GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR M.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK A STUDY OF ANTIHYPERTENSIVE DRUGS IN DIABETIC TYPE 2 IN THE INPATIENT BLU RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO PERIOD JANUARY-DECEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,


BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

Transkripsi:

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR M.M DUNDA LIMBOTO Lispan H. Talib 1, Widysusanti Abdulkadir 2, Madania 3*) 1)Mahasiswa, 2)Dosen Pembimbing 1, 3)Dosen Pembimbing 2 *) Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email : lispan_farmasi2011@mahasiswa.ung.ac.id ABSTRAK Hipertensi pada pasien diabetes melitus dapat meningkatkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Tekanan darah terkontrol sesuai target terapi dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan stroke) diantara penyandang diabetes sebesar 33-50% dan risiko komplikasi mikrovaskuler sebesar 33%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi komplikasi diabetes mellitus di Instalasi rawat inap RSUD Dr M.M Dunda Limboto. Penelitiaan ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data sekunder diambil dari rekam medik. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dimana mencakup teknik sampling kuota. Data dianalisis secara univariat (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori usia pasien hipertensi komplikasi diabetes melitus terbanyak yaitu pada rentang antara 45 sampai 64 tahun (65%). Jenis obat yang paling banyak digunakan untuk terapi tunggal yaitu captopril sebanyak 21 (70%). Karena captopril selain menurunkan tekanan darah juga dapat mengurangi c-reactive protein (CRP). Kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu captopril (ACEI) dan amlodipin (CCB) dengan jumlah 12 (75%). Karena kombinasi kedua obat tersebut menjadi agen terapi yang berguna untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kadar asam urat. Kata Kunci : Hipertensi, Diabetes Melitus, Antihipertensi *) Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si., Apt, Madania, S.Farm., M.Sc., Apt

PENDAHULUAN Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju (WHO, 2003). Diabetes melitus (DM) ter masuk salah satu penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan seksama (PERKENI, 2011). WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 serta paling banyak terjadi pada masyarakat urban dengan gaya hidup yang tidak sehat. Indonesia berada diperingkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Hans, 2008). DM tipe 2 merupakan prediktor kuat penyakit serebrovaskular dan faktor risiko independen dari stroke iskemik, serta meningkatkan risiko gangguan vaskular lebih lanjut setelah stroke. Proses aterosklerosis juga dipercepat oleh hiperkolesterolemia dan beban terhadap dinding pembuluh darah akibat hipertensi (Mardjono dan Sidharta, 2009). Asam urat serum yang merupakan salah satu faktor risiko stroke, ternyata juga memegang peranan pada terjadinya morbiditas kardiovaskuler, pada pasien hipertensi, DM tipe 2, sindrom metabolik, serta penyakit jantung dan vaskuler (Hayden dan Tyagi, 2004). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, sebaran penderita DM di Indonesia melebihi 1,5% penduduk terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2007). Sekitar 90% kasus DM termasuk dalam jenis DM tipe 2 ( Dipiro, 2009). Lebih dari 50% penderita DM tipe 2 mengalami hipertensi (Sweetman, 2009). Komplikasi diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler mencakup coronary artery disease, stroke, dan peripheral arterial desease, sedangkan penyakit yang masuk dalam komplikasi mikrovaskuler adalah retinopati, nefropati dan neuropati (Hsueh dan Wyne, 2011). Karena terapi pengobatan yang diterima pasien hipertensi dengan diabetes melitus sangat kompleks, maka diperlukan upaya pengelolaan antihipertensi pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus secara tepat sebagai suatu langkah untuk penanganan yang strategis dan sangat penting, dengan harapan upaya tersebut dapat menunda perkembangan terjadinya komplikasi maupun menghambat progresifitas komplikasi yang terjadi (Permana, 2008). Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi komplikasi diabetes melitus di instalasi rawat inap RSUD Dr M.M Dunda Limboto.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.M Dunda Limboto, selama bulan Juni 2015. Metode penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif bersifat retrospektif dengan pendekatan study cross sectional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan secara objektif dan dilakukan dengan cara pendekatan observasi ( Notoatmojo, 2010). Sumber data penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.M Dunda Limboto periode Januari Desember 2014. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dari rekam medik pasien yang memenuhi kriterian inklusi yaitu pasien yang terdiagnosa hipertensi komplikasi diabetes melitus yang menerima pengobatan antihipertensi periode Januari Desember 2014 serta data rekam medik yang jelas terbaca. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu pasien hipertensi tanpa komplikasi diabetes melitus yang menerima pengobatan antihipertensi dan data rekam medik yang tidak lengkap. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dimana analisis ini digunakan untuk menghitung frekuensi dan persentase dari variabel mandiri, data yang dihitung yaitu jenis obat dan kombinasi obat yang banyak digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan terhadap 46 rekam medik pasien. Ditinjau dari jenis kelamin terlihat bahwa pasien perempuan lebih banyak dengan jumlah 27 pasien (59%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 19 pasien (41 %). Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak menderita DM komplikasi hipertensi dibanding laki-laki. Dan juga sejalan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk (2011) tentang pola pengobatan pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Raden Mattaher Jambi mengatakan pasien dengan jenis kelamin perempuan yang paling banyak mengalami penyakit hipertensi komplikasi diabetes melitus. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Profil Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah n % Laki-laki Perempuan 19 27 41% 59% Total 46 100% Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Tabel Umur 25-44 tahun 45-64 tahun 65 tahun 4.2. Distribusi Frekuensi Profil Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Jumlah n % 5 11% 30 65% 11 24% Total 46 100% Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Untuk kelompok umur yang paling banyak mengalami penyakit hipertensi komplikasi diabetes melitus yaitu kelompok usia 45-64

tahun dengan jumlah 30 pasien (65%), diikuti oleh kelompok umur 65 tahun sebesar 11 pasien (24%) dan kelompok umur 25-44 tahun sebesar 5 pasien ( 11%) dapat dilihat pada (gambar 4.2). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansa, dkk (2010) bahwa persentase pasien hipertensi komplikasi diabetes melitus terbanyak pada kelompok usia 45-64 tahun. Pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin. Pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun seperti terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin yang menyebabkan kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi menjadi kurang optimal (Gusti dan Erna, 2014). Tabel 4.3. Golongan Obat Antihipertensi pada Kelompok Terapi Tunggal No. 1. 2. Jenis Obat Antihipertensi Captopril Amlodipin Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Golongan Obat Antihipertensi ACE-Inhibitor Calcium Canal Blocker Jumlah n % 21 9 70% 30% Total 30 100% Tabel 4.4. Golongan Obat Antihipertensi pada Kelompok Terapi Kombinasi No. Jenis Obat Antihipertensi Golongan Obat Antihipertensi 1. 2. 3. 4. Captopril Amlodipin Captopril HCT Amlodipin HCT Captopril Amlodipin HCT ACEI CCB ACEI Diuretik CCB Diuretik ACEI CCB Diuretik Jumlah n % 12 1 2 1 75% 6% 13% 6% Total 16 100% Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015 Hasil penelitian penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi komplikasi diabetes melitus menunjukkan bahwa sebanyak 30 pasien ( 65,22%) menerima terapi tunggal dan 16 pasien (34,78%) menerima terapi kombinasi. Pada kelompok terapi tunggal menunjukkan bahwa golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan untuk terapi hipertensi komplikasi diabetes melitus yaitu captopril golongan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I) sebanyak 21 pasien (70%), dan amlodipin golongan calsium chanell blocker (CCB) sebanyak 9 pasien (30%). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ema Rachmawaty (2010) yang dilakukan

di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang menunjukkan bahwa antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah captopril yang merupakan antihipertensi golongan ACE-I. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isam Mahmood ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi komplikasi diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan peningkatan c-reactive protein (CRP). Dimana peningkatan CRP ini berhubungan dengan resistensi insulin pada keturunan penderita diabetes melitus. Ini berarti pada orang-orang dengan resistensi insulin akan mengalami peningkatan kadar CRP dan akan mendapatkan resiko untuk terjadinya DM dimasa yang akan datang. Terapi dengan captopril (ACE-I) dapat mengurangi CRP. Captopril selain menurunkan tekanan darah juga dapat mengurangi CRP, sehingga captopril dianggap sebagai obat pilihan pada pasien hipertensi komplikasi diabetes. Pada kelompok terapi kombinasi, golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi captopril (ACE -I) dan amlodipin ( CCB) dengan persentase 70 %. Dikuti oleh kombinasi CCB dan diuretik dengan persentase 13 %. Selanjutnya kombinasi ACE-I dan diuretik serta kombinasi ACE-I, CCB dan diuretik dengan persentase masing-masing 6 %. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansa, dkk (2011) bahwa kombinasi captopril (ACE -I) dan amlodipin (CCB) antihipertensi yang paling banyak digunakan. Penambahan obat lini kedua dari golongan yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat terapi tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah (Depkes, 2006). Obat dengan mekanisme kerja yang berbeda dapat mengendalikan tekanan darah dengan toksisitas minimal (Darnindro dan Muthalib, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isam Mahmood bahwa terapi kombinasi captopril (ACEI) dan amlodipin (CCB) dapat menurunkan kadar asam urat serum. Kombinasi captopril dan amlodipin menjadi agen terapi yang berguna untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kadar asam urat serum pada pasien hipertensi komplikasi DM tipe 2. KESIMPULAN Berdasarkan gambaran penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi komplikasi diabetes melitus di instalasi rawat inap RSUD Dr. M.M Dunda Limboto dapat disimpulkan bahwa jenis obat yang paling banyak digunakan untuk terapi tunggal yaitu captopril sebanyak 21 (70%). Karena captopril selain menurunkan tekanan darah juga dapat mengurangi c-reactive protein (CRP). Kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu captopril (ACEI) dan amlodipin (CCB) dengan jumlah 12 (75%). Karena kombinasi kedua obat tersebut menjadi agen terapi yang berguna untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kadar asam urat.

SARAN 1. Penulisan berkas rekam medis sebaiknya ditulis dengan jelas dan lengkap. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, ditinjau dari efektivitas antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah pada pasien DM tipe 2 di Instalasi rawat Inap RSUD Dr. M.M Dunda Limboto. 3. Mengingat pentingnya upaya untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi pada pasien hipertensi dengan DM, maka perlu adanya informasi secara tepat kepada masyarakat tentang penggunaan antihipertensi dan juga menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat guna mencegah terjadinya DM atau meghambat progresifitas komplikasi yang telah terjadi. DAFTAR PUSTAKA Ansa, DA., Goenawi, RL., Tjitrosantoso,MH. 2011. Kajian Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP DR.R.D. Kandou Manado Periode Januari-Desember 2010. FMIPA Unsrat: Manado Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta Brunner & Suddarth. Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta Darnindro, N dan A. Muthalib. 2008. Tatalaksana Hipertensi Pada Pasien dengan Sindrom Nefrotik. Majalah Kedokteran Indonesia. 58(2). Depkes RI. 2006. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2005. Dirjen PP & PL: Jakarta Dipiro J, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, L. Michael Posey. 2011. Pharmacotherapy 8 th Edition. The McGrow- Hill companies, US. Hanns Peter, W. 2008. Hipertensi. PT Bhuana Ilmu Populer Gramedia: Jakarta Hayden, M. R., Tyayi, S. C. 2004. Uric Acid: A New Look at An Old Risk Marker for Cardiovascular Disease, Metabolic Syndrome, and Type 2 Diabetes Mellitus: The Urate Redox Shuttle. Nutrition and Metabolism 1(10): 1-15 Hsueh, W. A., dan Wyne, K., 2011. RENIN Angiotensin Aldosterone System in Diabetes and Hypertension, The

Journal of Clinical Hypertension, 13:224-237 Lestari, U., Darwin, D., Estiana L. 2011. Pola Pengobatan pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Raden MattaherJambi. STIKES HI: Jambi Mahmood, IH. 2008. The Effects of Captopril and Amlodipine On C-reactive Protein Concentrations in Type 2 Diabetic Hypertensive Patients. Pak J Med Sci 2008;24(4):485-90 Rachmawati, E. 2010. Studi Pola Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Nefropati Di RS Saiful Anwar Malang. Universitas Jember: Jember World Health Organization (WHO). 2003. International Society of Hypertension Statement on Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992 Mahmood, IH. 2008. Effects of Captopril and Amlodipine on Serum Uric Acid in Type 2 Diabetic Hypertensive Patients. RMJ. 2008; 33(1): 52-55 Mardjono, M., Sidharta, P. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. pp: 269-92. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta Permana,H. 2008. Pengelolaan Hipertensi Pada Diabetes Mellitus Tipe 2. FK UNPAD: Bandung