BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok manusia yang tinggal dan hidup di wilayah pesisir.

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

Evaluasi Pemukiman Dan Perumahan Kumuh Berbasis Lingkungan Di Kel. Kalibanteng Kidul Kota Semarang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (Soegianto, 2005). Salah satu komponen

Lingkungan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. bagaimana karaterisik dan faktor-faktor yang secara nyata menyebabkan. A. Karateristik Permukiman di Daerah Penelitian

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005:7) Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan dan kekumuhan. Menurut Sumodiningrat (1989: 26), bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang bersifat multidimensional, dalam arti berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan aspek lainnya.

2 Kartasasmita (1997: 24) mengatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat memiliki karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Di beberapa kawasan pesisir yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakatnya bersifat heterogen, terbuka terhadap perubahan dan interaksi sosial. Sekalipun demikian, masalah kemiskinan masih mendera sebagian warga masyarakat pesisir sehingga fakta sosial ini terkesan ironi di tengah-tengah kekayaan sumber daya pesisir dan lautan. Desa Kuala Stabas merupakan daerah yang termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat yang memiliki daerah tepi pantai dan dihuni oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan baik itu nelayan budidaya maupun nelayan tangkap. Hal yang menjadi masalah utama masyarakat Desa Kuala Stabas adalah kondisi tempat tinggal yang kurang layak untuk di huni atau salah satu kawasan perkampungan kumuh. Sarana dan prasarana yang dimiliki masyarakat nelayan yang tersedia dapat diketahui belum memadai kebutuhan masyarakat setempat dan hanya sedikit masyarakat yang mempunyai MCK sendiri sehingga sulit untuk mendapatkan air yang bersih. Selain itu kebiasaan masyarakat juga sering membuang sampah kesungai, pantai, dan semak-semak yang ada dilingkungan sekitar rumah mereka. Hal ini menyebabkan kualitas lingkungan sekitar tidak baik dan dapat berakibat buruknya tingkat kesehatan masyarakat.

3 Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah atau lahan, rumah atau perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri. Daerah kumuh (slum area) diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman atau bukan kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Menurut UU No. 4 Pasal 22 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Permukiman Kumuh adalah Permukiman tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan atau tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Ciri-ciri kampung atau pemukiman kumuh menurut Sinulingga (2005: 32) terdiri dari: a. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/ha. Pendapat para ahli perkotaan menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/ha maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis, psikologis dan perlindungan terhadap penyakit.

4 b. Jalan-jalan sempit tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karenasempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atapatap rumah yang sudah bersinggungan satu sama lain. c. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalanjalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan tergenang oleh air. d. Fasilitas pembuangan air kotor atau tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah, ataupun ada juga yang membuangnya ke sungai yang terdekat. e. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan. f. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umumnya tidak permanen dan malahan banyak yang darurat. g. Kondisi a sampai f membuat kawasan ini sangat rawan terhadap penularan penyakit. h. Pemilikan hak atas lahan sering tidak legal, artinya status tanahnya masih merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa. Dengan keadaan tersebut bibit penyakit mudah menyerang masyarakat pesisir. Perilaku masyarakat yang tidak bersih dan sehat membuat banyak penyakit dapat menjangkiti masyarakat. Penyakit tersebut antara lain diare (karena masyarakat makan dan minum dengan tangan dan perabot yang tidak bersih) dan penyakit kulit (karena masyarakat mandi dengan air sungai yang telah tercemar oleh sampah.

5 Menurut Winslow (2000: 14), definisi kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat untuk: (1) mencegah penyakit, (2) memperpanjang harapan hidup, dan (3) meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat, melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk : (1) sanitasi lingkungan, (2) pengendalian penyakit menular, (3) pendidikan hygiene perseorangan (personal hygiene), (4) mengorganisir pelayanan medis dan perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, dan (5) membangun mekanisme sosial. Jadi pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian tempat tinggal atau rumah beserta lingkungannya, yang berfungsi sebagai rumah tinggal dan sebagai sarana pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, sarana dan prasarananya, fasilitas pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana sosial budaya masyarakat. Kondisi sanitasi lingkungan di pemukiman nelayan Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah dilihat dari pemenuhan terhadap sarana sanitasi belum bisa menjamin bahwa lingkungan perumahan dapat memberikan rasa nyaman dan bebas dari kemungkinan penyebaran penyakit. Hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah yang belum memenuhi kriteria rumah sehat, kebiasaan masyarakat buang air besar di sungai atau laut pengelolaan limbah cair belum dilakukan dengan baik karena masih banyak dijumpai penggenangan air limbah dari rumah tangga di pekarangan rumah dan air di saluran drainase yang tidak dapat mengalir karena saluran tertutup sampah, kebiasaan dalam membuang sampah masih dilakukan di sembarang tempat, di selokan, di pekarangan rumah dan di sungai.

6 Peran masyarakat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan masih sangat minim sekali dan tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini karena dipicu olehpengetahuan masyarakat tentang sanitasi masih pada tingkat tahu, artinya masyarakat dapat menyebutkan, menguraikan, menyatakan dan sebagainya tetapi belum memunculkan sikap ataupun tingkah laku nyatadalam masalah kemiskinan dan kurangnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan (pola hidup bersih) dan lain-lain. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan melakukan penelitian mengenai Nelayan dan Pekampungan Kumuh di Desa Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi serta dapat menciptakan aktivitas permukiman yang terkendali sesuai dengan tatanan lingkungan yang seimbang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa makna bersih dan kotor bagi masyarakat nelayan di Desa Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat? 2. Apa makna sehat dan sakit bagi masyarakat nelayan di Desa Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat? 3. Bagaimana strategi hidup masyarakat nelayan yang tinggal di perkampungan kumuh di Desa Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat?

7 C. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemukiman kumah dilihat dari makna bersih dan kotor pada masyarakat nelayan di Desa Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. D. Kegunaan penelitian 1. Secara teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menambah pengetahuan ilmu sosial tentang sosiologi kesehatan mengenai Nelayan dan Perkampungan Kumuh. 2. Secara praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti dan menjadi masukan informasi bagi dan pihak lainnya mengenai makna Bersih dan Kotor pada masyarakat nelayan di Desa Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat.