Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Dewi Susanti 1,2, Deni K Sunjaya 1,3, Insi Farisa Desy Arya 1,3 1 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung. 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta. 3 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung Abstrak Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat, baik selaku perokok aktif maupun perokok pasif, karena didalam rokok terdapat kurang lebih 4.000 zat kimia antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang fenomenal, artinya meskipun sudah diketahui bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tapi jumlah perokok semakin meningkat dan usia seseorang merokok semakin bertambah muda, bahkan tidak sedikit orang yang sudah berhenti merokok akhirnya kembali merokok karena rokok mempunyai sifat adiktif. Dilihat dari berbagai sudut pandang, perilaku merokok ini sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti enfisema, kanker paru, bronkhitis kronis dan penyakit paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit jantung koroner, peningkatan kolesterol darah, berat badan bayi lahir rendah (BBLR) pada ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati. Jumlah penduduk yang merokok di Kabupaten Purwakarta masih cukup tinggi meskipun telah dilakukan kampanye anti rokok, yaitu dengan dipasangnya spanduk-spanduk anti rokok dan disebar leaflet-leaflet tentang bahaya merokok oleh bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan, akan tetapi masih banyak penduduk berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok setiap hari. Menurut hasil Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010 jumlah penduduk yang merokok setiap hari sebanyak 29,5% dan penduduk yang merokok kadang-kadang sebesar 6,2%. Prevalensi penduduk yang saat ini merokok di kabupaten Purwakarta sebesar 35,8% dengan rata-rata menghisap rokok sebanyak 9 batang per hari. Angka ini lebih besar dari angka Jawa Barat dan Nasional. Persentase perokok pada laki-laki (52,0%) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase perokok pada perempuan (3,2%). Prevalensi perokok laki-laki (62,0%) lebih tinggi dari perokok perempuan (5,5%) pada perokok laki -laki rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari (9,03) jauh lebih banyak dibandingkan

dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap oleh perokok perempuan (5,00). Menurut hasil Riskesdas 2013, persentase penduduk usia lebih dari 10 tahun yang merokok setiap hari, secara nasional sudah mencapai 23,7%, Jawa Barat (26,7%) dan persentase di Kabupaten Purwakarta sebesar 29,5%, lebih besar dari angka Jawa Barat dan Nasional. Rata-rata batang rokok yang dihisap perhari per orang di Jawa Barat adalah 10,7 batang (hampir setara satu bungkus). Jumlah rata-rata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di Kabupaten Purwakarta adalah 11,6 batang perhari, lebih tingi dari angka Jawa Barat. Kata kunci : Rokok, Perilaku Merokok Pendahuluan Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat baik selaku perokok aktif maupun perokok pasif. Terdapat kurang lebih 4.000 zat kimia dalam rokok antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang fenomenal, artinya meskipun sudah diketahui bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tapi jumlah perokok semakin meningkat dan usia seseorang merokok semakin bertambah muda, bahkan tidak sedikit orang yang sudah berhenti merokok akhirnya kembali merokok karena rokok mempunyai sifat adiktif. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Dari sisi kesehatan individu yang bersangkutan, pengaruh bahan kimia yang terkandung didalam rokok akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru dan bronkhitis kronis. Hasil Riset Larson, dkk menemukan sensitivitas ketajaman penciuman dan pengecapan para perokok berkurang bila dibandingkan dengan non perokok. Dilihat dari sisi orang disekelilingnya, merokok menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif. Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah Hasil dan Pembahasan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menunjukkan bahwa 64% perokok mulai merokok sebelum usia 19 tahun. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok tercatat sebanyak 34,44%, terdiri dari merokok setiap hari (28,35%), kadang-kadang (6,09%) dan sebagian besar (84 %) menghabiskan 1 12 batang sehari. Tingginya angka mulai merokok di

usia muda adalah akibat dari sering terpaparnya anak-anak oleh kebiasaan merokok dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Ketika berusia remaja, mereka mulai meniru ataupun mencoba perilaku merokok. Pengaruh iklan rokok yang sangat gencar dan menyesatkan di media juga dapat menjadi pemicu keinginan remaja untuk merokok. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase penduduk usia lebih dari 10 tahun yang merokok setiap hari, secara nasional sudah mencapai 23,7%, Jawa Barat (26,7%) dan persentase di Purwakarta sebesar 29,5%, lebih besar dari angka Jawa Barat dan Nasional. Ironisnya pada responden dengan usia dini (remaja dini) telah mulai merokok pertama kali setiap hari pada usia 10 hingga 14 tahun artinya sebagian besar perokok remaja dini tersebut mengenal rokok dan langsung merokok setiap hari, kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan bahaya merokok sedini mungkin sejak dibangku SD. Prevalensi jumlah perokok aktif saat ini di Propinsi Jawa Barat adalah 32,6% dengan jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap adalah 8,68 batang perhari, lebih besar dari angka nasional, yaitu 12 batang perhari. Dan di Kabupaten Purwakarta prevalensi jumlah perokok aktif saat ini adalah 35,8% dengan jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap adalah 8,97 batang perhari. Persentase perokok pada laki-laki (52,0%) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase perokok pada perempuan (3,2%). Prevalensi perokok laki-laki (62,0%) lebih tinggi dari perokok perempuan (5,5%) pada perokok laki -laki rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari (9,03) jauh lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap oleh perokok perempuan (5,00). Berdasarkan tingkat pendidikan nampak jenjang pendidikan tidak menunjukkan pola yang jelas, namun persentase perokok yang paling tinggi adalah perokok dengan jenjang pendidikan SLTA. Berdasarkan tingkat pendidikan prevalensi perokok lebih tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SD sampai dengan SLTA namun jumlah batang rokok yang dihisap lebih sedikit dari responden tingkat pendidikan lainnya. Dari seluruh tingkat pendidikan responden dengan latar belakang pendidikan SLTA yang mempunyai proposi perokok tertinggi, sedangkan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap terbanyak dari responden yang tidak bersekolah. Persentase perokok yang tinggal di desa sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Persentase perokok yang tinggl di kota. Perokok yang tinggal di pedesaan mempunyai prevalensi perokok terbesar dibandingkan dengan prokok yang tinggal di perkotaan, begitu pula dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari lebih banyak dibandingkan dengan perokok di perkotaan Namun yang menjadi keprihatinan adalah pada usia remaja dini sudah mengenal kebiasaan merokok dan jumlah rata-rata batang yang dihisap perhari adalah 4 batang, suatu jumlah yang hendaknya telah menjadi pertimbangan untuk mencari solusi pemecahannya. Semakin rendah kuintil (semakin miskin rumah tangga) semakin besar proposi perokok namun semakin sedikit jumlah batang rokok yang dihisap perhari semakin tinggi kuintil (semakin kaya) semakin kecil prevalensi

perokok namun semakin besar jumlah batang rokok yang dihisap perhari. Kondisi yang terbalik dari Tingkat Pengeluaran per kapita dan jumlah batang rokok yang dihisap perhari menunjukkan adanya keterbatasan daya beli di kalangan kuintil satu, untuk itu intervensi penyuluhan bagi perokok di kalangan kuintil satu diharapkan lebih mudah. Hasil Riskesdas tahun 2010 mencatat bahwa secara nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari oleh 52,3% perokok adalah 1-10 batang dan 20 % perokok menghisap 11-20 batang per hari. Penduduk berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok setiap hari sebanyak 29,5%, perokok kadang-kadang sebesar 6,2%. Penduduk yang saat ini merokok sebesar 35,8 % dengan rata-rata menghisap rokok sebanyak 9 batang per hari. Sedangkan di Kabupaten Purwakarta masih banyak penduduk berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok setiap hari sebanyak 29,5%. Perokok kadangkadang sebesar 6,2%. Penduduk yang saat ini merokok sebesar 35,8% dengan rata-rata menghisap rokok sebanyak 9 batang per hari Informasi perilaku penggunaan tembakau dalam Riskesdas tahun 2013 dibagi menjadi dua kelompok yaitu perilaku merokok dengan hisap dan perilaku penggunaan tembakau dengan mengunyah, karena efek samping yang ditimbulkan akibat merokok dengan hisap dan dengan metode kunyah berbeda. Perokok hisap menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya, sedangkan kunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya sendiri. Persentase penduduk usia lebih dari 10 tahun yang merokok setiap hari, secara nasional sudah mencapai 23,7%, Jawa Barat (26,7%) dan persentase di Kabupaten Purwakarta sebesar 29,5%, lebih besar dari angka Jawa Barat dan Nasional. Rata-rata batang rokok yang dihisap perhari per orang di Jawa Barat adalah 10,7 batang (hampir setara satu bungkus). Jumlah rata-rata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di Kabupaten Purwakarta adalah 11,6 batang perhari, lebih tingi dari angka Jawa Barat. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa sulitnya merubah perilaku merokok seseorang dipengaruhi oleh self efficacy. Apabila seseorang memiliki self efficacy yang tinggi, maka akan menolak untuk merokok dan apabila seseorang self efficacy nya rendah akan lebih tertarik untuk merokok. Demikian juga dengan perilaku seseorang yang kembali merokok setelah sebelumnya mencoba untuk berhenti merokok, faktor yang menyebabkan seseorang kembali merokok adalah rendahnya kepercayaan diri (self efficacy). Studi yang dilakukan oleh Marlatt dan Gordon (1980) menunjukan bahwa seseorang yang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi dalam usaha untuk berhenti merokok, kemungkinan kambuhnya akan lebih kecil dibandingkan seseorang dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah. Individu memiliki kecenderungan untuk menganggap kegagalan itu sebagai kegagalan pribadi dimana mereka mungkin akan berpikir bahwa mereka tidak yakin dan tidak mampu untuk berhenti merokok. Banyak perokok yang ingin berhenti merokok hanya dengan mengandalkan motivasi diri sendiri dan lingkungan serta berbagai metode

alternatif, ternyata gagal dan kembali merokok. Sulitnya berhenti merokok ini ditunjukkan oleh sebuah survei berskala internasional yang dilakukan Pfizer Inc. yaitu studi SUPPORT ( Smoking Understanding People s Perceptions, Opinions and Reactions to Tobacco) pada tahun 2006. Hasil survei ini memperlihatkan bahwa 56% responden yang sedang dalam proses berhenti merokok berpendapat bahwa berhenti merokok adalah hal tersulit yang pernah dilakukan. Kebanyakan perokok percaya bahwa keberhasilan dalam upaya berhenti merokok terutama terletak pada kuatnya keinginan dari diri perokok itu sendiri. Hasil survei membuktikan bahwa keinginan kuat saja tidak cukup untuk berhenti merokok. Lebih dari setengah responden pernah mencoba untuk berhenti merokok setidaknya tiga kali dan 80% di antara yang gagal tersebut hanya mengandalkan keinginan yang kuat saja Simpulan dan Saran Persentase perokok di Kabupaten Purwakarta menurut hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2010 dan Riskesdas 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan persentase perokok Jawa Barat dan Nasional. Penduduk berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok, sebagian besar merokok setiap hari pertama kali pada usia 15 19 tahun. Namun yang perlu menjadi perhatian adanya anak usia dini (10-14 tahun) yang sudah mulai merokok. Ironisnya pada responden dengan usia dini (remaja dini) telah mulai merokok pertama kali setiap hari pada usia 10 hingga 14 tahun artinya sebagian besar perokok remaja dini tersebut mengenal rokok dan langsung merokok setiap hari, kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan bahaya merokok sedini mungkin sejak mereka dibangku SD. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah daerahnya terutama pihak Dinas Kesehatan, agar dapat mengupayakan suatu tindakan untuk menurunkan jumlah perokok di kabupaten Purwakarta.