HENDRI YATNO

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

ANALISIS KUALITAS AIR 3

( khususnya air minum ) cukup mengambil dari sumber sumber air yang ada di

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN

UJI & ANALISIS AIR SEDERHANA

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

TARIF LINGKUP AKREDITASI


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

BAB I PENDAHULUAN. untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA


UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

KUESIONER PENELITIAN

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

KUALITAS AIR SUMUR DANGKAL BERDASARKAN SATUAN LITOLOGI DI KECAMATAN VII KOTO ILIR KABUPATEN TEBO JAMBI

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

Transkripsi:

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR BERSIH KECAMATAN PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menempuh Colloqium Doctum/Ujian Sarjana (Insinyur) Teknik Sipil Dikerjakan oleh: HENDRI YATNO 03 0404 044 BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2009 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Abstrak Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat akifitas kehidupan masyarakat kota yang sangat dinamis. Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan. Pengelolaan air bersih di Kota Perbaungan saat ini ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam. Karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang, maka penanganan air bersih saat ini masih ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam dan belum ada pemisahan penanganan pelayanan air bersih sampai saat ini. Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Kota Perbaungan berkapasitas 205 ltr/detik, direncanakan mampu memenuhi kebutuhan hingga tahun 2028. Berdasarkan kualitas air baku, dapat ditentukan unit-unit yang digunakan untuk mengolah air baku sehingga memenuhi baku mutu air bersih sesuai Kepmenkes no. 907/MENKES/SK/VII/2002. Pada proses pengolahan ini, Unit koagulasi dilakukan pembubuhan koagulan berupa alum sesuai dosis optimal yang ditentukan melalui percobaan jar test, kemudian terjadi destabilisasi partikel koloid yang ada dalam air baku akibat pengadukan yang dilakukan secara hidrolis. partikel koloid yang telah berikatan dengan alum akan bersatu membentuk flok yang lebih besar pada unit flokulasi. Flokulasi yang digunakan adalah flokulasi secara Mekanis dengan aliran Turbulen. Kemudian flok yang telah terbentuk diendapkan di bak pengendap (sedimentasi). Partikel-partikel yang belum terendapkan di bak sedimentasi akan disisihkan melalui proses filtrasi. Proses filtrasi menggunakan pasir sebagai media penyaring. Kemudian air ditampung di reservoir. Sebelum masuk ke reservoir, air yang telah diolah dibubuhi desinfektan (kaporit) untuk membunuh mikroorganisme patogen dan kapur yang akan menghilangkan sifat agresivitas pada air. Perencanaan pengolahan air bersih ini direncanakan menjadi 3(tiga) tahap yaitu tahap pertama dengan debit rencana sebesar 105 l/det yang mampu memenuhi kebutuhan air bersih hingga tahun 2014. Tahap kedua dengan debit rencana sebesar 150 l/det yang mampu memenuhikebutuhan air bersih hingga tahun 2022. Tahap ketiga dengan debit rencana sebesar 205 l/det yang mampu memenuhikebutuhan air bersih hingga tahun 2028. Secara keseluruhan hingga perencanaan tahun 2028 pengolahan ini dilengkapi dengan 1(satu)unit bak prasedimentasi, 3(tiga) unit bak koagulasi, 2(dua)unit bak flokulasi dan 4(empat) unit bak filtrasi. Masing-masing unit direncanakan secara bertahap sesuai dengan debit yang direncanakan. Pertambahan jumlah penduduk 20 tahun terakhir sebanyak 16.648 jiwa. Debit sungai ular masih dapat memenuhi hingga tahun 2008. Pengolahan yang dilakukan adalah INTAKE PENGENDAPAN FILTRASI AIR BERSIH. Dalam proses koagulasi dosis aluminium sufat/tawas ditentukan dengan menggunakan test laboratorium dengan alat Jar Test. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya hingga penulis dapat mengyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Universitas Sumatera Utara. Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dukungan material maupun spiritual sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada : 1 Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 2 Bapak Ir. Sufrizal, M.Eng, sebagai Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penulisan tugas akhir ini. 3 Bapak Ir. Nurjulisman, dosen wali saya yang juga selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 4 Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, Sebagai sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 5 Bapak/Ibu staf pengajar, serta pengawai Deperteman Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu kritik dan saran serta sumbangan pemikiran dari pembaca demi Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

kesempurnaan tugas akhir ini.penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Mei 2009 Penulis HENDRI YATNO 03 0404 044 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR..vii DAFTAR NOTASI...viii BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum.....1 I.2 Latar Belakang Masalah......3 I.3 Maksud Penulisan...... 3 I.4 Tujuan Penulisan... 4 I.5 Ruang Lingkup Pnulisan.... 4 I.6 Metadologi.... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air....... 6 2.1.1 Siklus Hidrologi.... 6 2.1.2 Sumber-Sumber Air Minum...... 8 2.1.3 Mamfaat Air Bagi Kehidupan... 10 2.2 AirMinum/Bersih....12 2.2.1 Hubungan Air Dengan Kesehatan... 12 2.2.2 Standar Kualitas Air Minum...12 2.2.3 Standar Kualitas Fis Minum......14 2.2.4 Standar Kualitas Kimia Air Minum...16 2.2.5 Standar Kualitas BakteriologiAir Minu...20 2.3 Sistem Pengolahan Air Bersih..... 24 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Gambaran Umum Kota Perbaungan...26 3.1.1 Orientasi Wilayah...26 3.1.2 Rona Fisik...26 3.1.3 Rona Sosial Kependudukan...31 3.1.4 Rona Sarana...33 3.15 Rona Prasarana...35 BAB IV PENGOLAHAN AIR BERSIH 4.1 Umum...37 4.2 Prinsip Pengolahan...38 4.2.1 Pengolahan Tahap Pertama...38 4.2.2 Pengolahan Tahap Kedua...41 4.2.3 Pengolahan Tahap Ketiga...45 4.2.4 Pengolahan Tahap Keempat...46 4.2.5 Pengukuran Parameter...46 4.2.6 Rician Unit Pengolahan Air...48 4.2.7 Bagian Penjernihan...49 4.2.8 Sistem Pencampuran bahan Kimia...50 4.3 Metode Analisa Proyeksi Penduduk...51 4.4 Metode Analisa Pertambahan Sarana dan Prasarana...52 BAB V ANALISA HASIL PERENCANAAN 5.1 Analisa Kebutuhan Air Bersih.. 53 5.1.1 Proyeksi dan Daya Tampung Penduduk... 53 5.1.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih...56 5.2 Analisa Air Baku. 57 5.2.1 Analisa Kualitas Air Baku....57 5.2.2 Analisa Kuantitas Air Baku......60 5.3 Analisa Pengolahan Air Bersih... 66 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

5.3.1 Prasedimentasi.. 66 5.3.2 Koagulasi...67 5.3.3 Flokulasi.. 75 5.3.4 Pipa Inlet Filter.....82 5.3.5 Filtrasi..82 5.3.6 Desinfeksi......87 5.3.7 Waktu Proses.. 90 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...91 6.2 Saran.92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Baku mutu kualitas air bersih... 22 Tabel 2.2. Baku mutu kualitas air minum... 23 Tabel 3.1. jenis dan luas lahan diwilayah perencanaan... 30 Tabel 3.2. Jumlah dan kepadatan penduduk dikecamatan perbaungan... 31 Tabel 3.3. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin... 32 Tabel 3.4. Banyak sarana pendidikan kota perbaungan... 33 Tabel 3.5. Banyak sarana kesehatan kota perbaungan... 34 Tabel 3.6. Banyak sarana peribadatan kota perbaungan... 35 Tabel 4.1. Karakteristik Kualitas air baku... 37 Tabel 5.1. Jumlah penduduk kota perbaungan... 54 Tabel 5.2. Jumlah proyeksi penduduk kota perbaungan... 55 Tabel 5.3. Analisa kebutuhan air bersih kota perbaungan... 57 Tabel 5.4. Karakteristik Air Baku... 58 Tabel 5.5. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2008... 61 Tabel 5.6. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2009... 62 Tabel 5.7. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2017... 63 Tabel 5.8. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2022... 64 Tabel 5.9. Proyeksi Neraca Air pada DAS Sei Ular 2028... 65 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Siklus hidrologi... 6 Gambar 3.1. Peta administrasi kota perbaungan... 28 Gambar 3.2. Peta rencana jaringan air bersih... 36 Gambar 4.1. Kecepatan pengendapan dalam air... 43 Gambar 4.2. Proses Pengolahan Air Bersih... 47 Gambar 4.3. Diagram alir proses pengolahan air bersih... 48 Gambar 4.4. Susunan unit penjerni dan arah aliran proses... 49 Gambar 5.1. Grafik perkembangan proyeksi penduduk kota perbaungan... 55 Gambar 5.2. Sistem pengolahan air bersih... 59 Gambar 5.3. Alat Jar-Test flokulasi... 72 Gambar 5.4. Luas penampang tangki flokulator... 75 Gambar 5.5. Bagia-bagian pada tangki flokulasi... 77 Gambar 5.6. Ruang sendimentasi... 80 Gambar 5.7. Daerah observasi pengendapan... 81 Gambar 5.8. Konstruksi dalam filter... 86 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

DAFTAR NOTASI Va d f g ρ P Q L A Pt Po r n Y = Kecepatan air = Diameter = Faktor gesekan = Percepatan gravitasi = Berat jenis = Koefisien pengendapan pasir = Debit aliran = Panjang saluran tangki = Luas tangki = Jumlah penduduk pada tahun t = Jumlah penduduk pada tahun awal = jumlah pertumbuhan penduduk = Jangka waktu dalam tahun = Jumlah penduduk tahun proyeksi a, b = Ketetapan koefisien regresi td G q C m M = Waktu detensi = Gradien hidrolis = Debit larutan alum = Konsentrasi larutan alum yang siap dipakai dalam bak penyimpanan = Kebutuhan aluminium sulfat = Kebutuhan alum Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Re = Bilangan Reynold R v Fr g Sd Sc Vs DPC t in t fl t f t loss = Jari-jari hidrolik = Viskositas kinetik fluida = Froude number = Konstanta gravitasi = Konsentrasi suspended koloid = Konsentrasi solid dalam lumpur = Kecepatan pengendapan yang terhalangi = Daya pengikat klur = Waktu tempuh partikel air dalam pipa inlet = Waktu tempuh partikel air dalam tangki flokulator = Waktu tempuh partikel air dalam pipa inlet filter = Waktu loses akibat hambatan aliran pada tiap peralatan yang berkontak langsung T = Waktu proses pengolahan Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat akifitas kehidupan masyarakat kota yang sangat dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut penduduk daerah perkotaan tidak dapat mengandalkan air dari sumber air langsung seperti air permukaan dan air hujan karena kedua sumber air tersebut sebagian besar telah tercemar baik secara langsung maupun tidak langsung dari aiktivitas manusia itu sendiri. Air tanah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi mempunyai keterbatasan baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu, pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kesetimbangan air tanah akan memberikan dampak lain seperti penurunan air tanah, instrusi air asin dan lain-lain. Pertumbuhan penduduk dan berbagai aktifitas manusia sering kali mamberikan dampak terhadap lingkungan, seperti pencemaran lingkungan dari suatu aktifitas manusia itu sendiri, yang mengakibatkan sumber daya alam tidak terkontrol pemakaiannya, sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh. Sekarang ini sumber daya alam banyak yang tercemar, sehingga dijadikan sebagai tolak ukur unutk penyediaan air bersih bagi kehidupan daerah perkotaan. Dengan kata lain harus dilakukan konservasi, untuk mengatur daya dukung lingkungan, agar dapat menahan dampak dari kerusakan lingkungan tersebut. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Air baku yang berasal dari sungai pada hakekatnya tidak selalu memenuhi standart kualitas air minum. Oleh karena itu yang digunakan untuk air minum harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitasnya. Secara kualitas, air yang digunakan harus memenuhi syarat fisika, kimia, dan biologi. Dari aspek kualitas, air baku yang bersumber dari air permukaan, seperti air sungai atau danau mempunyai kecenderungan untuk berubah secara cepat. Oleh karena adanya berbagai pencemar di dalam air sungai, maka pengolahan air sungai memerlukan proses pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan air tanah. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengamankan penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Departemen Kesehatan RI telah memberlakukan serangkaian standar kualitas air minum yang direkomendasikan dan wajib ditaati, yakni Peraturan WHO tahun 1988 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990. Secara umum ada 4 aspek yang digunakan dalam standar kualitas air minum, yakni : 1. Aspek fisika 2. Aspek Kimia 3. Aspek Mikrobiologi 4. Aspek Radio Aktif Untuk memperoleh kualitas air seperti yang telah ditetapkan oleh WHO maupun Departemen Kesehatan RI tersebut, maka diperlukan suatu proses pengolahan (Treatment) agar air tersebut dapat dan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Proses pengolahan itulah yang nanti akan dibahas dan dijelaskan secara detail pada BAB berikutnya dalam skripsi ini. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

1.2 LATAR BELAKANG Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut di daerah perkotaan perlu dibangun sebuah pengolahan air bersih yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perusahan Daerah Air Minum (PDAM). Di Kecamatan Perbaungan. Pengelolaan air bersih di Kota Perbaungan saat ini ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam. Karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang, maka penanganan air bersih saat ini masih ditangani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Lubuk Pakam dan belum ada pemisahan penanganan pelayanan air bersih sampai saat ini. Wilayah yang telah mendapat pelayanan air bersih saat ini baru disekitar pusat kota yaitu Kelurahan Simpang Tiga Pekan. Dalam tugas akhir ini penulis mengkhususkan mengenai pengolahan air bersih pada Instalasi Kecamatan Perbaungan untuk menyediakan air minum ataupun air bersih dimana air baku berasal dari sungai Ular. Instalasi inilah yang bertugas untuk menyediakan air bersih dan mendistribusikannya kepada masyarakat sebagai konsumen di kota Perbaungan. 1.3. MAKSUD PENULISAN Maksud penulisan perencanaan pengolahan air bersih adalah untuk melakukan suatu perencanaan di sektor air bersih yang terjadi di Kec.Perbaungan Kabupaten Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Serdang Bedagai sebagai salah satu usaha pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai menuju kepada Kabupaten Terbaik di Indonesia. 1.4. TUJUAN PENULISAN Tujuan Penulisan perencanaan pengolahan air bersih adalah untuk menyiapkan rancangan unit pengolahan air bersih untuk Kecamatan Perbaungan. Disamping itu penulisan perencanaan pengolahan air bersih juga ditujukan untuk menjadi kerangka acuan dan pegangan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sektor air bersih Kec. Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, yang dilandasi keterpaduan dan kesesuaian program agar tercapai hasil yang maksimal dan sinergis. 1.5. RUANG LINGKUP PENULISAN Ruang lingkup Penulisan perencanaan pengolahan air bersih, yaitu : 1. Membahas perencanaan dan pengolahan di sektor air bersih; 2. Membahas aspek-aspek penentu pengembangan dan pengolahan sektor air bersih; 3. Melakukan perencanaan unit pengolahan air bersih untuk Kecamatan Perbaungan. 4. Dalam pengolahan ini pengambilan air baku sudah ditetapkan berasal dari sungai Ular. Ruang lingkup penulisan perencanaan pengolahan Air Bersih di Kec. Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang dirumuskan adalah Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

1.6 METODOLOGI Pada tugas akhir ini metodologi digunakan : 1. Studi Pustaka Pengumpulan literature dari beberapa buku yang berkaitan dengan studi ini antara lain : a. Sumber-sumber air minum b. Standar kualitas air minum c. Pengolahan air minum 2. Pengambilan Data-Data yang Berhubungan dengan Studi ini a. Pengambilan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung sebelum melakukan survey ke lapangan. b. Pengambilan Data Primer Data ini diperoleh dari hasil penelitian sample air sungai ular yang akan dipakai dalam pengolahan air bersih untuk mengetahui kualitas air tersebut dilakukan penelitian dilaboratorium. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. AIR 2.1.1 SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : Gambar 2.1 Siklus Hidrologi Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Air merupakan suatu sumber yang sangat penting karena diperlukan bagi kehidupan. Air mengaliri bumi melalui suatu siklus hidrologi. Sesuai dengan namanya, siklus yang artinya suatu proses yang berulang, tidak mempunyai awal dan akhir. Siklus Hidrologi mempunyai tahapan, yakni : Evaporasi, Transpirasi, Kondensasi, Presipitasi, Run Off, Perkolasi, Air Tanah dan Air Permukaan. Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cairan menjadi uap (penguapan) yang terjadi pada permukaan bumi dan laut. Transpirasi adalah Proses penguapan air ke atmosfir oleh tumbuh-tumbuhan dan tanaman hidup. Kondensasi adalah adalah proses pembekuan atau pelembaban uap air di-awan yang mendingin menjadi butir-butir air. Presipitasi adalah adalah proses jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi sebagai hujan, embun, es atau salju. Run Off adalah adalah proses mengalirnya air di permukaan tanah. Perkolasi adalah adalah proses perembesan air kedalam lapisan tanah yang berjalan sangat perlahan secara alamiah (disebut juga infiltrasi). Air Tanah adalah adalah air yang terkumpul dan mengalir dalam lapisan tanah jenuh air secara alamiah. Air Permukaan adalah adalah air yang mengalir dan terkumpul diatas permukaan tanah sebagai sungai atau danau. Dari siklus hidrologi inilah kebutuhan kita akan air bersih secara terus-menerus dapat dipenuhi. Akan tetapi karena pendistribusiannya yang tidak teratur dan permintaan air yang terus meningkat beberapa tempat di dunia mengalami kekurangan air. Untuk Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

menjamin suplai yang cukup, kita perlu mengelola secara efisien pengambilan sumber air baku air minum yang tersedia di alam. Secara umum untuk memenuhi kebutuhan air minum, air baku biasanya diambil dari dua sumber utama yaitu air tanah dan air permukaan. 2.1.2 SUMBER-SUMBER AIR MINUM Sumber - sumber air berasal dari : 1. Air Laut Air laut adalah air yang berada di permukaan laut. Air ini tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum karena kandungan garamnya. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam ( NaCl ). Kadar garam (NaCl) dalam air laut = 3 %. Salah satu teknologi yang memungkinkan untuk dapat mengolah air laut untuk menjadi air minum adalah Desalinisation Plant. Proses yang terjadi pada Desalinisation Plant adalah penurunan tingkat salinity (keasinan) yang dikandung pada air laut dengan menggunakan proses osmosis. 2. Air Hujan Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara penampungan, air hujan dari atap rumah dialirkan ke tempat penampungan yang kemudian dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Air hujan tidak selalu dapat digunakan secara langsung, diakibatkan kandungan elektrik yang dikandung awan serta tidak terjaminya sterilisasi wadah penampungan yang terbuka. 3. Air Permukaan Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pencemaran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang batang kayu, daun-daun, limbah industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini untuk masing-masing permukaan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan ada bebarapa macam yaitu: a Air Rawa / Danau Kebanyakan dari air rawa ini berwarna, hal ini disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya: asam humus yang dalam air menyebabkan warna kuning kecoklatan. Dengan adanya pembusukan kadar zat organik tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula. Dalam keadaan kelarutan oksigen kurang sekali, maka unsur - unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan ini akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan oksigen. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu agar endapan-endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian juga dengan lumut yang ada pada permukaan rawa. b Air Sungai Air sungai adalah alternatif utama yang sampai saat ini masih digunakan sebagai sumber air yang dapat dikelola untuk masuk ke dalam proses pengolahan. Ini disebabkan kondisi morfologis sungai yang memungkinkan untuk membuat bendung dan mengarahkan air. Namun dalam penggunaannya sebagai air minum harus mengalami suatu Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umunya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. c Air Tanah (Sumur) Air tanah (sumur) dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1. Air Tanah Dalam / Sumur Artesis. Tanah dibor sedalam-dalamnya dengan kedalaman antara 10-300 meter dari permukaan tanah sampai ditemui sumber air sehingga air tersembul ke permukaan dengan menggunakan pompa. Air ini biasanya mengandung garam mineral, sehingga rasanya agak asin, bebas dari bakteri dan kuman-kuman penyakit dan airnya agak kurang enak diminum. 2. Air Tanah Dangkal. Air dangkal diperoleh dengan menggali atau pompa hingga kedalaman ± 10 meter dari permukaan tanah. Kualitas air yang didapat dari air tanah dangkal ini, lebih sering dikenal dengan sumur, juga dipengaruhi dengan kondisi tanah di sekitarnya. 2.1.3. MANFAAT AIR BAGI KEHIDUPAN Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Di dalam sel hidup, baik pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia terkandung air. Jika kandungan air tersebut berkurang maka akan mengakibatkan dehidrasi pada manusia dan untuk tumbuh-tumbuhan akan mati kekeringan. Selain itu, air juga adalah Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

faktor utama dalam penyebaran penyakit, terutama apabila air tersebut tidak diolah terlebih dahulu. Pemanfaataan air bagi manusia dan mahluk hidup lainnya: 1. Penyediaan Air Untuk Minum. Air disadap untuk pemakaian rumah tangga, perdagangan, industri dan lain-lain. Air minum yang dimaksud disini adalah air yang telah melaui proses pengolahan dan telah memenuhi persyaratan air minum. Namun untuk di Indonesia, standar kesehatan dari menteri kesehatan lebih rendah daripada yang ditetapkan oleh WHO, namun masih dalam batas toleransi yang dimungkinkan. 2. Rekreasi Air Air di danau, waduk, sungai, muara laut dipergunakan untuk olah raga atau rekreasi. 3. Pembiakan Ikan dan Satwa Liar Dalam hal ini air digunakan sebagai tempat perkermbang biakan ikan atau sebagai habitat untuk kehidupan satwa liar. 4. Penyediaan Air Untuk Industri Air digunakan untuk kegiatan industri termasuk untuk produk dan air pendingin 5. Penyediaan Air Untuk Pertanian / Irigasi. Air digunakan untuk mengairi tanaman (irigasi) dan binatang ternak. 6. Pembiakan Kerang Air sungai, muara dan perairan pantai dipergunakan untuk pembiakan dan peternakan kerang. 7. Pelayaran Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Air di jalur-jalur air dipergunakan untuk pelayaran, dan lain-lain. 2.2. AIR BERSIH/ MINUM 2.2.1 HUBUNGAN AIR DENGAN KESEHATAN Air sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali peranannya dengan kehidupan manusia. Air murni adalah air yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen (H 2 O), karena air merupakan larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut didalamnya. Disamping itu, akibat daur hidrologi maka air juga mengandung zat-zat lainnya termasuk gas. Zat tersebut sering disebut pencemar yang ada dalam air. Oleh karena air yang berasal dari sungai tersebut tercemar oleh zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan maka air tersebut diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan oleh masyarakat. Beberapa hal yang menunjukkan hubungan air dengan kesehatan adalah sebagai berikut: 1) Sebagai media dan tempat berkembang biakan serangga penular penyakit 2) Adanya mikro organisme Phatogenik di dalam air 3) Adanya mikroorganisme Non-Phatogenik di dalam air. 2.2.2. STANDART KUALITAS AIR BERSIH/MINUM Air merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan sehari-hari, seperti minum, mandi, cuci dan lain-lain. Namun apabila air tersebut bau dan kotor maka air tersebut tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Air dapat Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

menyebabkan gangguan kesehatan terhadap pemakai air tersebut, hal ini disebabkan karena: 1. Air mampu melarutkan bahan-bahan padat, mengobsorbsikan gas-gas dan bahan cair lainnya, sehingga semua air yang mengandung mineral dan zat-zat lain dalam larutan yang diperoleh dari udara, tanah dan bukit-bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan dan zat ini dalam yang konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan pemakai. 2. Air merupakan faktor utama dalam penularan penyakit infeksi bakteri-bakteri usus terntentu seperti: typus, paratypus, dysentri, dan juga kolera. Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia akan air dan dengan memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan karena pemakaian tersebut, maka ditetapkan standar kualitas air minum. Menurut peraturan menteri kesehatan R.I no.907/men/kes/sk/vii/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, dengan pertimbangan sebagai berikut: a) Bahwa air yang memenuhi standar kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan mempertinggi kesehatan masyarakat. b) Bahwa perlu adanya penyediaan atau pembagian air minum untuk umum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa adanya kaitan yang erat antara usaha dan penempatan standar kualitas air minum dengan pencegahan resiko terhadap kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian air tersebut. Di Indonesia Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

terdapat di dalam peraturan pemerintah Menteri Kesehatan R.I no.907/men/kes/sk/vii/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. 2.2.3. STANDART KUALITAS FISIK AIR BERSIH/MINUM Satuan yang paling umum digunakan untuk menetapkan konsentrasi pencemar yang terdapat dalam air adalah miligram per liter (mg/l), yang sama dengan gram permeter kubik (gr/m 3 ). Konsentrasi dapat juga dinyatakan dalam bagian per sejuta (ppm -parts per million) berdasarkan berat. Berdasarkan syarat fisik, ada lima unsur yang mempengaruhi kualitas air minum yaitu : suhu, warna, rasa, bau dan kekeruhan. Dalam hal ini kelima unsur tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat yang memakainya. 1. Suhu Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia di dalam pengelolaan terutama apabila pada temperatur tersebut sangat tinggi. Iklim setempat, ke dalam pipa-pipa saluran air dan jenis dari sumber air akan mempengaruhi secara langsung pertumbuhan migroorganisme dan virus. Pengaruh temperatur dalam kelarutan terutama tergantung pada efek panas secara keseluruhan pada larutan tersebut. Tidak semua standar air minum mencantumkan suhu sebagai suatu parameter standar kualitas air minum. Meskipun demikian suhu dapat dimasukkan sebagai salah satu persyaratan standar kualitas air. Karena itu dapat disimpulkan suhu dipergunakan untuk: - Menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkan masyarakat. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

- Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan palutan yang mungkin terdapat dalam air yang rendah mungkin. - Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air. 2. Warna Air permukaan yang berasal dari sungai seringkali berwarna kuning kecoklatcoklatan, bahkan sangat kotor dan tidak layak digunakan sebagai air minum, maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya, tanpa dilakukan untuk pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut. Intensitas warna dalam air diukur dengan satuan unit warna standar, yang dihasilkan oleh 1 mg/liter platina. Intensitas warna yang ditetapkan oleh standar internasional dari WHO maupun standar nasional dari Indonesia besarnya 5-15. 3. Bau dan Rasa Sama halnya dengan warna, bau dan rasa akan mempengaruhi dan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Bau dan rasa terjadi secara bersamasama yang disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, dan persenyawaan kimia seperti phenol, yang berasal dari berbagai sumber. 4. Kekeruhan (Turbidity) Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak pertikel bahaya yang teruspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Kekeruhan bukan merupakan sifat dari air yang membahayakan secara langsung, namun kurang memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, indusri, tempat ibadah, dan Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

lain - lain. Standar yang ditetapkan untuk kekeruhan ini adalah < 5 ppm, ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini : 2.2.4. STANDART KUALITAS KIMIA AIR BERSIH/ MINUM Dari daftar standar kualitas air bersih dapat dilihat bahwa adanya unsur-unsur yang tercantum dalam standar kualitas kimia dari air bersih. Dalam peraturan menteri kesehatan R.I. No.907/MENKES/SK/VII/2002, tercantum dalam bermacam-macam unsur standar kualitas kimia air bersih. Beberapa diantara unsur-unsur tersebut tidak dikehendaki kehadirannya dalam air minum. Oleh karena itu zat kimia yang bersifat racun dapat merusak pemipaan dan dapat menimbulkan bau dan rasa yang mengganggu estetika. Bahan-bahan tersebut seperti : nitrit, sulfide, ammonia, dan juga Co 2 agresif. Meskipun ada beberapa unsur yang bersifat racun, hal ini masih dapat ditolerir kehadirannya didalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan. Unsur-unsut tersebut adalah : Phenolik, Arsen, Selenium, Chromium, Sianida, Cadmium, timbale dan Air raksa. Adapun tinjauan secara rinci terdapat setiap unsur yang tercantum persyaratan kualitas kimia air minum dibawah ini akan memberikan gambaran yang sedikit lebih jelas tentang sifat pengaruh unsur-unsur tersebut didalam air, sumber dari unsur dan akibat yang dapat ditimbulkan apabila konsentrasi adanya unsur-unsur tersebut dalam air melebihi standar yang telah ditetapkan. 1. Derajat Keasaman (ph) ph merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan basa atau asam suatu larutan dan juga merupakan satu cara untuk menyatakan konsentrasi ion Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

H +. Dalam penyediaan air, ph merupakan suatu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktifitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi dan disinfeksi. Sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empiris ph optimum untuk setiap spesies harus ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada ph 6,0-8,0. meskipun beberapa bentuk mempunyai ph optimum rendah 2,0 (Thiobacillius thiooxidan), dan lainnya yang mempunyai ph optimum 8,5 (allcaligenes Faecalis). Untuk ph yang kurang dari 7, maka air akan bersifat asam, sedangkan ph yang lebih dari 7 bersifat basa. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal ph ini yaitu apabila ph lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa air, menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan. 2. Jumlah Zat Padat (Total Solid) Bahan padat (solid) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103 o C 105 o C. Dalam portable water reservoir, kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk terlarut (dissolved) yang terdiri dari garaman-organik, selain gas - gas yang terlarut. Kandungan total solid pada portable water biasanya dalam kisaran antara 20 1000 mg/l, dan sebagai satu pedoman, kekerasan air akan meningkat dengan meningkatnya total solid. Di samping itu, pada semua bahan cair, jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang teruspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran. Mengingat bahwa Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

dalam beberapa hal pengolahan untuk menurunkan kandungan bahan padat ini akan dilakukan, maka U.S. Public Health Service menetapkan batas standar maksimum total solid sebesar 1000 mg/l untuk air minum. Persyaratan dari Dep.Kes.R.I untuk ini adalah 1000 mg/l. Jumlah koloid yang berlebihan memberikan pengaruh rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual yang disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium sulfat. 3. Zat Organik. Adanya bahan-bahan organik dalam air erat kaitannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa, dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KMnO 4 sebagai oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat cara kerjanya. Standar kandungan bahan organik dalam air minum menurut Dep.Kes.R.I maksimum diperoleh adalah sebesar 10 mg/l. baik. WHO maupun U.S. Public Health Service tidak mencantumkan angka standar kualitas maksimum yang ditetapkan. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum. 4. CO 2 Agresi CO 2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik. Permukaan air biasanya mengandung CO 2 bebas kurang dari 10 mg/l, sedangkan pada dasar air konsentrsinya dapat lebih dari 10 mg/l Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

CO 2 agresif dapat ditentukan dengan cara grafis dan analisis. Penyimpangan terhadap standar konsentrasi maksimal CO 2 agresif dalam air akan menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam. 5. Kesadahan Total (total hardness) Kation-kation penyebab utama dari kesadahan Ca ++, Mg ++, Sr ++, Fe ++, dan Mn ++, sedangkan anion-anion yang biasa terdapat dalam air adalah HCO - 3, SO 4, Cl -, NO - 3. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan kapur. Yang dimaksud dengan kesadahan dalam air alam adalah disebabkan oleh dua kation tersebut. Ketentuan standar dari DEP.KES.R.I untuk kesadahan pada air minum adalah 500 mg/l. Pengaruh langsung terhadap kesahatan akibat penyimpangan standar ini tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif kerjanya. 6. Calcium (Ca) Calcium adalah merupakan bagian dari komponen yang menyebabkan terjadinya kesadahan. Efek ekonomis terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kesadahan yaitu timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel pemanas air, pada pipa-pipa dan menurunnya efektifitas dari kerja sabun. Selain itu Ca dalam air sangant diperlukan untuk kebutuhan akan unsur tersebut, yang khusus diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Oleh karena itu, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan akibat dari rendah atau terlalu tingginya kadar Ca dalam air, maka Dep.Kes.R.I. menetapkan standar konsentrasi Ca sebesar 75-200 mg/l. Standar yang ditetapkan WHO Internasional adalah 75-150 mg/l. Konsentrasi Ca dalam air yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Untuk selanjutnya, persyaratan kualitas yang diizinkan untuk air minum dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini: 2.2.5. STANDART KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH/ MINUM Parameter bakteriologi yang terpenting dalam air adalah kandungan koliform. Air yang memenuhi syarat untuk diminum adalah jika tidak mengandung coliform tersebut. Jika nilai BOD tinggi, keadaan seperti ini merupakan indikasi tingginya zat organik yang dapat diuraikan oleh bakteri dalam air. Biological Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikro organisme untuk menguraikan bahan-bahan organikyang ada dalam diperairan secara biologis. COD (chemical oxygen demand) juga merupakan harga yang menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan mikro organisme untuk menguraikan bahan-bahan organik. Semakin tercemarnya air harga COD dan BOD semakin tinggi. Sebaliknya, bila nilai COD dan BOD rendah maka indekasi kandungan zat organik dalam air rendah. Jadi jika pada pemeriksaan air minum tersebut tidak terdapat bakteri E.coli maka air dapat digunakan sebagai air bersih. Standar dari KepMenKes adalah tidak terdapatnya jumlah koliform tinja dan total koliform dalam 100 ml air. Dari aspek kualitas, air baku yang bersumber dari air permukaan, seperti air sungai atau danau mempunyai kecenderungan untuk berubah secara cepat. Oleh karena adanya berbagai pencemar di dalam air sungai, maka pengolahan air sungai memerlukan proses pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan air tanah. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengamankan penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Departemen Kesehatan RI telah memberlakukan serangkaian standar kualitas air minum yang direkomendasikan dan wajib ditaati, yakni Peraturan WHO tahun 1988 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990. Secara umum ada 4 aspek yang digunakan dalam standar kualitas air minum, yakni : 5. Aspek fisika 6. Aspek Kimia 7. Aspek Mikrobiologi 8. Aspek Radio Aktif Untuk lebih jelasnya standar kualitas air bersih dan air minum yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat sesuai dengan Peraturan WHO tahun 1988 dan Permenkes RI No. 416 tahun 1990 dapat dilihat pada table 1.1 berikut : Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Tabel 2.1. BAKU MUTU KUALITAS AIR BERSIH NO. URAIAN SATUAN KADAR MAKSIMUM KETERANGAN A. FISIKA 1 Bau - - Tidak berbau 2 TDS mg/l 1.5 3 Kekeruhan skala NTU 25 4 Rasa - - Tidak berasa 5 Suhu C ±3 C 6 Warna skala TCU 50 B. KIMIA B.1.KIMIAANORGANIK 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,001 2 Arsen (As) mg/l 0,05 3 Besi (Fe) mg/l 1,0 4 Fluorida (F) mg/l 1,5 5 Kadmium (Cd) mg/l 0,005 6 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 7 Klorida (Cl) mg/l 600 8 Kromium (Cr6+) mg/l 0,05 Valensi 6+ 9 Mangan (Mn) mg/l 0,1 10 Nitrat (N) mg/l 10 11 Nitrit (N) mg/l 1,0 12 ph mg/l 6,5-9,0 13 Selenium (Se) mg/l 0,01 14 Seng (Zu) mg/l 15 15 Sianida (CN) mg/l 0,1 16 Sulfat (SO4) mg/l 400 17 Timbal (Pb) mg/l 0,05 B.2. KIMIA ORGANIK 1 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,0007 2 Benzene mg/l 0,01 3 Benzo (a) pyrene mg/l 0,00001 4 Chlordane (total isomer) mg/l 0,007 5 Chloroform mg/l 0,03 6 1,4-Dichloroethane mg/l 0,00010 7 DDT mg/l 0,03 8 Detergen mg/l 0,5 9 1,2-Dichloroethane mg/l 0,01 10 1,1-Dichloroethane mg/l 0,0003 11 Heptachlor dan Heptachlor Epoxide mg/l 0,003 12 Hexachlorobenzene mg/l 0,00001 13 Gamma-HCl (Lindane) mg/l 0,004 14 Methaxychlor mg/l 0,10 15 Pentachlorophenol mg/l 0,01 16 Pesticida total mg/l 0,30 17 2,4,6-Trichlorophenol mg/l 0,01 18 Zat organik (KmnO4) mg/l 10 B.3. MIKROBIOLOGIK 1 Koliform Tinja 100 ml 30 Bukan air perpipaan 2 Total Koliform 100mL 10 Air perpipaan B.4. RADIOAKTIVITAS 1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1 2 Aktivitas Beta Bq/L 1,0 SUMBER : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 LAMPIRAN-II Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

KETERANGAN : mg = miligram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel NTU = Nephelometric Turbidity Units TCU = True Colours Units 1 G = 17,86 mg/l CaCO3 Logam berat merupakan logam terlarut Tabel 2.2. BAKU MUTU KUALITAS AIR MINUM KADAR KADAR NO. URAIAN SATUAN MAKSIMUM KETERANGAN MAKSIMUM YANG DIANJURKAN A. FISIKA 1 Bau - - - Tidak berbau 2 TDS mg/l 1 1 3 Kekeruhan skala NTU 25 5 4 Rasa - - - Tidak berasa 5 Suhu C ±3 C 3 O C 6 Warna skala TCU 15 5 B. KIMIA I. KIMIA ANORGANIK 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,001 0,001 2 Aluminium (Al) mg/l 0,2 0.2 3 Arsen (As) mg/l 0,05 0.01 4 Barium (Ba) mg/l 1,0 0.7 5 Besi (Fe) mg/l 0,3 0.3 6 Fluorida (F) mg/l 1,0 1.0 7 Kadmium (Cd) mg/l 0,005 0.003 8 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 500 9 Klorida (Cl) mg/l 250 250 10 Kromium (Cr6+) mg/l 0,05 0.05 Valensi 6+ 11 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.1 12 Natrium (Na) mg/l 200 200 13 Nitrat (N) mg/l 10 5 14 Nitrit (N) mg/l 10 3 15 Perak (ag) mg/l 0,05 0.05 16 ph mg/l 6,5-8,5 6,5-8,5 17 Selenium (Se) mg/l 0,01 0.01 18 Seng (Zu) mg/l 5,0 3 19 Sianida (CN) mg/l 0,1 0.07 20 Sulfat (SO4) mg/l 400 250 21 Sulfida (H2S) mg/l 0,05 0.05 22 Tembaga (Cu) mg/l 1,0 1 23 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0.01 II. KIMIA ORGANIK 1 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,0007-2 Benzene mg/l 0,01-3 Benzo (a) pyrene mg/l 0,00001-4 Chlordane (total isomer) mg/l 0,0003-5 Chloroform mg/l 0,03-6 2,4-Dichloroethane mg/l 0,10 - Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

7 DDT mg/l 0,03-8 Detergen mg/l 0,05-9 1,2-Dichloroethane mg/l 0,01-10 1,1-Dichloroethane mg/l 0,0003-11 Heptachlor mg/l 0,003 - Tabel 2.2.BAKU MUTU KUALITAS AIR MINUM (lanjutan) KADAR KADAR MAKSIMUM NO. URAIAN SATUAN KETERANGAN MAKSIMUM DIANJURKAN 12 Hexachlorobenzene mg/l 0,00001-13 Gamma-HCl (Lindane) mg/l 0,004-14 Methaxychlor mg/l 0,03-15 Pentachlorophenol mg/l 0,01-16 Pesticida total mg/l 0,10-17 2,4,6-Trichlorophenol mg/l 0,01 - c. MIKROBIOLOGIK - 1 Koliform Tinja 100 ml 0-2 Total Koliform 100mL 0 - d. RADIOAKTIVITAS - 1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1-2 Aktivitas Beta Bq/L 1,0 - - SUMBE R : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 LAMPIRAN-II - - KETERANGAN : mg = miligram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel NTU = Nephelometric Turbidity Units TCU = True Colours Units 1 G = 17,86 mg/l CaCO3 Logam berat merupakan logam terlarut 2.3 SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH Air baku yang berasal dari sumbernya yaitu air hujan, air dalam tanah atau air permukaan mempunyai kekeruhan yang berubah-ubah dan dapat tercemar oleh zat-zat kimia dan organisme penyebab penyakit.oleh karena itudiperlukan suatu pengolahan untuk menghilangkan kekeruhan, zat-zat kimia dan organisme tersebut sehingga mamanuhi persyaratan air minum. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Berikut adalah dua contoh skema pengolahan air: 1. CARA PERTAMA BAK AIR BAKU PENGENDAPAN Lancar Transisi Pengendap DESINFECTANT AIR MINUM Cara pertama digunakan untuk sumber air minum yang kadar kekeruhannya rendah (turbidity 50 mg/l) dan digunakan saringan pasir lambat agar penyaringan lebih terjamin. 2. CARA KEDUA AIR BAKU BAK PENGENDAPAN PENDAHULUAN KOAGULASI FLOKULASI SENDIMENTASI PENYARINGAN DESINFEKSI AIR MINUM Cara kedua digunakan untuk sumber air minum yang kadar kekeruhannya tinggi (turbidity 50 mg/l) dan memerlukan penambahan zat kimia untuk mendapatkan proses pengendapan yang lebih cepat dan lebih sempurna, sehingga umumnya digunakan saringan pasir cepat. Sistem pengolahan kedua ini dikenal dengan sistem pengolahan air minum lengkap. Unit instalasi pengolahan air baku dengan sistem ini terdiri dari: a. bak pengendapan b. penjernihan Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

c. saringan d. desinfeksi Untuk lebih rincinya akan dijelaskan di bab IV. BAB III GAMBARAN UMUM Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

3.1 Gambaran Umum Kota Perbaungan 3.1.1 Orientasi Wilayah Kota Perbaungan mempunyai luas 14,58 Km 2 (1.458 Ha) yang terdiri dari 2 desa dan 4 kelurahan dengan Ibukota Desa terletak di Kelurahan Simpang Tiga Pekan. Lihat Peta 3.1. Batas-batas wilayah perencanaan adalah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan : Kecamatan Pantai Cermin Kab. Serdang Bedagai : Desa Pematang Sijonam Kecamatan Perbaungan : Desa Melati I Kecamatan Perbaungan : Kecamatan Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 3.1.2 Rona Fisik 1 Topografi Kota Perbaungan berada disepanjang jalur Jalan Lintas Nasional. Pada umumnya Kota Perbaungan memiliki ketinggian 11 s/d 13 meter dari permukaan laut. Berdasarkan keadaan lerengnya Kota Perbaungan relatif datar dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 8 %. Dengan demikian maka seluruh wilayah perencanaan dapat dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara membuat sistem drainase perkotaan yang baik, karena daerah yang relatif datar biasanya rawan akan banjir dan genangan air. 2 Klimatologi Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Kota Perbaungan memliki iklim tropis dengan suhu 32 o C. Kelembaban udara per bulan berkisar antara 78-87%. Curah hujan bervariasi dari 30 mm sampai dengan 340 mm per bulan, dengan rata-rata 116,5 mm per bulan dengan priodik tertinggi terjadi pada bulan September-Desember. Hari hujan per bulan berkisar antara 8-26 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan September-Desember. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

Gambar 3.1 Peta Administration Kota Perbaungan Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

3 Hidrologi Secara umum keadaan hidrologi Kota Perbaungan terbagi atas tiga jenis yaitu: 1. Air Tanah Sumber air tanah yang ada, saat ini berasal dari air tanah dangkal dan dari air tanah dalam yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bersih rumah tangga. 2. Air Permukaan Air permukaan yang ada di wilayah perencanaan pada umumnya adalah berupa sungai dan kolam/rawa. Air permukaan ini tidak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan seharihari, seperti mencuci pakaian dan mandi karena kualitasnya tidak baik. Salah satu manfaat yang cukup signifikan dari keberadaan air permukaan ini adalah untuk mendukung kegiatan pertanian, terutama pertanian lahan basah (persawahan) dan perikanan air tawar/ kolam. 3. Sungai Adapun sungai yang terdapat di sekitar Kota Perbaungan hanya Sungai Ular saja dan beberapa anak-anak sungai lainnya. Sehingga air sungai yang ada didaerah tersebut juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mencuci pakaian dan mandi. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

4 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di wilayah perencanaan pada saat ini terdiri dari permukiman, persawahan, perkebunan, ladang/tegal dan lain-lainnya yang luasan masingmasing peruntukan tertera pada tabel dibawah ini. Dari data yang didapat dilihat bahwa luas penggunaan lahan yang menonjol adalah untuk kegiatan perumahan/lainnya, yaitu 547 Ha, sedangkan untuk kegiatan perkebunan besar merupakan penggunaan lahan terkecil adalah 120 Ha. Dimana penggunaan lahan di persawahan terdiri dari tanah sawah dan tanah kering seluas 656 Ha. Sedangkan untuk ladang/tegalan yaitu berkisar 135 Ha. Jadi jumlah penggunaan lahan keseluruhannya adalah sebesar 1.458 Ha yang tersebar di semua desa/kelurahan Kota Perbaungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III.1. Tabel III.1 Jenis Penggunaan dan Luas Lahan di Wilayah Perencanaan Tahun 2006 No Luas Pengunaan Lahan (Ha) Desa/ Ladang/Perkebunan Perkebunan Perumahan/ Kelurahan Sawah Jumlah Rakyat Besar Lainnya 1 Batang Terap 103-120 77 300 2 Cintaman Jernih 161 8-141 310 3 Kota Galuh 96 12-57 165 4 Melati I 117 38-68 223 5 Simpang Tiga Pekan 56 18-152 226 6 Tualang 123 59-52 234 Total 656 135 120 547 1.458 Sumber : Kecamatan Perbaungan Dalam Angka Tahun 2007 Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.

3.1.3 Rona Sosial Kependudukan 1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data kependudukan tahun 2008, penduduk Kota Perbaungan saat ini diperkirakan telah mencapai 24.831 jiwa dengan kepadatan penduduk 1703,08 Jiwa/Km 2. Sehingga dengan jumlah penduduk yang mengalami perubahan tersebut maka tingkat kepadatan yang ada di Kota Perbaungan menjadi 1703,08 jiwa/km 2. Lihat Tabel III.2. Tabel III.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Di Kota Perbaungan Tahun 2008 No Desa/Kelurahan Luas Jumlah Kepadatan (Km) 2 Penduduk (Jiwa) (Jiwa/Km 2 ) 1 Batang Terap 1,97 3.449 1750,76 2 Citaman Jernih 1,62 7.364 4545,68 3 Kota Galuh 3,00 3.367 1122,33 4 Melati I 1,17 1.511 1291,45 5 Simpang Tiga Pekan 1,78 12.680 7123,60 6 Tualang 5,04 7.872 1561,90 Jumlah 14,58 24.831 1703,08 Sumber : Profil Kecamatan Tahun 2008 Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang terbesar terdapat di Kelurahan Simpang Tiga Pekan yaitu berkisar 12.680 jiwa dengan tingkat kepadatan 7123,60 jiwa/km 2, hal tersebut dikarenakan Kelurahan Simpang Tiga Pekan merupakan Ibukota Desa yang memiliki kepadatan yang tinggi. Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di Kelurahan Melati I dengan jumlah 1.511 jiwa dan tingkat kepadatan 1291,45 jiwa/km 2. Hendri Yatno : Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan, 2010.