A. Definisi Rangsangan Fisik dalam Psikologi Lingkungan A.1. Pencahayaan Pencahayaan ruangan secara alami dapat kita peroleh dari sinar matahari, sehingga kita memperoleh keuntungan dari hadirnya sinar matahari selain juga sebagai pembantu pembuatan vitamin D. Dibalik semua itu ada pengaruh positif dan negatif yang lain, misalnya dengan sinar matahari kita dapat dibantu untuk melihat tetapi dampak negatif juga dapat terjadi misalnya kita terlalu lama berada di bawah sinar matahari di siang hari akan membuat kita sakit kepala dan hal itu akan menjadikan kita tidak nyaman. Dalam hal pembuatan rumah tinggal aspek cahaya matahar i sangat diperlukan misalnya sebaiknya tiap kamar dapat disinari oleh sinar matahari, karena sinar matahari dapat membantu pertumbuhan dan membasmi bakteri serta menghalau kelembaban. Penghematan listrik dapat dilakukan dengan merancang atau memilih rumah yang sesuai dengan iklim tropis. Misalnya dengan mendisain rumah yang memungkinkan sinar matahari dan udara segar bebas keluar masuk. Dengan disain tersebut kita dapat meminimalkan penggunaan lampu disiang hari dan pendingin udara sepanjang hari. Peran sinar matahari dalam menghalau kelembaban akan lebih sempurna jika dibantu oleh peran angin, angin adalah udara yang bergerak yang pergerakannya sejajar dengan permukaan bumi.
A.2. Penghawaan A.2.1. Suhu Suhu ruang akan mempengaruhi perilaku seseorang, apabila suhu itu terlalu rendah maka akan membuat orang merasa gelisah, susah bergerak, bahkan pingsan sedangkan suhu yang terlalu tinggi maka akan menimbulkan peradangan hingga luka secara perlahan (Sarwono, 1992). Baik suhu yang terlalu tinggi dan suhu yang terlalu rendah akan mebuat orang tidak nyaman, merasa terganggu sampai dapat menimbulkan perdebatan yang dikarenakan rasa yang tidak nyaman, sehingga adanya perubahan suhu yang drastis akan menimbulkan pengaruh yang serius pula. A.2.2. Angin Angin adalah gerakan udara yang bergerak sejajar dengan permukaan bumi (Veitch,Arkkelin, 1995). Untuk merasakan angin dengan bantuan input sensor manusia. Tetapi untuk melihatnya dapat kita ketahui dari gerakan benda benda sekitar, ada tiga aspek yaitu dorongan, intensitas dan frekuensi. Terdapat pengaruh positif dan negatif dari angin terhadap perilaku adalah orang dapat menyesuaikan aktivitas sehari hari dengan angin. Misalnya bila angin bertiup dengan lembut atau sepoi sepoi ini akan menguntungkan dimana angin dapat membantu proses pengeringan pakaian, kita dapat beraktivitas olah raga dan lain lain. Tetapi ada juga pengaruh negative dari bertiupnya angin yang kencang, misalnya dapat mengganggu orang untuk berjalan, mengganggu pekerjaan, perasaan tidak nyaman dalam menyelesaikan tugas, sehingga angin dapat mempengaruhi kondisi afektif dan kinerja. Terdapat factor yang juga berhubungan dengan angin yaitu suhu, tekanan atmosfer, kelembaban relative dan konsentrasi ion (Veitch,Arkkelin, 1995). Bangunan tinggi di pusat kota memperburuk pengaruh angin alami, karena angin
yang menabrak bangunan tinggi akan berbelok arah kebawah dan apabila ada gedung yang mempunyai lorong akan menimbulkan terowongan angin. Hal ini akan menimbulkan daerah yang mempunyai kecepatan angin yang tinggi yang dikarenakan kesalahan desain arsitektural (Veitch,Arkkelin, 1995). A.3. Kebisingan Selain indera penglihat an ada juga indera pendengaran yang berhubungan dengan atmosfer lingkungan. Melalui pendengaran yaitu suara, kita dapat memperoleh informasi segala hal. Tetapi dampak negatif yang ditimbulkan dari suara ini adalah kebisingan, yaitu suara yang tidak diinginkan atau bahkan suara yang mengganggu. Karena kebisingan adalah suara apa saja yang tidak diinginkan seperti suara air kran yang menetes atau lagu rock yang dirasakan seseorang sebagai kebisingan. Hal kebisingan itu terjadi bukan karena suara itu sendir i melainkan persepsi si pendengar. Kebisingan ini dapat menimbulkan dampak negative pada seseorang misal ketegangan otot, gelisah, mudah marah, tidak konsentrasi, mungkin juga menjadi cemas. A.3. Hubungan Lingkungan dan Perilaku Didalam ilmu kemasyarakatan, lingkungan adalah ala m sekitar, termasuk orang orang yang hidup didalamnya dengan pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan dan kebudayaan (Suptandar,95). Lingkungan dalam suatu kelompok masyarakat meliputi : a. Phisik : udara, air, tanah, tanaman, bangunan b. Sosial : kegiatan agama
c. Ekonomi : kegiatan dibidang usaha d. Budaya : pengaturan hidup masyarakat Lingkungan merupakan suatu bagian yang berhubungan erat dengan tingkah laku manusia. Lingkungan akan menentukan perbuatan dan mendukung fungsi ruang beserta perlengkapan, sehingga para pelaku akan menyesuaikan diri dalam lingkungannya atau merubahnya untuk melakukan apa yang bisa dilakukan. Tingkah laku dan lingkungan selalu berkesinambungan satu terhadap yang lain secara baik atau juga tidak mulus, stabil berubah ubah, berulang ulang bahkan tidak menentu (Suptandar,95). Cita rasa manusia terhadap lingkungan dipengaruhi secara langsung oleh faktor faktor seperti suara, iklim, pencahayaan, ruang dan peralatan. Baga imana dengan penyusunan perabotannya agar praktis, rapid an tidak terganggu oleh kebisingan, pengaturan temperature dan kebersihan udara pencahayaan yang tidak menyilaukan dan lain lain, akan menentukan kenyamanan rumah huni dengan bentuk / desain interiornya. B. Rumah Huni Rumah adalah suatu lingkungan sosial yang bergantung tepat waktu atau kesan dari waktu dan diwakili oleh suatu yang diselaraskan dengan lingkungan phisik, seperti suatu untuk tinggal (Gibbs,2007). C. Definisi Sehat Paradigma sehat yang didengungkan belum mengakar disetiap kegiatan pembangunan lintas sector, sehingga yang terjadi adalah beberapa kebijakan dan kegiatannya yang berdampak negative terhadap kesehatan masyarakat.
Mencermati hal tersebut, jika kita kenali pada teori Blum, derajat kesehatan individu/ masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) factor determinan yaitu factor perilaku /gaya hidup (life style), factor lingkungan (social, ekonomi, fisik dan politik), faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetic. Keempat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan tersebut, perilaku manusia adalah faktor yang paling besar, kemudian disusul dengan faktor lingkungan. Perilaku lebih dominan daripada lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga merupakan dampak atau ulah/perilaku manusia (Muninjaya,2004), karenanya perilaku hidup dan faktor lingkungan bukanlah masalah sector kesehatan saja, tetapi urusan semua elemen masyarakat baik individu, kelompok, lintas program serta lintas sector. C.1. Rumah Huni yang Sehat Perilaku sehat merupakan salah satu pilar kebijakan Indonesia sehat 2010 selain lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk itu melalui Kepmenkes RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004, telah ditetapkan visi program promosi kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tahun 2010. Keputusan ini ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005. Perilaku Hidup Bersih dan Se hat (PHBS) merupakan upaya memberikan pengalaman belajar dan menciptakan suatu kondisi bagi perorangan / individu, keluarga, kelompok serta masyarakat, dengan cara membuka jalur komunkasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan penge tahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat mampu mengenali dan mengetahui masalah kesehatannya sendiri terutama pada tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara cara hidup bersih dan sehat. (Depkes,2005) Manajemen peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diupayakan mulai dari tatanan terkecil yakni rumah tangga dengan sasaran individu dan keluarga kemudian akan berkembang kearah desa/kalurahan, kecamatan/puskesmas dan kabupaten/kota sehat hingga pada akhirnya secara nasional akan terwujud seluruh masyarakat Indonesia yang berperilaku hidup bersih dan sehat. Program Perilaku Hidup Besih dan sehat yang telah dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 1996 telah melakukan beberpa kali upaya perbaikan pada sisi indicator maupun metode pelaksanaannya. Mulai tahun 2006, pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya pada tatanan rumah tangga yang terdiri dari factor perilaku / gaya hidup (persalinan ole h tenaga kesehatan, pemberian asi eksklusif, tidak merokok dalam rumah, aktifitas fisik, makan sayur dan buah stiap hari) dan factor lingkungan (tersedianya jamban, kesesuaian lantai rumah dengan penghuni dan lantai bukan dari tanah) dilakukan dengan meto de cepat (rapid survey). Ketika akan membangun rumah, semua orang tentunya mengharapkan jika rumah yang dibangun tersebut nantinya bisa memenuhi dan disebut sebagai rumah yang indah, sehat dan nyaman. Rumah yang sehat itu memenuhi beberapa kriteria, diant aranya: sirkulasi udara yang baik, ruangan yang mendapat cukup cahaya alami dari matahari, tata letak ruangan yang memudahkan pergerakan penghuni untuk beraktifitas, tersedianya lahan terbuka untuk menanam tanaman, dsb (http://architectaria.com).
C.2. Kategori Rumah Sehat menurut WHO Rumah sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1. harus dapat terlindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat, 2. mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi, 3. dapat melindungi penghuninya dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran, 4) bebas dari bahan bangunan yang berbahaya, 5) terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular, serta 6) memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi. Berdasarkan laporan American Public Health Association (1959), satu rumah dipandang sesuai dengan prinsip kesehatan apabila memenuhi 4 persyaratan pokok. 1. Mampu memenuhi kebutuhan fisiologi dasar penghuni. 2. Mampu memenuhi kebutuhan psikologi dasar penghuni. 3. Mampu melindungi penghuni dari kemungkinan terjangkitnya penyakit menular. 4. Mampu melindungi penghuni terhadap kemungkinan timbulnya bahaya kecelakaan.
D. Psikologi Warna Warna merupakan sesuatu yang ditimbulkan atas pantulan cahaya terhadap objek2 dengan intensitas tertentu. Seberkas cahaya putih sebenarnya terdiri dari beberapa gelombang tampak. G elombang tampak atau cahaya terdiri atas tiga spectrum, seperti gambar. www.rgbworld.com.color.html Sebelum abad ke-15 para ilmuan memperkenalkan warna, Leonardo Da Vinci telah menemukan warna utama fundamental atau psikologis, yaitu merah kuning, h ijau, biru, hitam dan putih (Sulasmi, 2002). Seiring perkembangan bidang psikologi membawa warna menjadi objek perhatian bagi para ahli psikologi. Para ilmuan yakin bahwa persepsi visual terutama bergantung pada interpretasi otak terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata.
D.1. Psikologi Warna dalam Interior Rumah Huni Warna bangunan dan interiornya pada suatu rumah merupakan ungkapan suasana jiwa pemiliknya, pemilihan warna merupakan faktor ekspresi yang penting. Psikologi warna dalam interior rua ng huni dapat juga memberi pengaruh psikis pada orang yang melihatnya dan dapat menciptakan karakter suasana pada ruang. Dalam desain interior, warna sangat mempengaruhi karakteristik pada desain karena warna berfungsi memberikan getaran tertentu dalam suatu desain yang akan memberikan efek psikologis pada orang yang melihatnya. Hal ini warna akan member i karakter suasana pada ruang huni (Sulasmi,2002). Ruang yang kita huni pada dasarnya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kondisi psikis kita. Suatu ruang seringkali membuat kita merasa nyaman, sejuk, damai atau bahkan sebaliknya kita dapat merasakan suntuk, stres atau marah. Hal ini disebabkan oleh tiap warna memancarkan panjang gelombang cahaya tertentu. Pancaran gelombang ini menghasilkan energi yang aka n berhubungan dengan salah satu cakra dari tujuh cakra utama yang kita miliki. Warna -warna yang diterima tubuh akan bekerja menyeimbangkan cakra -cakra yang tak seimbang.( http://properti.kompas.com) Melalui pemilihan warna dan komposisinya, ruang huni baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku penghuninya (Sari,2004). Penggunaan warna untuk ruangan memerlukan berbagai pertimbangan termasuk siapa pengguna dan aktivitas kebutuhannya. Selain warna juga pengaturan tata letak ( lay out) furnitur, suhu ruang / penghawaan, pencahayaan dan kebisingan akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis.