BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan dengan 4 item jawaban. Berikan tanda (X ) pada salah satu jawaban yang paling benar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah kotamadya Salatiga. Lokasi puskesmas Sidorejo

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN. ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

ALI SADIKIN NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS BUMI EMAS KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER II TENTANG FE DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe DI DESA MOJOKARANG KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah gizi yang hingga saat ini belum dapat teratasi adalah anemia (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). Dinegara berkembang, prevalensi anemia cukup tinggi, di India sekitar 88% ibu hamil menderita anemia dan pada wilayah Asia lainnya ditemukan hampir 60% ibu hamil dengan anemia (Gibney, et.all, 2009). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil terjadi penurunan secara tajam selama 15 tahun terakhir. Prevalensi anemia sebesar 70% pada tahun 1986, turun menjadi 63,5% pada tahun 1992, 50,9% tahun 1995 dan 40,1% pada tahun 2001 (Baliwati, dkk, 2006). Anemia pada kehamilan bukannya tanpa resiko. Pada dasarnya ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum dan selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinnya (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). Penelitian Chi, dkk tahun 1981 pada dua belas rumah sakit pendidikan di Indonesia didapatkan angka kematian ibu 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia (Prawirohardjo, 2002).

Oleh karenanya perlu dilakukan upaya untuk menurunkan prevalensi anemia gizi besi pada kehamilan. Departemen Kesehatan pada tanggal 1 Maret 2007 telah meluncurkan Kampanye Indonesia Bebas Anemia dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2008 (Medicastore, 2007). Pemberian zat besi secara oral merupakan salah satu pendekatan untuk pencegahan dan pengendalian anemia defisiensi zat besi (Paath, 2005). Tablet zat besi pertama sekali diperkenalkan oleh Blaud pada tahun 1832 yang kemudian disebut pil Blaud (DeMaeyer, 1998). Lebih lanjut Paath (2005) menjelaskan bahwa tablet besi disarankan diberikan perhari untuk semua wanita hamil tanpa memandang status besi oleh karena manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil dan kesulitan biaya untuk menetapkan diagnosa defisiensi besi selama kehamilan. Suplementasi harus diberikan pada trimester ke 2 dan 3, saat efisiensi absorbsi meningkat dan risiko terjadinya mual muntah berkurang. Di Indonesia, Departemen Kesehatan menyarankan pemberian tablet besi pada semua wanita hamil sekitar 60 mg perhari selama 90 hari. Gibney, et.all (2009) memastikan bahwa distribusi suplemen zat besi dalam jumlah yang adekuat dan kepatuhan ibu hamil terhadap program pengobatan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut. Namun, hingga sekarang cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet besi masih rendah. Menurut Shanty (2008), SKRT tahun 1999 melaporkan bahwa cakupan distribusi tablet besi hanya 27% dan kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi sebesar 23%.

Penelitian Artika (2004) di Desa Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang didapatkan bahwa sebanyak 9 orang ibu hamil (30,0%) tidak patuh dalam meminum tablet zat besi. Penelitian lainnya yang dilakukan Widarsa, dkk (2007) di wilayah Puskesmas Abiansemal Bandung, disimpulkan bahwa lebih dari 34% ibu hamil mengalami anemia. Pemberian suplemen besi per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka anemia, tetapi 9% dari mereka masih menderita anemia. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Gillispi (1998) bahwa kadar hemoglobin akan meningkat 1 gram/ dl jika dalam waktu 1-2 bulan ibu hamil mengonsumsi pil besi 60 mg. Data cakupan distribusi tablet Fe1 di Indonesia (yaitu yang mendapatkan 30 tablet atau 1 bungkus pada kunjungan pertama atau mulai minggu ke 20) pada tahun 2002 adalah 64,62% dan dan Fe3 (yaitu yang mendapatkan 90 tablet atau 3 bungkus sampai trimester III) sebesar 54,92%. Cakupan Fe1 pada tahun 2003 adalah 69,14% dan 59,62% untuk Fe3 (Depkes RI, 2003). Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2006, distribusi cakupan pemberian tablet Fe1 adalah 69,38% dan 57,19% untuk Fe3 dengan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 200/100.000 kelahiran hidup. Cakupan terendah berada pada Kabupaten Aceh Besar yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3 dengan AKI 127/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi NAD, 2007). Di Kabupaten Aceh Besar cakupan terendah pada Kecamatan Lembah Seulawah sebesar 0,56% untuk Fe1 dan Kecamatan Lhoong, Leupung dan Lembah Seulawah sebesar 0% untuk Fe3 (Dinkes Kabupaten Aceh Besar, 2008).

Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan kurangnya pemeriksaan kadar Hb secara rutin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya kerja, peran petugas. Faktor obat yaitu pengobatan yang sulit dilaksanakan, tidak menunjukkan kearah penyembuhan, waktu yang lama dan efek samping obat. Faktor penderita seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan dukungan keluarga (Anonim, 2008). Sedangkan secara khusus, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet Fe yaitu pengetahuan ibu hamil, pendidikan dan kunjungan ante natal care. Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam setiap kunjungan ante natal care, petugas kesehatan harus mengenal kehamilan risiko tinggi khususnya anemia kurang gizi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil (Anonim, 2002). Petugas kesehatan atau lebih khususnya dokter mempunyai peranan penting dalam proses pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien (Sarwono, 2007). Petugas kesehatan menurut Potter dan Perry (2007) terdiri dari empat kelompok

profesi yaitu bidan, perawat, dokter dan profesi kesehatan lain seperti ahli gizi, dan lain sebagainya. Salah satu petugas kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan anemia pada ibu hamil adalah bidan. Bidan menurut IBI (2005) dapat berperan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, pengelola institusi pelayanan kesehatan, pendidik dalam asuhan kebidanan dengan memberikan pendidikan kesehatan dan konseling serta peneliti. Menurut Simatupang (2008), sebagai pelaksana pelayanan kebidanan bidan dapat berperan sebagai provider dan konselor dan menurut Herawati (2006) petugas kesehatan dapat berperan sebagai komunikator, motivator, fasilitator dan konsultan. Muninjaya (2004) juga menjelaskan bahwa petugas kesehatan harus menyadari peranannya sebagai customer yaitu staf yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan pelayanan medis dan kesehatan kepada masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan. Menurut IBI (2005), dalam pengelolaan anemia kehamilan, bidan harus memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil dan pada setiap kunjungan antenatal, memberikan penyuluhan tentang gizi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C dan menanyakan apakah ibu hamil meminum tablet Fe sesuai dengan ketentuan. Kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan dalam peningkatan kepatuhan konsumsi tablet Fe masih belum baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Noviyanti (2004) di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh bahwa dari 68 orang ibu hamil, 6 orang (8,8%) menyatakan peran petugas masih kurang baik dan 4 orang (4,5%) diantaranya tidak mengonsumsi tablet

Fe. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Susanti (2002) di Pekalongan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor pelayanan petugas (seperti pemeriksaan kasus anemia, konseling dan pemberian tablet Fe) dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan masalah rendahnya peran petugas dalam pelayanan kesehatan, misalnya pasien jarang sekali diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau perasaannya. Seringkali petugas memberikan terlalu banyak informasi dan berbicara dengan gaya paternalistik dan merendahkan pasien, terutama jika pasien berasal dari sosial ekonomi yang rendah (Sarwono, 2007). Masalah lainnya adalah ketidakpuasan pasien dalam proses konseling. Sebagai konselor, petugas kesehatan harus mau mendengarkan perasaan dan pandangan pasien dan memberikan anjuran dan saran yang realistis, sehingga saran itu lebih mungkin dilaksanakan oleh pasien, kenyataannya 40-50% pasien tidak sepenuhnya mematuhi instruksi petugas kesehatan, misalnya tidak meminum obat sesuai dengan dosisnya atau malah menggunakan obat lain disamping obat yang diberikan oleh petugas. Padahal kepatuhan pasien kepada dokternya adalah kepuasan terhadap hasil dari proses konsultasi dan konseling (Sarwono, 2007). Berdasarkan paparan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

1.2. Permasalahan Cakupan distribusi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar masih sangat rendah bahkan yang terendah dibandingkan dengan kabupaten lain di NAD, yaitu 12,40% untuk Fe1 dan 10,56% untuk Fe3. Tidak tercapainya target distribusi tablet Fe di kabupaten tersebut dapat meningkatkan prevalensi anemia. Namun data anemia pada ibu hamil belum ada pelaporan yang jelas, apalagi data tentang kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe. Salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan dalam konsumsi tablet Fe dan rendahnya pemeriksaan kadar Hb secara rutin. Berdasarkan permasalahan diatas, perumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009.

1.4. Hipotesis Ada pengaruh peran petugas kesehatan (customer, komunikator, motivator, fasilitator, konselor) terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi Bidang Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar agar dapat meningkatkan pendistribusian tablet Fe kepada puskesmas dan posyandu dan dapat melakukan supervisi kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam kegiatan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe. 2. Sebagai bahan informasi bagi Kabupaten Aceh Besar tentang kegiatan petugas kesehatan dalam monitoring kepatuhan konsumsi tablet Fe serta pengaruhnya terhadap cakupan konsumsi tablet Fe dan prevalensi anemia. 3. Sebagai bahan masukan bagi organisasi kesehatan untuk meningkatkan peran petugas dalam kegiatan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe. 4. Sebagai informasi bagi institusi pendidikan kesehatan tentang perilaku masyarakat khususnya ibu hamil dalam mentaati program pengobatan serta upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.