BAB I PENDAHULUAN. ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di berbagai negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kehidupan mulai beranjak kembali kepada obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengeradikasi bakteri gram positif dan gram negatif. Amoksisilin juga

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Obat merupakan senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kerusakan sel ataupun jaringan adalah akibat pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN. sehat. Hiperkolesterolemia dapat terjadi akibat konsumsi makanan tinggi lemak

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dihentikan sama sekali dengan upaya-upaya mencegah faktor penyebab

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

PENGARUH HERBISIDA PARAQUAT DIKLORIDA ORAL TERHADAP HATI TIKUS PUTIH

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan herbisida di Indonesia terutama di sektor pertanian akhir akhir ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan secara intensif untuk menunjang program pertanian demi mencukupi kebutuhan pangan yang terus berkembang. Sejalan dengan proses intensifikasi dan ekstensifikasi, herbisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteran rakyat jika dikelola dengan bijaksana. Kenyataan menunjukan bahwa produk pertanian mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas dengan pemakaian herbisida (Anwar, 2009). Paraquat merupakan salah satu bahan aktif herbisida jenis gramoxone yang merupakan jenis herbisida yang paling banyak digunakan. Paraquat digunakan dilebih dari 120 negara dan umumnya dijual dalam larutan 20% dengan merk gramoxone (Komisi Pestisida Indonesia, 2005). Dinegara berkembang termasuk Indonesia, paraquat sering digunakan dengan sembarangan serta tidak memperhatikan label peringatan sehingga menyebabkan angka keterpaparan yang tinggi. Di Indonesia sendiri kebanyakan dosis pestisida yang digunakan petani menggunakan takaran tutup

2 botol dari kemasan herbisida tersebut dan jarang menggunakan takaran baku (Fitria, 2011). Hanya dengan sedikit sendok teh paraquat, maka dapat menyebabkan kematian. Kematian tersebut dikarenakan kegagalan pernafasan, dan mungkin bisa dijumpai dalam beberapa hari setelah keracunan bahkan sampai beberapa bulan kemudian (Thomas, 2010). Penggunaan paraquat dengan sembarangan dapat merusak berbagai macam organ diantaranya adalah jantung, ginjal, hati, otot, limfa, kelenjar suprarenal, susunan saraf pusat dan juga dapat merusak traktus gastrointestinal (Moon, 2008). Traktus gastrointestinal merupakan tempat awal kerusakan yang ditandai dengan kerusakan permukaan mukosa usus oleh karena paraquat. Toksisitas ini bermanifestasi seperti mukosa yang edema dan membengkak dan ulserasi pada mulut, faring, esofagus,lambung dan usus yang sangat nyeri (Oliveira, 2008). Mekanisme utama yang terjadi ialah paraquat menimbulkan stress oksidatif melalui siklus reduksi oksidasi (redoks) sehingga membentuk radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan. Radikal bebas merupakan suatu kelompok bahan kimia baik berupa atom atau molekul dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas. Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis didalam tubuh. Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas yang terdiri atas

3 unsur oksigen dikenal sebagai kelompok oksigen reaktif (reaktif oxigen species), seperti anion superoksida (O 2 - ) (Moran, 2008). Telah ditemukan bukti bahwa reaksi redoks merupakan reaksi utama yang bertanggung jawab terhadap toksisitas paraquat. Kation paraquat dapat direduksi oleh NADPH - dependent mikrosomal flavoprotein reductase menjadi bentuk radikal tereduksi. Kemudian berekasi dengan molekul oksigen membentuk kation paraquat dan ion superoksida (O - 2 ). Paraquat berlanjut kedalam siklus dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi dengan elektron dan oksigen. Paraquat menyebabkan kematian sel melalui lipid peroksidase atau deplesi NADPH (Moran, 2008). Brian (1999) dalam salah satu jurnalnya menggambarkan bagaimana toksisitas paraquat juga melibatkan nitric oxide synthase (NOS). NOS adalah enzim yang memproduksi Nitric Oxide (NO) dan molekul lainya dengan mengkatalisis oksigen dan NADPH. Teori saat ini menjelaskan NO bereaksi dengan dengan O - 2 yang terbentuk dari paraquat untuk menghasilkan toksin peroxynitrit. Dan dari hasil penelitianya menunjukan bahwa NOS merupakan diaforase paraquat dan toksisitas berupa senyawa aktif redoks melibatkan penurunan aktivitas NO. Diaforase adalah suatu kelas enzim yang memindahkan elektron dari NADH atau NADPH ke molekul seperti tetrazolium, quinon, dan paraquat. Biasanya diaforase paraquat merupakan enzim oksidoreduktase yang terdiri dari flavin dan menggunakan NADH atau

4 NADPH sebagai elektron donor. Pada umumnya enzim diaforase yang dapat bereaksi redoks dengan paraquat adalah sitokrom P450 reduktase. Keracunan herbisida merupakan permasalahan kesehatan masyarakat dinegara berkembang dengan perkiraan sekitar 300.000 kematian di regio Asia Pasifik sendiri. Sebagai contoh, di Sri Lanka ada sekitar 300 400 orang yang keracunan herbisida per 100.000 populasi setiap tahun. Paraquat merupakan agen penyebab kematian utama di Sri Lanka. Keracunan paraquat tidak hanya merupakan masalah di regio Asia Pasifik. Pada tahun 1986 1990, 63% dari seluruh percobaan bunuh diri di Trinidad Tobago dikarenakan paraquat (Indika, 2011). Sedangkan di Indonesia, Data keracunan sulit didapatkan, hal ini dikarenakan banyak kasus yang tidak dilaporkan (Fitria, 2011). Dengan melihat banyaknya kelainan, kasus keracunan dan jumlah kematian yang disebabkan oleh penggunaan herbisida paraquat yang tidak memperhatikan prosedur, maka peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung tentang pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur sprague dawley?

5 2. Apakah ada pengaruh peningkatan dosis pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap derajat kerusakan esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur sprague dawley? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh peningkatan dosis pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap derajat kerusakan esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur sprague dawley. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu kedokteran patologi anatomi dan ilmu kedokteran agromedicine khususnya dibidang toksikologi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis Penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan.

6 b. Bagi penulis lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang lebih lanjut. c. Bagi masyarakat khususnya para petani Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bahaya paparan herbisida paraquat diklorida pada manusia jika dalam penggunaanya tidak memperhatikan prosedur keselamatan penggunaan. d. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang betapa bahayanya paparan herbisida, sehingga perlu digalakan program usaha kesehatan kerja yang dimaksudkan untuk mencegah, mengawasi dan mengobati resiko gangguan kesehatan akibat keracunan herbisida paraquat diklorida. E. Kerangka Teori Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi dengan molekul lain, menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz, 2003). Radikal bebas bersifat sangat reaktif. Radikal bebas akan merusak membran sel, DNA, dan protein (Bagiada, 2001).

7 Radikal bebas sendiri berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal radikal bebas diantaranya adalah mitokondria, fagosit, xantine oksidase, reaksi yang melibatkan besi dan logam transisi lainya, arachidonat pathway, peroksisom, olah raga, peradangan, serta iskhemia atau reperfusi. sedangkan untuk sumber eksternal dari radikal bebas diantaranya adalah rokok, polutan lingkungan, radiasi, obat obatan tertentu serta yang paling banyak terdapat dalam herbisida (Langseth, 1996). Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Salah satu jenis herbisida yang paling sering digunakan di seluruh negara termasuk di Indonesia adalah herbisida golongan paraquat diklorida (Komisi Pestisida Indonesia, 2005). Dinegara berkembang termasuk Indonesia, paraquat sering digunakan dengan sembarangan (tidak memperhatikan bahaya), serta tidak memperhatikan label peringatan sehingga menyebabkan angka keterpaparan yang tinggi (Thomas, 2010). Mekanisme toksisitas dari herbisida paraquat diklorida adalah paraquat menimbulkan stress oksidatif melalui siklus redoks (reduksi oksidasi) sehingga membentuk radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (Moran, 2009). Stress oksidatif adalah suatu keadaan ketika jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk meredam efek buruk radikal bebas yang dapat

8 merusak membran sel, protein, DNA dan berakibat fatal bagi keberlangsungan hidup sel atau jaringan. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang berkepanjangan maka akan terjadi penumpukan hasil kerusakan oksidatif didalam sel dan jaringan yang akan menyebabkan sel atau jaringan tersebut kehilangan fungsinya dan akhirnya mati (Bagiada, 2001). Traktus gastrointestinal merupakan tempat awal kerusakan yang ditandai dengan kerusakan permukaan mukosa usus oleh karena paraquat. Toksisitas ini bermanifestasi seperti mukosa yang edema dan membengkak dan ulserasi yang salah satu nya terjadi pada esofagus (Oliveira, 2008).

9 Sumber Internal Radikal Bebas Sumber Eksternal Mitokondria, Fagosit, Xantin Oksidase, Reaksi yang melibatkan Besi, Peroksisom, Olahraga, Peradangan, iskhemia Rokok, Polutan Lingkungan, Radiasi, Larutan industri, Ozon HERBISIDA Herbisida Paraquat Diklorida Karbon, Hidrogen dan Nitrogen Dimetabolisme oleh enzim NADPH-Cytochrome p450 reductase, Xantin oksidase, NADH & ubiquinone oxireductase, nitric oxide synthase Paraquat mono-cation radical (PO - ) dalam sel Di Reoksidasi Menjadi PQ 2+ Radikal Bebas ( Reactive Oxygen Species), Superoxide, Hidrogen peroksida dan hidroksil radikal Stress Oksidatif Hati Ginjal Kulit Traktus GI Paru Kerusakan hepatoseluler Cedera sel epitel tubulus ginjal Iritasi pada kulit Edema paru akut, asfiksia MULUT USUS GASTE ESOFAGUS Erosi epitel, Deskuamasi epitel, Ulserasi epitel Gambar 7. Kerangka Teori Penelitian

10 F. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Herbisida Paraquat Diklorida Per oral Terhadap Derajat Kerusakan Esofagus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague dawley tertera pada gambar 8 dibawah ini. Kelompok Kontrol Kelompok Satu Kelompok Dua Kelompok Tiga Kelompok Empat Paparan Herbisida Paraquat Diklorida per oral Tidak dipapar Dosis 25 mg/kg BB Dosis 50 mg/kg BB Dosis 100 mg/ kg BB Dosis 200 mg/kg BB Perubahan Gambaran Histopatologi Esofagus Tikus Putih Jantan ( Rattus novergicus) galur Sprague dawley NORMAL Deskuamasi Epitel EROSI EROSI ULKUS Gambar 8. Kerangka Konsep

11 G. Hipotesis Adapun Hipotesis dari penelitian ini adalah 1. Ada pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per oral terhadap gambaran histopatologi esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 2. Ada pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida dosis bertingkat terhadap peningkatan derajat kerusakan esofagus tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.