi adalah 2x45 menit.

15 2.2 Memproduksi Teks eksposisi 2.2.1 Pengertian Memproduksi Teks Eksposisi Menurut Tarigan (2008: 22) berpendapat bahwa, menulis yaitu menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu, Jauhari (2013:16) berpendapat bahwa, keterampilan menulis ialah keterampilan proses karena hampir semua orang yang membuat tulisan, baik karya ilmiah, nonilmiah, maupun hanya catatan pribadi, jarang melakukannya secara spontan dan langsung terjadi. Menurut Tim Depdikbud (2013:1215) menyatakan bahwa, memproduksi memepunyai arti menghasilkan atau mengeluarkan hasil, dalam dalam kegiatan pembelajaran bahasa indonesia memproduksi teks eksposisi berarti membuat atau menulis teks eksposisi. Senada dengan itu, Semi (2007:14) berpendapat, bahwa menulis merupakan suatu kegiatan memindahkan bahasa lisan ke dalam bentuk tulisan dengan meng-gunakan lambang-lambang grafem. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan memproduksi teks eksposisi merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan merupakan keterampilan proses yang menuangkan ide, gagasan, dan pikiran seseorang ke dalam bentuk tulisan. 2.2.2 Langkah-langkah Memproduksi Teks Eksposisi Kosasih (2012:1) mengungkapkan bahwa, langkah-langkah memproduksi teks eksposisi yaitu.

16 a. Menentukan gagasan utama atau topik. Gagasan utama merupakan gagasan yang menjadi pengembangan suatu karangan. Dengan demikian fungsinya sebagai pokok, patokan, atau dasar acuan suatu karangan. b. Menentukan gagasan penjelas atau ide penjelas. Gagasan penjelas merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan suatu gagasan utama. Penjelasannya itu bisa dalam bentuk uraian-uraian kecil, contohcontoh atau ilustrasi, kutipan-kutipan dan sebagainya. c. Menentukan pola pengembangan karangan eksposisi. Pola pengembangan karangan adalah cara untuk mengembangkan kalimat topik, pengembangan tersebut terlihat dari kalimat-kalimat penjelas yang akan digunakan dalam penulisan karangan eksposisi. 2.3 Teks Eksposisi 2.3.1 Pengertian Teks Eksposisi Jauhari (2013:58) mengatakan bahwa, eksposisi secara leksikal berasal dari kata bahasa inggris exsposition, yang artinya membuka. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa karangan atau teks eksposisi bertujuan untuk menerangkan, menguraikan, dan mengupas sesuatu. Banyak sekali karangan eksposisi di lingkungan sekitar yang kita ketahui. Sering sekali kita membaca cara-cara membuat kue, petunjuk menggunakan barang-barang elektronik. Itu semua merupakan teks eksposisi. Kosasih (2012:17) menyatakan bahwa, teks atau karangan eksposisi adalah karangan yang mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang sesuatu

17 sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca. Karangan eksposisi berisi fakta ilmiah/nonfiksi. Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa teks eksposisi merupakan teks atau tulisan yang menjelaskan tentang pengetahuan dan informasi yang di dalamnya terdapat fakta. 2.3.2 Jenis-jenis Teks Eksposisi 2.3.3 Struktur Teks Eksposisi Menurut Tim Kemendikbud (2013:3) menyatakana bahwa, teks eksposisi memiliki tiga bentuk yaitu pertanyaan pendapat (tesis), argumentasi, penegasan ulang pendapat. a. Tesis Marahimin (2010:193) mengatakan bahwa, tesis adalah inti sebuah eksposisi. Kadang-kadang tesis ini tidak terungkap di dalam sebuah kalimat di dalam eksposisi itu, hanya tersirat saja. Tesis ini dapat kita ungkapan dalam sebuah kalimat yang utuh, atau penggal sebuah kalimat yang utuh. Tarigan (2008:83) mengatakan bahwa, pernyataan tesis adalah kalimat sederhana deklaratif (bersifat menjelaskan). Tesis hendaknya menjelaskan maksud penulis, tetapi hal ini tidaklah selalu dinyatakan secara eksplisit bisa juga dinyatakan secara implisit saja. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat simpulkan bahwa tesis adalah gambaran tentang argumentasi yang akan disajikan oleh si penulis, namun keberadaan tesis dalam sebuah paragraf tidak selalu dinytakan secara langsung bi-asanya

18 tesisi ini dinyatakan secara tidak langsung dan hanya sekilas untuk gam-baran apa yang akan disingkap dalam teks atau uraian tersebut. b. Argumentasi Semi (2007:74) mengatakan bahwa, argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis. Kosasih (2012:19) menyatakan bahwa, pengertian argumen bermakna alasan. Argumentasi berberarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menye-tujui pendapat, sikap, atau meyakinkan. Keraf (1981:3) mengemukakan bahwa, argumentasi adalah suatu retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa argumentasi adalah suatu retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis, yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca. c. Penegasan ulang pendapat

19 Menurut situs bimbelbahasaindonesia.blogspot.co.id/2016/01/penjelasanstruktur-teks-eksposisi-dan.html (diakses pada 04 Mei 2016) penegasan ulang berupa penjelasan kembali atas tesis yang telah disampaikan yang didasarkan pada fakta-fakta yang telah dijabarkan penulis pada argumentasi. Penegasan ulang biasanya terdapat pada bagian akhir teks eksposisi. 2.3.4 Ciri-ciri Teks Eksposisi Suatu teks tentunya mempunyai ciri yang berbeda dengan teks satu dan lainnya, memberikan pengetahuan, informasi kepada pembacanya merupakan ciri dari teks eksposisi, agar penulis dapat membuat teks eksposisi dengan baik sehingga eksposisi yang dihasilkan dapat diterima pembacanya. Keraf (1981:5) berpendapat bahwa, ciri eksposisi lebih senang menggunakan gaya bahasa yang bersifat informatif. Informasi yang dapat bermanfaat bagi pembacanya. Semi (2007:62) mengatakan bahwa, ciri-ciri teks eksposisi ialah sebagai berikut. a. Tulisan itu bertujuan memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan. b. Tulisan itu bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. c. Disampaikan dengan gaya yang lugas dan menggunakan bahasa baku. d. Umumnya disajikan dengan menggunakan susunan logis. e. Disajikan dengan netral tidak memancing emosi, tidak memihakkan, memaksakan sikap penulis kepada pembaca.

20 Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa eksposisi adalah suatu tulisan yang memberikan uraian, informasi kepada pembacanya dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana pada teks eksposisi yang membuat penulis dan bagi pembacanya dapat memberikan informasi, pengetahuan mengenai suatu hal tertentu, dan tidak mem-punyai sifat ajakan atau memaksa kepada pembacanya. 2.4 Model Genre Based Writing 2.4.1 Pengertian Model Genre Based Writing Macken dalam Abidin (2015:201) mengatakan bahwa model menulis berbasis genre pada dasarnya model pembelajaran menulis yang menekankan pentingnya pemahaman sebuah teks sebagai bekal kegiatan menulis. Berdasarkan pengertian ini, pembelajaran menulis akan diawali dengan membekali siswa tentang bagaiman sebuah tulisan dengan genre terntentu dibuat secara tepat berdasarkan contoh atau model tulisan yang sudah jadi. 2.4.2 Langkah-langkah Model Genre Based Writing berikut. Tahapan model ini dimodifikasi dari model Macken et. Al. (1990) sebagai a. Pengenalan model, pada tahap ini guru memberukan beberapa contoh tulisan dalam genre tertentu yang nanti akan dibuat oleh siswa. Pada tahap ini guru juga dapat tanya jawab dengan siswa sebagai apresiasi berkenaan dengan kesan umum tema teks ataupun isi teks yang diterima siswa. b. Diskusi model, pada tahap ini siswa menganalisis teks yang diterimanya. Siswa harus mampu menunjukkan tujuan teks, bentuk teks, analisis cara pengembangan teks, dan termasuk di dalamnya struktur retorika reks dan pola tata bahasanya. c. Menulis teks, pada tahap ini siswa mulai menulis sebuah karangan berdasar-kan pengetahuannya tentang model yang telah dianalisisnya. Tema yang dikembangkan bisa saja tema yang sama dengan model yang diberikan ataupun tema baru yang ditentukan siswa sendiri. Yang terpenting tema

21 tersebut dapat dikembangkan menjadi karangan yang sama genrenya dengan model yang diberikan. d. Penyuntingan, pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya ataupun guru mengoreksi isi tulisan yang dibuatnya dan selanjutnya memperbaikinya. Hal yang disunting adalah isi dan teknis penulisan. e. Pembacaan profesional, pada tahap ini siswa membaca tulisannya secara hati-hati untuk memastikan bahwa tulisannya telah diperbaiki dan yakin tidak ada lagi kesalahan di dalamnya. 2.4.3 Kelebihan Model Genre Based Writing Apabila model Genre Based Writing dilakukan dengan baik dan benar, maka ada beberapa keuntungan yang akan didapat adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan semangat dan rasa ingin tahu pembelajar. b. Membantu pembelajar untuk mengenal lebih dalam jenis tulisan. c. Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar. d. Membuka dan mengembangkan proses berfikir kreatif. e. Memperkuat ingatan pembelajar dengan saling menyunting. f. Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah. 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relavan Hasil penelitian terdahulu yang pernah diteliti mengenai materi yang sama akan menjadi bahan pertimbangan penulis dalam menyusun penelitian. Berikut dikemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relavan. Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Zahir Jausaq Zuhrufi Pembelaja ran Menulis a. Penulis mampu melaksanakan pembelajaran Pembelajaran yang dilakukan a. Peneliti terdahulu melakukan

22 Paragraf Eksposisi dengan Mengguna kan Metode Collaborat ive Learning Pada siswa Kelas X SMA Garut Tahun Pelajaran 2013/2014 paragraf eksposisi b. Siswa mampu menulis paragraf eksposisi. c. Metode Collaborative Learning tepat digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf eksposisi tentang memproduk si eksposisi pembelajaran mengenai paragraf eksposisi, sedangkan penelitian penulis melakukan pembelajaran memproduksi teks eksposisi. b. Metode yang digunakak peneliti terdahulu adalah collaborative learnig, sedangkan penulis menggunakan model genre based writing Hasil penelitian Zahir Jausaq Zuhrufi dengan judul pembelajaran menulis Paragraf eksposisi dengan menggunkan Metode Collaborative Learning pada siswa Kelas X SMA PGRI Kurnia Garut Tahun Pelajaran 2013/2014, penulis berhasil melakukan pembelajaran menulis paragraf eksposisi, siswa mampu menulis paragraf eksposisi dan metode yang digunakan peneliti terdahulu yaitu collaborative learning tepat dalam pembelajaran menulis paragraf eksposisi. Perbedaan peneliti terdahulu dengan penulis yaitu penggunaan metode atau model pembelajaran. Oleh karna itu, atas perbedaan dan persamaan dengan peneliti terdahulu penulis membuat judul Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi dengan Me-

23 nggunakan Model Genre Based Writing Pada siswa Kelas X SMA Negeri 25 Bandung.