BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAUSAHAAN DOKUMEN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 157 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa pembinaan dan pemberian pedoman pengelolaan keuangan daerah kepada SKPD dikoordinasikan oleh SKPKD; b. bahwa dalam rangka mewujudkan kesamaan dan keterpaduan langkah bagi seluruh SKPD serta untuk mempermudah pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah perlu ditetapkan petunjuk Teknis Penatausahaan Dokumen Administrasi Pembayaran di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukamara dengan Peraturan Bupati; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 155); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 310); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sukamara (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 3), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sukamara (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 8); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Sukamara Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2009 Nomor 4); 10. Peraturan Bupati Sukamara Nomor 16 Tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sukamara (Berita Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2009 Nomor 16); 11. Peraturan Bupati Sukamara Nomor 14 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Sukamara (Berita Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2014 Nomor 14); 12. Peraturan Bupati Sukamara Nomor 13 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten Sukamara Tahun 2014 Nomor 14);
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PETUNJUK TEKNIS PENATAUSAHAAN DOKUMEN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA DAERAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAUSAHAAN DOKUMEN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sukamara. 2. Bupati adalah Bupati Sukamara. 3. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajban daerah tersebut. 4. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. 5. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan daerah. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun berkenaan dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran / pengguna barang. 8. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukamara selaku pengguna anggaran/pengguna barang yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. 9. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang diselanjutnya disebut PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah (BUD).
10. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya. 11. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disebut Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD dan bertanggungjawab kepada BUD. 12. Kuasa Pengguna Anggaran yang selajutnya disebut KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD dan bertanggungjawab kepada Pengguna Anggaran. 13. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disebut PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD. 14. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. 15. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah. 16. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank yang ditetapkan. 17. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. 18. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 19. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran selama 1 (satu) tahun anggaran. 20. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah. 21. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut DPPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna anggaran selama 1 (satu) tahun anggaran.
22. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersedian dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode. 23. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disebut SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP. 24. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah suatu dokumen yang diterbitkan oleh PPTK/Bendahara Pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran. 25. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja pertama yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. 26. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP- GU adalah dokumen yang diajukan Bendahara Pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. 27. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-TU adalah dokumen yang diajukan Bendahara Pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan. 28. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran gaji dan permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya atau dokumen lain sesuai ketentuan dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK. 29. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM adalah Dokumen yang digunakan atau diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD. 30. SPM Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan. 31. SPM Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM- GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan. 32. SPM Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD karena kebutuhan dananya melebihi jumlah batas pagu Uang Persediaan yang telah ditetapkan.
33. SPM Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga dan atau melalui bendahara pengeluaran dengan mekanisme yang dapat dipertanggungjawabkan. 34. SPM Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disebut SPM-GU Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk perhitungan saldo uang persediaan SKPD pada akhir tahun anggaran yang selanjutnya disahkan oleh PPKD. 35. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM. Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 Maksud dan tujuan ditetapkan Peraturan Bupati ini adalah sebagai petunjuk teknis penatausahaan dokumen administrasi pembayaran dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja daerah. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Bupati ini adalah rangkaian pelaksanaan anggaran khususnya administrasi pelaksanaan pembayaran anggaran belanja daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukamara. BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN Bagian Kesatu Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Pasal 4 (1) Dalam rangka pembayaran atas pelaksanaan suatu kegiatan/paket pekerjaan, bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada PA atau KPA melalui PPK-SKPD. (2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP); b. SPP Ganti Uang (SPP-GU); c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan d. SPP Langsung (SPP-LS).
(3) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilampiri dengan penetapan besaran nilai uang persediaan melalui SK Bupati. (4) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilampiri dengan daftar rincian SPJ yang sudah disahkan. (5) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana. (6) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilampiri dengan satu rincian rencana dan jenis belanja kecuali belanja gaji dan belanja operasional UPTD. Pasal 5 (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari PA atau melalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan. (2) PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP dan memverifikasi kesesuaiannya dengan SPD dan DPA/DPPA/DPAL-SKPD untuk diterbitkan rancangan SPM atau surat penolakan penerbitan SPM. (3) Pengajuan SPP-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan sekali dalam setahun pada awal tahun anggaran. Pasal 6 Ketentuan mengenai batasan pemberian uang persediaan kepada SKPD diatur tersendiri dalam Peraturan Bupati. Pasal 7 (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari PA atau KPA melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan. (2) PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-GU dan memverifikasi kesesuaiannya dengan SPD dan DPA-SKPD untuk diterbitkan rancangan SPM atau surat penolakan penerbitan SPM; (3) Pengajuan SPP-GU dilakukan pada saat uang persediaan yang terpakai telah dipertanggungjawabkan dan dilakukan pengesahan atas surat pertanggungjawabannya (SPJ) oleh fungsi akuntansi SKPKD. (4) Jumlah uang yang diajukan melalui SPP-GU dalam rangka pengisian kembali uang persediaan sejumlah nilai rincian obyek belanja yang dikeluarkan; (5) Dalam hal sisa SPD tidak mencukupi untuk pengisian kembali uang persediaan sejumlah nilai rincian obyek belanja yang dikeluarkan, maka SPP-GU dapat diajukan sebesar nilai sisa SPD yang ada.
Pasal 8 (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka memintakan tambahan uang pada saat terdapat pengeluaran untuk kegiatan mendesak yang mengakibatkan saldo uang persediaan tidak cukup untuk membiayainya. (2) PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-TU dan memverifikasi kesesuaiannya dengan SPD dan DPA-SKPD untuk diterbitkan rancangan SPM atau surat penolakan penerbitan SPM. (3) Bendahara pengeluaran dalam mengajukan SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didasarkan pada rencana perkiraan pengeluaran yang matang. (4) Rencana perkiraan pengeluaran yang matang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diformulasikan ke dalam rencana anggaran biaya dan rencana kerja harian untuk kegiatan berkenaan. (5) Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU berasal dari rekening pengeluaran belanja yang dapat diberikan dengan uang persediaan. (6) Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib dipertanggungjawabkan secara tersendiri. (7) Tambahan uang persediaan dapat diberikan paling banyak sebesar sisa anggaran kas yang akan dibayar dengan uang persediaan. (8) Dalam hal telah dilakukan tambah uang, dan ternyata uang tersebut tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan atau 30 hari sejak tanggal SP2D diterbitkan, maka sisanya wajib disetorkan kembali ke rekening kas umum daerah. (9) PPKD melalui kuasa BUD dapat menerbitkan SPD khusus tambah uang sebagai dasar pengajuan SPP-TU oleh SKPD. Pasal 9 (1) Pembayaran langsung digunakan untuk membiayai belanja sebagai berikut: a. Belanja gaji; b. Belanja Pegawai pada barang dan jasa; c. Belanja modal serta belanja barang dan jasa dengan nilai sampai dengan Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta) menggunakan bukti pembelian; d. Belanja modal serta belanja barang dan jasa dengan nilai diatas Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta) menggunakan Surat Pesanan (SP); e. Belanja modal serta belanja barang dan jasa dengan nilai di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta) menggunakan SPK; f. Belanja modal serta belanja barang dan jasa dengan nilai di atas Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta) menggunakan Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak); g. Belanja jasa konsultansi sampai dengan nilai Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta) menggunakan SPK;
h. Belanja jasa konsultansi di atas nilai Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta) menggunakan Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak); i. Belanja operasional UPTD; dan j. Belanja-belanja yang menjadi kewenangan SKPKD. (2) Pembayaran langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari Pengguna Anggaran PPK- SKPD. (3) Pembayaran melalui penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pembayaran langsung pada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan berdasarkan kontrak, SPK, Surat Pesanan, dan bukti pembelian. b. pembayaran langsung kepada pihak ketiga yang pengelolaannya dilakukan oleh bendahara pengeluaran. c. pembayaran langsung kepada bendahara pengeluaran untuk operasional UPTD. (4) Pembayaran beban belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi : a. pembayaran gaji dan tunjangan serta tambahan penghasilan lainnya; b. pembayaran belanja pegawai; dan c. pembayaran kepada pihak ketiga yang tidak memiliki rekening. (5) Penerbitan dan pengajuan SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan dokumen yang terdiri dari : a. surat pengantar SPP-LS; b. ringkasan SPP-LS; c. rincian SPP-LS; dan d. lampiran SPP-LS. (6) Lampiran SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf d, dibedakan menurut jenis SPP-LS yang diajukan, meliputi : a. lampiran SPP-LS Gaji dan Tunjangan; b. lampiran SPP-LS Honorarium/Uang Lembur/Penghasilan lainnya; c. lampiran SPP-LS Pengadaan barang/jasa; d. lampiran SPP-LS Belanja Modal; e. lampiran SPP-LS belanja operasional UPTD; dan f. belanja-belanja yang menjadi kewenangan SKPKD. Pasal 10 Dalam rangka pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9, PPTK dan/atau Bendahara Pengeluaran menyiapkan dokumen lampiran SPP sesuai jenis pencairan dana yang tertuang pada lampiran 3 (tiga) yaitu Dokumen Pendukung SPP, dan lampiran 4 (empat) Bentuk Dokumen Pendukung SPP yang tidak terpisahkan dalam peraturan bupati ini dan digunakan dalam rangka pertanggungjawaban.
Bagian Kedua Surat Perintah Membayar (SPM) Pasal 11 (1) Dalam hal dokumen SPP yang diajukan oleh bendahara pengeluaran dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah, maka PPK-SKPD segera menyiapkan rancangan surat penolakan penerbitan SPM. (2) PA atau KPA wajib mengotorisasi rancangan surat penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi surat penolakan penerbitan SPM paling lama 1 (satu) hari kerja sejak dokumen SPP diterima. (3) Dalam hal dokumen SPP yang diajukan oleh bendahara pengeluaran dinyatakan lengkap dan sah, maka PPK-SKPD segera menyiapkan rancangan SPM. (4) PA atau KPA wajib mengotorisasi rancangan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi SPM paling lama 2 (dua) hari kerja sejak dokumen SPP diterima. (5) Berdasarkan SPM dan surat penolakan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), PPK-SKPD membuat register SPM dan register penolakan penerbitan SPM. (6) Dalam hal PA atau KPA berhalangan, Bupati menunjuk/mengangkat pejabat PA dan KPA. (7) Penerbitan SPM dapat dilakukan dengan satu atau lebih rincian belanja, untuk penerbitan SPM LS belanja modal, barang dan jasa, hanya dengan satu rincian belanja kecuali untuk penerbitan Operasional UPTD dan belanja gaji. Pasal 12 SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dapat dibedakan sesuai dengan jenis SPP yang diajukan oleh bendahara pengeluaran, yaitu : a. SPM Uang Persediaan (SPM-UP); b. SPM Ganti Uang (SPM-GU); c. SPM Tambahan Uang (SPM-TU); dan d. SPM Langsung (SPM-LS). Pasal 13 (1) SPM yang telah diotorisasi oleh PA atau KPA diajukan kepada kuasa BUD dengan dilengkapi dokumen SPM dalam rangka penerbitan SP2D. (2) Dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis masing-masing SPM, yaitu meliputi: a. Dokumen SPM-UP; b. Dokumen SPM-GU; c. Dokumen SPM-TU; dan d. Dokumen SPM-LS. (3) Dokumen SPM-UP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa surat pernyataan tanggung jawab Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.
(4) Dokumen SPM-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi : a. surat pernyataan tanggung jawab Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran; b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode sebelumnya; dan c. rincian Pengesahan SPJ GU. (5) Dokumen SPM-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, berupa: a. surat pernyataan tanggung jawab Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran; b. surat pernyataan tanggung jawab Pengguna Anggaran; c. surat persetujuan pembayaran dana TU dari PPKD; dan d. saldo rekening bendahara pengeluaran (rekening koran). (6) Dokumen SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi : a. surat pernyataan tanggungjawab Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran; dan b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 14 Setelah tahun anggaran berakhir Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dilarang menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan. Bagian Ketiga Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Pasal 15 (1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dengan tujuan agar pengeluaran yang dilakukan tidak melampaui pagu yang telah ditetapkan dan memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal dokumen SPM dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah, paling lama 1 (satu) hari kerja setelah SPM diterima, PPKD melalui Kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D disertai dengan keterangan alasan penolakan. (3) Dalam hal dokumen SPM dinyatakan lengkap dan sah maka paling lama 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterima, PPKD melalui Kuasa BUD menerbitkan SP2D. (4) Dalam rangka pembayaran atas pengadaan barang/jasa yang dibayarkan melalui pembayaran langsung (SPM-LS) maka salinan SP2D diberikan kepada penyedia barang/jasa. (5) Berdasarkan SP2D dan surat penolakan penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), kuasa BUD membuat register SP2D dan register penolakan penerbitan SP2D. (6) Dalam hal Kuasa BUD berhalangan, Bupati dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.
(7) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan surat keputusan dilampiri dengan spesimen tanda tangan. Pasal 16 Dalam hal SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) telah diterima oleh PA atau KPA, maka PA atau KPA menyerahkan SP2D dimaksud kepada Bendahara Pengeluaran untuk dicatat pada dokumen penatausahaan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, semua Peraturan Bupati yang telah ada sebelumnya dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Bupati ini. Pasal 18 Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2015. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah. Ditetapkan di Sukamara pada tanggal 16 Oktober 2014 BUPATI SUKAMARA, Ttd AHMAD DIRMAN Diundangkan di Sukamara pada tanggal 16 Oktober 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUKAMARA, Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, Ttd SUMANTRI HARI WIBOWO Ttd. MUHAMAD ZARKANI BERITA DAERAH KABUPATEN SUKAMARA TAHUN 2014 NOMOR 20