BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri iklan melalui media massa televisi merupakan kunci

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

2. Usia Responden : tahun tahun tahun ke atas

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Diajukan oleh: RIANO NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. (produsen atau pengiklan), pesan, media massa, komunikan (audiens), dan efek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

HUBUNGAN ANTARA IKLAN PARTAI POLITIK DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PADA PEMILU 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

BAB II URAIAN TEORITIS. hidupnya. Komunikasi berlangsung apabila antara orang orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB III DATA RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

CHECKLIST PENGAWASAN KAMPANYE PEMILU KADA JAWABAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

Giat Riyadi B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, kekuatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I. Pendahuluan. Dikutip dari Kasali (1992), menurut Crompton dan lamb yang disebut Public

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kompleks jelasnya media adalah pemain utama dalam komunikasi.

Selain itu, dari segi perencanaan anggaran periklanan, media primer biasanya mendapatkan dana yang jauh lebih besar daripada media sekunder.

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya.

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri iklan melalui media massa televisi merupakan kunci keberhasilan untuk mempromosikan suatu produk, karenanya tidak mengherankan fenomen kampanye yang dilakukan partai politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 9 April 2009 adalah melalui iklan politik. Kalau kita ikuti siaran televisi sepanjang hari khususnya malam hari, kita menyaksikan partai politik tidak hentinya berlomba menayangkan iklan politik. Biaya tayangan iklan politik cukup mahal hanya partai besar atau partai yang memiliki modal politik besar dapat leluasa mempublikasikan visi dan misi partai melalui iklan politik mereka kepada pemirsa yakni khalayak penonton televisi. Diantara partai politik yang beriklan pada pelaksanaan Pilkada 9 April 2009 seperti Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Namun yang paling gencar menayangkan iklan politik adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pimpinan Prabowo Subianto. Hampir setiap 10 menit sekali iklan politik menghias layar kaca dengan durasi 20 detik sekali tayang (Umri, Waspada, 2009 : 23). Di mana partai yang lain? Apakah mereka menganggap kampanye iklan politik tidak penting? Bukan itu alasannya, karena menurut Kariyantono (2007 : 383), menunjukkan:

Parpol harus mengkomunikasikan dengan cara memperkenalkan dan mensosialisasikan diri ke masyarakat secara intensif yakni secara terus menerus. Sarana yang biasa dipilih adalah iklan di media massa terutama televisi, karena kemampuan media menyuntikkan pesan sebagai informasi untuk khalayak secara luas, dan serentak. Masalah keterbatasan dana kampanye menjadi pertimbangan yang menjadi salah satu faktor pembatas yang menjadikan mereka tidak mampu mengiklankan diri secara luas kepada masyarakat. Karena iklan media massa yakni iklan politik di televisi masih dibutuhkan dalam penyampaian visi dan misi Parpol membangun opini. Bagaimana secara luas masyarakat bisa tahu slogan Lanjutkan yang dikemas dalam iklan politik Partai Demokrat kalau tidak melalui media televisi, atau tema pembangunan dalam kebhinekaan yang diusung Partai Golkar, juga ekonomi kerakyatan yang selama ini menjadi visi dan misi Partai Gerindra dan PDI-P. Banyaknya iklan politik menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April 2009 terutama di televisi, menunjukkan persaingan kekuasaan dalam mendapatkan simpati dan dukungan suara rakyat di negara ini begitu berharga. Tidak terkecuali di Kota Medan dengan keberagaman dan kedewasaan berpikir yang dimiliki masyarakat. Walau iklan politik Pemilu Legislatif lebih bersifat nasional atau tidak secara perseorangan mempromosikan dan pencitraan masingmasing calon legislatif, akan tetapi partai memposisikan iklan politik sebagai bagian dari kampanye secara keseluruhan sebagai sumber informasi untuk masyarakat, tujuannya membangun opini publik positif.

Khalayak pemilih dihadapankan pada ketidakpastian informasi (uncertainty) berkaitan dengan program dan kandidat Parpol. Kebingungan politis ini menjadikan kesempatan Parpol semakin besar dalam menarik pemilih yang memiliki keinginan sama hingga informasi semakin gencar disampaikan melalui iklan politik di televisi. Kenyataan tentang pentingnya televisi sebagai media informasi publik saat ini disadari betul oleh tim sukses yang berada di belakang masing-masing Parpol, dengan menggabungkan kekuatan pemikiran mereka ditambah kekuatan media massa pada sisi lain. Hasilnya iklan politik yang terus menerus kritis terhadap lawan politis mereka. Informasi bagi masyarakat terutama bagi khalayak atau tingkat pemilih pemula dalam Pemilu legislatif diharapkan mampu memberikan informasi bagi mereka dan mengurangi ketidakpastian dengan bukti nyata penggunaan hak pilih mereka dalam pesta demokrasi. Menarik untuk dikaji bagaimana pengaruh iklan politik terhadap sikap khalayak pemilih pemula. Pengaruh ini dapat dilihat dari efek iklan politik Parpol di televisi terhadap sikap dan perilaku pemilih pemula. Keadaan yang menunjukkan kemasan iklan politik yang bermaterikan asumsi kekinian serta harapan ke masa depan. (Umri, Waspada, 2009 : 23). Filsuf Aristoteles menggambarkan pembentukan opini publik yang ingin dicapai dalam iklan politik menjadi tiga: yakni didasari logos (akal), pathos (emosi), dan ethos (karakter) (Majalah Islam Sabili, 18 Juni 2009 : 44). Jika berbicara logika khalayak dihadapkan pada kondisi informasi yang menggambarkan visi dan misi yang menawarkan program masuk akal tidak ya?,

untuk pemilih pemula, tentu bagi mereka yang dibutuhkan adalah mengikat emosi (ethos) dalam menentukan pilihan. PDI-P menerjemahkan keadaan saat ini di dalam keadaan masyarakat yang sulit secara ekonomi, harga sembako tidak terawasi hingga mudah dimainkan oleh sebagian orang dengan harga yang mahal, antrian BBM yang menunjukkan kegagalan dalam pengelolaan minyak dan gas, juga semakin sulitnya lapangan pekerjaan di negara ini, maka mereka menginfomasikan di dalam iklan politik mereka, melalui agenda kontrak politik dengan upaya memberikan sembako murah, pendidikan yang baik, dan mengatasi permasalahan pengangguran. Tidak jauh berbeda dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), mereka mengangkat isu petani, buruh, dan nelayan sebagai kelompok masyarakat yang hampir tidak disentuh oleh pembangunan, petani dengan kesulitan pertanian, langkanya pupuk, dan sulitnya menjual hasil panen mereka menjadi agenda pengentasan yang ditawarkan, bahan bakar solar untuk kepentingan melaut bagi nelayan juga tidak diabaikan, termasuk nasib buruh melalui berbagai peninjauan ulang dalam proses peningkatan ekonomi kerakyatan. Berkebalikan dari itu, Partai Demokrat, dan Partai Golkar, sebagai bagian dari penguasa negeri ini hingga sekarang, malah mengekspos keberhasilan mereka membangun negara. Inilah yang menunjukkan bahwa komunikasi politik dalam membangun opini publik masih relevan untuk dikaji pengaruhnya terhadap sikap masyarakat. Terutama bagi pemilih pemula yang menunjukkan minimnya pengalaman mereka dalam menentukan pilihan tidak berdasarkan logika atau akal (logos), akan tetapi lebih pada aspek emosional (pathos).

1.2. Perumusan Masalah Untuk lebih fokusnya penelitian dan menghindari permasalahan yang terlalu luas, dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana hubungan iklan politik Pemilu 9 April 2009 di televisi dalam menimbulkan minat memilih pemilih pemula di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan?. 1.3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini melihat hubungan iklan politik di televisi swasta dan minat pemilih pemula. 2. Penelitian ini melihat tayangan iklan politik di televisi swasta. 3. Objek penelitian terbatas pada pemilih pemula yang diperkirakan berusia antara 17 tahun sampai dengan usia 20 tahun, dan baru satu kali mengikuti Pemilu yang bertempat tinggal di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan. 4. Iklan politik yang diamati pada penayangan Maret 2009 April 2009. 5. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2008 April 2009. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sebagai hasil akhir yang hendak dicapai dalam penelitian, adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan tayangan iklan politik di televisi swasta terhadap minat memilih pemilih pemula. 2. Untuk mengetahui tayangan iklan politik di televisi swasta.

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat teoritis, manfaat akademis dan manfaat praktis adalah seperti di bawah ini: 1. Secara teoritis, manfaat yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini sebagai langkah aplikasi atau penerapan pengetahuan melalui dukungan teori dan pengetahuan pendukung lain selama perkuliahan. 2. Secara praktis, penelitian ini merupakan masukan bagi media massa televisi dengan beragam kreasi karya mereka untuk dapat mengemas iklan politik yang mampu menjadi sumber informasi dan memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pelaksanaan Pemilu Legislatif, 9 April 2009 mendatang. 1.6. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan dasar yang dapat dijadikan pedoman penelitian yang mengungkapkan segenap permasalahan dengan berbagai teori yang dianggap mempunyai keterkaitan langsung terhadap permasalahan yang akan menjadi tujuan pembahasan penelitian. Hadari Nawawi memberikan batasan pengertian kerangka teori sebagai landasan berfikir yang berguna sebagai pendukung pemecahan masalah susunan teori-teori yang digunakan dalam menjawab permasalahan penelitian memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam penelitian ini kerangka teori sebagai landasan berfikir yang digunakan sebagai pendukung pemecahan masalah penelitian, adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Komunikasi Massa Menurut Mc. Quail dalam bukunya Understanding Mass Communication bahwa komunikasi massa adalah suatu proses di mana komunikator

menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dengan berbagai cara. Nabel Jurdi seperti yang dikutip dalam Nurudin memberikan batasan pengertian komunikasi massa dari bentuk interaksi khalayak dan komunikator secara terlembaga yang menunjukkan dalam komunikasi massa tidak ada tatap muka antar penerima pesan. Komunikasi media massa pada dasarnya ditujukan untuk khalayak yang luas dan heterogen yang tersebar serta tidak mengenal batas pendidikan ataupun status sosial, seperti yang dikemukakan Cangara berikut: komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alatalat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Komunikasi massa berlangsung sebagai sebuah proses penyampaian pesan yang melembaga kepada khalayak sasaran yang sifatnya massal melalui alatalat mekanis. Kegiatan komunikasi massa dilaksanakan secara terencana, terjadwal, dan terorganisir. Media massa, seperti surat kabar, radio, televisi, dan film berfungsi sebagai media mekanis penyampai pesan kepada khalayak dari lembaga penyampai pesan yang terorganisir, baik dalam bentuk informasi berita, hiburan, pendidikan, dan lain sebainya. Tidak ada proses tatap muka dalam penyampaian pesan dengan menggunakan media massa, dengan umpan balik tertunda. 2. Televisi Sebagai Media Massa Setiap pemasang iklan harus bisa memutuskan dimana iklannya akan ditempatkan. Pemilihan media penting untuk mengetahui media massa mana

yang bisa digunakan dalam menjangkau khalayak sasarannya. Untuk memperluas khalayak sasaran tentunya media yang perlu digunakan adalah media massa. Media massa dalam iklannya dibedakan atas tiga golongan, menurut sifatnya, yakni: Bersifat auditif (lisan), atau disebut juga the spoken word, yang bersifat visual (tertulis) atau the printed word, dan yang bersifat audio visual (perpaduan gambar/tulisan dengan suara). Namun kini orang mengenalnya sebagai media cetak (surat kabar, majalah, dan barangbarang cetakan lainnya) dan media elektronik (seperti radio, televisi, film, dan internet). (Suhandang, 2002:86). Jika demikian, maka penggunaan televisi sebagai media iklan bagi parpol untuk meningkatkan peran aktif masyarakat menggunakan hak pilihnya bersifat audio visual jika dilihat dari proses komunikasi termasuk proses komunikasi sekunder atau bermedia. Iklan televisi telah menjadi sajian pemenuhan kebutuhan, sehingga pemirsa (massa) memposisikan televisi sebagai referensi pemenuhan kebutuhannya. 3. Iklan Politik Iklan politik berisikan pesan persuasi dan informasi. Meskipun keduanya sulit dibedakan secara mendasar dengan perasaan pribadi, banyak orang percaya bahwa para politisi akan menghargai usaha persuasi (Suhandang, 2005 : 36). Iklan politik jenis iklan yang dikembangkan menggunakan prinsip dasar periklanan, untuk menginformasikan tujuan-tujuan masyarakat secara keseluruhan (public goals) dan bukan atas tujuan pribadi (private goals). Berisikan pesan iklan yang bersifat persuasi dan informasi agar khalayak tujuan dengan suka rela memberikan pilihan terhadap isi pesan yang ditujukan kepadanya.

Minat dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu, keinginan (Poerwadarminta, 1982 : 650). Sedangkan dalam pengertian lain, minat berarti keinginan, kehendak, kesukaan (Indrawan, W.S., 2008 : 365). Menurut pandangan ahli ilmu komunikasi, minat adalah proses-proses dari taraf ekspose melalui taraf persepsi hingga taraf bertindak (Sumartono, 2002 : 66). Proses komunikasi di dalam iklan hingga mencapai persepsi hingga taraf bertindak menurut Crawford (dalam Sumartono, 2002 : 66) melalui beberapa jenis proses, yakni: a. Cognitive component atau komponen rasional berdasarkan pemikiran dan penilaian rasional tentang apa yang dianjurkan komunikan. b. Affective component atau komponen perasaan (emosional) sebelum mengambil keputusan terakhir terhadap isi pesan. c. Connotative and motivational component atau penilaian berdasarkan arti khusus dari arti pesan, sebagaimana disajikan oleh komunikator. 4. Minat Minat dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) Perhatian terhadap stimulus 2) Mengerti atau tidaknya audiens terhadap stimulus 3) Penerimaan terhadap stimulus itu serta frekuensi. (Effendy, 2005 : 70) Berdasarkan inilah dikatakan bahwa iklan (dalam pandangan B. Lucas dan S.H. Britt, dikutip kembali dalam Sumartono, 2002 : 67) merupakan kegiatan appeal atau usaha menarik perhatian yang positif terhadap komunikator atau juga negatif terhadap saingan. Fase ini merupakan affective atau emosional. Tahapan timbulnya minat terhadap produk atau jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen ditandai dengan keaktifan khalayak mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan (Sumartono, 2002 : 98). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan keiginan, kesukaan, atau kehendak terhadap sesuatu. Selanjutnya di

dalam komunikasi diterjemahkan melalui iklan sebagai proses ekspose, hingga membentuk persepsi dan aksi dari khalayak terhadap produk atau jasa yang ditawarkan melalui iklan. Proses pembentukan minat di dalam diri khalayak tidak dapat dipisahkan dari berfikir rasional, emosional, dan penilaian dalam arti khusus, dari isi pesan sebagaimana disajikan oleh komunikator. Sederhanya, iklan merupakan kegiatan menarik perhatian yang positif terhadap isi pesan yang disampaikan, jika ada perhatian negatif menunjukkan perlunya evaluasi terhadap isi pesan yang disampaikan kepada khalayak hingga komunikasi yang dimaksud tidak dapat menarik minat mereka dengan ketersediaan informasi memadai dalam pemenuhan keingin tahuan terhadap keuntungan dan kemungkinan terburuk dari apa yang akan dihadapi konsumen termasuk pemilih pemula sebagai konsumen iklan politik yang ditayangkan di berbagai media massa elektronik yakni di televisi. 5. Teori S-O-R Iklan televisi menjadi sarana penting memperkenalkan produk kepada konsumen. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Partai Politik (parpol) dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009. Secara substansi iklan televisi memiliki kontribusi membentuk pesan didalam pemikiran pemirsa. Akibatnya, secara tidak langsung pemirsa telah melakukan proses belajar dalam mencerna dan menginterpretasikan serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap pemirsa (Sumartono, 2002 : 44). Jika misalnya, isi pesan polotik melalui iklan televisi dari satu parpol tertentu menguntungkan bagi pemirsa secara individu atau kelompok, maka mereka menerima dan mengolahnya melalui pengalaman dan berarti terdapat proses belajar sosial.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi adalah penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan ini penentu arah dan tingkah laku pemirsa. Pembentukan arah & tingkah laku seseorang akan membentuk motif yang mendorong ia ingin mencapai perubahan tingkah laku itu sendiri, dinamika ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal didalam interaksi sosial. Pilihan tetap di tangan masyarakat, stimulus (S) yang dikemas dan diinformasikan secara terbuka di televisi akan diolah di dalam diri sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan (O), hingga membangun reaksi (R) sebagai perubahan sikap yang melandasi tindakan melakukan penentuan pilihan didalam pesta demokrasi. Jika menguntungkan imbalan yang diterima secara nyata tentu pilihan pilihan akan diberikan berdasarkan pertimbangan tersebut. 1.7. Kerangka Konsep Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995 : 40). Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomen yang sama (Bungin, 2001 : 73). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional dalam menentukan hipotesis penelitian, sebagai dasar jawaban sementara dari masalah yang diuji

kebenarannya. Agar konsep-konsep dalam penelitian ini dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang diinginkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Independent Variable / Variabel X) Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau variabel yang mempengaruhi variabel yang lain (Umar, 2007 : 58).Variabel lain yang dimaksud menurut Nawawi (1995 : 57) disebut variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah iklan politik di televisi baik di Televisi Republik Indonesia dan televisi swasta yang menyebarkan siaran secara luas. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable / Variabel Y) Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau variabel yang dipengaruhi variabel independen (Umar, 2007 : 58). Munculnya variabel terikat ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat pemilih pemula di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan dalam Pemilu legislatif 9 April 2009. 3. Variabel Antara (Intervening Variable / Variabel Z) Yakni variabel penjelas berupa karakteristik responden, antara lain meliputi: a. Usia b. Pendidikan c. Pekerjaan

d. Penghasilan e. Status responden f. Frekuensi mengikuti Pemilu 1.8. Model Teoritis Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam karangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut: Gambar 1.1 Model Teoritis Penelitian Variabel Bebas (X) Iklan Politik Variabel Terikat (Y) Minat Memilih Dari model teoritis menunjukkan bahwa iklan politik mempengaruhi minat memilih pemilih pemula yang kebenarannya akan diuji melalui penelitian yang dilakukan. 1.9. Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, peneliti membuat operasional variabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Operasional Variabel No Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Iklan Politik (Variabel Bebas / Variabel X) 1) Suasana saling percaya (credibility)

2) Dibutuhkan masyarakat (contex) 3) Menyangkut kepentingan orang banyak (content) 4) Kata-kata isi pesan jelas (clarity) 5) Isi pesan yang terus menerus (contuinity and consistency) 6) Saluran media tepat (chanels) 7) Kebermanfaatan bagi individu (capability of the audience) 2 Minat Memilih (Variabel Terikat / Variabel Y) 1) Perhatian terhadap iklan politik: - menonton tayangan iklan politik 2) Mengerti tayangan iklan politik 3) Menerima tayangan iklan politik 3 Karakteristik Responden 1) Usia 2) Pendidikan 3) Pekerjaan 4) Penghasilan 5) Status responden 6) Frekuensi

1.10. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan unsur sebagai bagian penelitian yang memberikan pengertian bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46). Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah: 1) Iklan politik (variabel X) sebagai informasi kepada khalayak yakni masyarakat berupa pemberitahuan tentang visi, misi, dan program partai politik disebarkan melalui televisi. Variabel operasional yang dilihat adalah: 1.1. Suasana saling percaya (credibility), sikap percaya yang ditunjukkan khalayak sebagai individu atau kelompok di dalam masyarakat terhadap kemasan iklan politik yang ditampilkan dan isi pesan politik yang disampaikan secara terbuka di televisi. Contoh: Iklan politik Partai Demokrat, Partai Golkar, PD-I P, PKS, dan Gerindra, yang mengikut sertakan masyarakat dalam iklan politik ditunjukkan dengan dukungan kuat masyarakat terhadap visi dan misi pertai mereka. 1.2. Dibutuhkan masyarakat (contex), informasi di dalam iklan mengemas pemberitahuan untuk mendukung keputusan pemilih menentukan pilihan dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009, dan gambaran kepercayaan pemilih dengan isi pesan iklan. Contoh: Iklan PDI-P dengan visi dan misi ekonomi kerakyatan dibutuhkan keberpihakan terhadap ekonomi rakyat terutama sembako murah. 1.3. Menyangkut kepentingan orang banyak (content), kemasan dan isi pesan iklan mampu mendukung pembentukan pemahaman mengenai pentingnya isi informasi di dalam iklan. Contoh: Isi pesan iklan politik PDI-P, dan Gerindra dengan memperjuangkan ekonomi kerakyatan.

1.4. Kata-kata isi pesan iklan jelas (clarity), informasi yang sampai kepada masyarakat dapat dipahami tujuannya. Contoh: Iklan Partai Demokrat dengan slogan Lanjutkan, yakni melanjutkan kepemimpinan nasional saat ini. 1.5. Isi pesan yang terus menerus (continuity and consistency), bahwa isi pesan iklan sebagai informasi disampaikan secara teratur dan dalam jangka waktu lama bertujuan membangun pemahaman di dalam diri khalayak. Contoh: Iklan Politik Partai Gerindra dengan membangun ekonomi berbasis kerakyatan, melalui petani, nelayan, dan buruh. 1.6. Saluran media tepat (chanels), penggunaan berbagai stasiun televisi sebagai media informasi sudah sesuai dengan keinginan masyarakat. Misalnya, dengan menggunakan stasiun televisi TV One, dan Metro TV. 1.7. Kebermanfaatan bagi individu (capability of the audience), menunjukkan manfaat positif yang secara langsung dapat diperoleh khalayak dengan kebenaran informasi yang dapat diperoleh khalayak dari media lain, hingga membentuk kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas mendukung partisipasi politik Pemilu Legislatif 9 April 2009. Ini dapat dibuktikan dengan tayangan iklan politik Partai Demokrat dan Partai Golkar dalam kepemimpinan lima tahun terakhir, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), konversi minyak ke gas, dan penanganan masalah korupsi melalui kinerja KPK. 2) Minat Memilih (Variabel Terikat / Variabel Y), keinginan yang kuat di dalam diri pemilih pemula terhadap iklan politik di televisi, dengan pertimbangan berdasarkan variabel operasional berikut:

2.1. Perhatian Adalah tingkat keingintahuan yang lebih besar terhadap iklan politik di televisi dengan kekuatan audio dan visual menumbuhkan rasa ingin melihat tayangan iklan politik di televisi swasta. Perhatian dapat diraih oleh Parpol dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi, atau dengan memanfaatkan ukuran atau bentuk iklan dalam waktu yang tepat, termasuk pemilihan media juga frekuensi penayangan iklan politik di media televisi. 2.2. Pengertian audiens Mengerti tentang isi pesan iklan politik yang ditayangkan di televisi swasta. Hingga mampu menciptakan keinginan untuk menggunakan hak pilih dalam Pemilu sebagai hak demokratis setiap warga negara. 2.3. Penerimaan terhadap iklan politik Menerima dan mencoba berpartisipasi dengan memberikan pilihan politik kepada salah satu partai politik pada waktu pelaksanaan pemilihan umum. 3) Karakteristik Responden Sebagai gambaran tentang karakteristik responden: 3.1. Usia : Umur responden ketika mengisi kuesioner. 3.2. Pendidikan : Pendidikan formal terakhir responden. 3.3. Pekerjaan : Mata pencaharian responden sebagai sumber ekonomi. 3.4. Penghasilan : Besar penghasilan responden dari pekerjaan yang menjadi mata pencaharian.

3.5. Status : Sebagai identitas responden yang menunjukkan sudah menikah atau belum menikah ketika mengisi kuesioner. 3.6. Frekuensi : Frekuensi memilih yakni keikutsertaan dalam Pemilu yang dialami responden untuk memperkuat pengalaman Pemilu yang dimiliki. 1.11. Hipotesis Hipotesis adalah generalisasi atau kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila sudah terbukti kebenarannya (Nawawi, 2001 : 161). Berdasarkan pengertian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak ada hubungan antara iklan politik di televisi dengan minat memilih pemilih pemula di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan. H a : Terdapat hubungan antara iklan politik di televisi dengan minat memilih pemilih pemula di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan.