BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Walikota Tasikmalaya

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH WALIKOTA BENGKULU,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 69 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pencairan Dana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar isi lampiran... vii Daftar format... viii Sistematika... x BAB I KETENTUAN UMUM... 1 BAB II RUANG LINGKUP...

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN Tentang

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3.a TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR 8 "TAH U ti.q017

BAB III PEMBAHASAN TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1 TAHUN 2013

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

Disamping membuat SPP Bendahara Pengeluaran juga membuat register untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR : 0 /TAHUH 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BUPATI PATI, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2O16 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH. Jalan Wastukancana No. 2 Telp Bandung

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PELAKSANAAN ANGGARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun Nomor 8

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 20 SERI E

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PADANG

PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2014 SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK- POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SUKABUMI PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG :

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA,

ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 14 TAHUN 2014

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN BENDAHARA WALIKOTA BLITAR,

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2009

AZAS UMUM PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH; KEUANGAN DAERAH; PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN PENATAUSAHAAN PENGELUARAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - BUPATI KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR 07 TAHUN 2009

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI MALUKU BARAT DAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus dilaksanakan secara efektif, efisien, tertib, transparan sesuai ketentuan Perundang undangan yang berlaku; b. bahwa untuk mewujudkan kesamaan dan keterpaduan langkah bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat perlu diatur mekanisme pembayaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); c. bahwa Peraturan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 44 Tahun 2006 tentang Mekanisme Pembayaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat tidak sesuai lagi dengan ketentuan yang lebih tinggi, sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Mekanisme Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. 1. Undang Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

- 2 - Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); 16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

- 3-17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pokok pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007, Nomor 32); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008, Nomor 14). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat; 2. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat; 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah; 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna Anggaran/pengguna barang; 5. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah; 6. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA SKPD adalah Dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran disahkan oleh PPKD dan diketahui oleh Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran daerah dan pencairan dana atas beban APBD serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah; 7. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja

- 4 - yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran pada pengguna anggaran; 8. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah; 9. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah; 10. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah Yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah; 11. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah; 12. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD; 13. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD/SKPKD; 14. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya; 15. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD; 16. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK SKPD adalah pejabat struktural yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD; 17. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya; 18. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah Pihak yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 19. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan adalah naskah dinas serah terima antara Penyedia Barang/Jasa dengan PPHP yang dibuat saat Penyerahan Barang/Jasa baik secara termin maupun pekerjaan selesai 100%; 20. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah; 21. Rekening Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank yang ditetapkan; 22. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode; 23. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP;

- 5-24. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran; 25. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung; 26. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung; 27. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPPTU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan; 28. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP LS adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK; 29. SPP Ganti Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disingkat SPP GU Nihil adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran pada akhir tahun anggaran untuk permintaan pengganti uang persediaan senilai Rp. 0, yang bertujuan menihilkan sisa uang persediaan di rekening bendahara pengeluaran; 30. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD; 31. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan; 32. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan; 33. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan; 34. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga; 35. SPM Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disingkat SPM GU Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk perhitungan saldo uang persediaan SKPD pada akhir tahun anggaran yang selanjutnya disahkan oleh PPKD; 36. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM; 37. Surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran yang selanjutnya disingkat SKPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran sebagai keterangan atas terhitung mulai bulan dihentikan pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil;

- 6-38. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya disingkat SPTB adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang dibuat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atas transaksi belanja SKPD; 39. Pembuat Daftar Gaji yang selanjutnya disingkat PDG adalah petugas yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk membuat dan menatausahakan daftar gaji maupun belanja pegawai lainnya pada satuan kerja yang bersangkutan; 40. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya disingkat SKTJM adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa segala akibat dari tindakan PA/KPA yang dapat mengakibatkan kerugian daerah menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari PA/KPA yang mengambil tindakan dimaksud. BAB II KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Bagian Kesatu Kewenangan Pelaksanaan APBD Pasal 2 Untuk pelaksanaan APBD, Bupati menetapkan : a. Pejabat yang ditunjuk selaku Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah; b. Pejabat yang ditunjuk sebagai Pejabat Pengguna Anggaran/Barang Daerah SKPD dan Kuasa Pengguna Anggaran; c. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran (SKPP); d. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran Kas yang melaksanakan kegiatan kebendaharawanan dalam pelaksanaan APBD di setiap SKPD; dan e. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran PPKD. Bagian Kedua Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Pasal 3 (1) Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) mempunyai tugas : a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah; b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah; d. Melaksanakan fungsi BUD; e. Menyusun laporan keuangan daerah yang merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

- 7 - (2) PPKD sebagai fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD) berwenang : a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; b. Mengesahkan DPA SKPD/DPPA SKPD; c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah; e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah; f. Menetapkan SPD; g. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah; h. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; i. Menyajikan informasi keuangan daerah; j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah; k. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk; l. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; m. Menyimpan uang daerah; n. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah; o. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; p. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan q. Melakukan penagihan piutang daerah. Pasal 4 (1) BUD dalam melaksanakan tugasnya dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kuasa BUD. (2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas a. menyiapkan anggaran kas; b. Menyiapkan SPD; c. Menerbitkan SP2D; d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah/aset; e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk; f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; g. Menyimpan uang daerah; h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi daerah; dan i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah.

- 8 - Bagian Ketiga Pejabat Pengguna Anggaran Pasal 5 (1) Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran memiliki tugas antara lain : a. Menyusun RKA SKPD; b. Menyusun DPA SKPD; c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya; e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; f. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; g. Menandatangani SPM: h. Menandatangani Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ); i. Mengawasi pelaksanaan tugas tugas kuasa pengguna anggaran berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah; dan j. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. (2) Dalam hal PA melakukan tugas kedinasan, cuti, sakit atau karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya, lebih dari 7 (tujuh) hari sampai dengan 3 (tiga) bulan, maka PA dapat menunjuk salah satu pejabat eselon di bawahnya untuk menjalankan fungsi dan kewenangan termasuk menandatangani SPM. (3) Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran berdasarkan pendelegasian wewenang dari Bupati dengan Surat Keputusan menetapkan : a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yang diberi kewenangan melaksanakan 1 (satu) atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD; c. Staf administrasi pengelola keuangan; d. Pejabat Pengadaan Barang/jasa; dan e. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Bagian Keempat Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Pasal 6 (1) Pejabat Pengguna anggaran dalam melaksanakan tugasnya dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), penetapan Pejabat KPA ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kotawaringin Barat sesuai dengan usulan Kepala SKPD atau Pengguna Anggaran. (2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang

- 9 - yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali dan/atau pertimbangan objektif lainnya. (3) Tugas Kuasa Pengguna Anggaran antara lain : a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; b. Melaksanakan anggaran sub unit kerja yang dipimpinnya; c. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; d. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; e. Mengawasi pelaksanaan anggaran sub unit kerja yang dipimpinnya; dan f. Melaksanakan tugas tugas Kuasa Pengguna Anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Pejabat Pengguna Anggaran. (4) KPA adalah pejabat satu tingkat di bawah Pengguna Anggaran atau Pejabat eselon III. (5) KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengguna Anggaran. (6) Dalam hal pengadaan barang/jasa, KPA bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen. (7) Dalam hal KPA melakukan tugas kedinasan, cuti, sakit atau karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya, maka : a. Apabila lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sampai dengan 3 (tiga) bulan, kewenangan sebagai KPA/PPK diserahkan kepada PA. b. PA sebagaimana tersebut huruf a dapat menunjuk pejabat yang memenuhi persyaratan sebagai pejabat sementara KPA/PPK dengan membuat Berita Acara Serah Terima Keadaan Realisasi Fisik dan Keuangan yang diketahui PA. (8) Apabila KPA berhalangan sebagaimana dimaksud ayat (7) lebih dari 3 (tiga) bulan, maka PA mengusulkan pengganti KPA/PPK kepada Bupati. Bagian Kelima Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pasal 7 (1) Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan program dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK. (2) Tugas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan antara lain a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan; b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. (3) Penunjukan PPTK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. (4) Dalam hal PPTK melakukan tugas kedinasan, cuti, sakit atau karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya, maka PA dapat menunjuk pejabat yang memenuhi persyaratan sebagai pejabat sementara PPTK dengan membuat

- 10 - Berita Acara Serah Terima Keadaan Realisasi Fisik dan Keuangan yang diketahui PA/KPA. (5) Apabila PPTK berhalangan sebagaimana dimaksud ayat (4) lebih dari 3 (tiga) bulan, maka PA dapat mengganti dan menetapkan PPTK pengganti. Bagian Keenam Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD Pasal 8 (1) PPK SKPD ditetapkan oleh Kepala SKPD. (2) PPK SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah, bendahara, dan/atau PPTK. (3) Tugas Pejabat Penatausahaan Keuangan antara lain : a. Meneliti kelengkapan SPP LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK; b. Meneliti kelengkapan SPP UP, SPP GU, SPP TU, SPP LS yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Perundang Undangan yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran; c. Melakukan verifikasi SPP; d. Menyiapkan SPM; dan e. Menyiapkan laporan Keuangan SKPD. (4) PPK SKPD dapat dibantu oleh a. Pelaksana verifikasi SPP; b. Pembuat SPM; c. Penyusun laporan keuangan; dan d. Pembuat Daftar Gaji. Bagian Ketujuh Bendahara Pengeluaran Pasal 9 (1) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD/SKPKD. (2) Bendahara pengeluaran bertugas untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD/SKPKD. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bendahara Pengeluaran SKPD berwenang : a. Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU dan SPP LS; b. Menerima dan menyimpan uang persediaan; c. Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya;

- 11 - d. Menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan/peraturan; e. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP LS yang diberikan oleh PPTK; f. Mengembalikan dokumen pendukung SPP LS yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap. (4) Bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. BAB III PANITIA/PEJABAT PENERIMA HASIL PEKERJAAN Pasal 10 (1) Dalam proses pencairan dana pengadaan barang/jasa baik secara termin maupun pembayaran 100% diharuskan melampirkan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. (2) Dikecualikan dari ayat (1) tersebut diatas : a. Pengadaan barang dan jasa lainnya yang nilainya sampai dengan Rp. 10.000.000, (sepuluh juta rupiah), dengan ketentuan pengadaan barang yang telah jelas jenis dan spesifikasinya seperti : 1) Belanja ATK, Prangko/Meterai dan Benda Pos lainnya; 2) Belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar, battery kering); 3) Belanja bahan alat kebersihan dan bahan pembersih; 4) Belanja pengiriman paket; 5) Belanja bahan pelatihan; 6) Belanja dekorasi; 7) Belanja bahan laboratorium; 8) Belanja cetak dan penggandaan; 9) Belanja pemeliharaan; 10) Belanja Makanan dan Minuman; dan 11) Belanja sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, serta sewa perlengkapan dan peralatan kantor. b. Belanja kegiatan yang dilaksanakan diluar daerah (dengan bukti perjanjian berupa nota/kuitansi); c. Belanja BBM untuk kendaraan dinas; d. Belanja bahan baku pendidikan. (3) PA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan setiap awal Tahun Anggaran dan berlaku selama Tahun Anggaran berkenaan. (4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang ditunjuk merupakan pihak yang tidak mempunyai keterlibatan langsung dalam Pengadaan Barang/Jasa yang akan diterimanya untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan.

- 12 - (5) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki integritas moral, disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas; b. Memahami isi kontrak; c. Memiliki kualifikasi teknis; d. Menandatangani Pakta Integritas; dan e. Tidak menjabat sebagai Bendahara. (6) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk : a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak; b. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian; dan c. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. (7) Kewenangan pemeriksaan hasil pekerjaan bagi Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan diatur sebagai berikut : a. Pengadaan barang/jasa dengan tanda bukti perjanjian berupa nota, kuitansi dan SPK untuk pekerjaan sederhana dilakukan oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan; b. Pengadaan barang/jasa dengan bukti perjanjian berupa Surat Perjanjian dilakukan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan. (8) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan ditandatangani oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa dan diketahui oleh Kuasa Pengguna Anggaran. (9) Dalam hal kegiatan tidak dikuasakan kepada Kuasa Pengguna Anggaran, maka Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan ditandatangani oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa dan diketahui oleh Pengguna Anggaran. (10) Pada Pengadaan Jasa Konsultasi, pemeriksaan pekerjaan dilakukan setelah berkoordinasi dengan pengguna jasa konsultasi yang bersangkutan. (11) Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang pembayarannya dilakukan bertahap, wajib melampirkan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan setiap kali mengajukan pencairannya dengan mencantumkan tingkat persentase sesuai dengan realisasi Pengadaan Barang/Jasa Lainnya tersebut. (12) Apabila Penyedia Barang/Jasa tidak dapat melanjutkan pekerjaan/putus kontrak, BA Serah Terima Hasil Pekerjaan dibuat berdasarkan persentase realisasi fisik pekerjaan yang telah dicapai. (13) Dalam hal paket pekerjaan pada suatu SKPD berjumlah lebih dari 50 paket, PA dapat menetapkan beberapa Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. BAB IV DASAR PENGAJUAN PERMINTAAN PEMBAYARAN Pasal 11 (1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD selaku BUD menerbitkan SPD.

- 13 - (2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan KBUD untuk ditandatangani oleh PPKD. (3) Berdasarkan dokumen SPD, bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD. (4) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (3), tidak boleh melebihi pagu anggaran yang tersedia. (5) Belanja Kegiatan tahun sebelumnya dapat dibayarkan pada tahun berjalan, apabila telah diakui sebagai hutang dalam Laporan Keuangan tahun sebelumnya dan telah dianggarkan pada tahun berjalan. BAB V JENIS BELANJA DAN PENGATURAN PERMINTAAN PEMBAYARAN Pasal 12 (1) Pengeluaran belanja yang dapat dilakukan melalui SPP UP/GU/TU meliputi : a. Belanja barang dan jasa dengan nilai pagu pada DPA SKPD di bawah Rp. 10 juta, kecuali : Belanja bahan bakar minyak (BBM), belanja makan dan minum, prangko/meterai dan benda pos lainnya, belanja STNK, belanja pajak kendaraan bermotor, belanja jasa KIR, belanja perjalanan dinas, belanja bimbingan teknis dan pelatihan, belanja pemulangan pegawai pensiun, dan belanja kegiatan yang dilaksanakan di luar daerah; b. Belanja hibah bantuan sosial dan belanja tidak terduga yang nilainya sampai dengan Rp. 5 Juta. (2) Pengecualian dari ayat (1) di atas, ditetapkan oleh PPKD setelah mendapat persetujuan Bupati. (3) Pengeluaran belanja yang dilakukan melalui SPP LS meliputi a. Belanja Modal; b. Belanja barang dan jasa dengan nilai pagu di atas Rp 10 juta; c. Pembayaran kepada pihak ketiga; d. Pembayaran gaji dan tunjangan penghasilan lainnya sesuai dengan Peraturan Perundang Undangan; e. Belanja bunga; f. Belanja hibah; g. Belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga yang nilainya di atas Rp. 5 Juta; dan h. Pengeluaran Pembiayaan. BAB VI UANG PERSEDIAAN Pasal 13 (1) Kepada setiap SKPD dapat diberikan uang persediaan untuk pengguna anggaran, sebagai uang muka kerja dengan cara bendahara pengeluaran mengajukan SPP UP kepada pengguna anggaran, selanjutnya pengguna anggaran menerbitkan

- 14 - SPM UP berdasarkan SPD atas permintaan bendahara pengeluaran yang dibebankan pada kode rekening bendahara pengeluaran. Uang persediaan diberikan sekali di awal tahun. (2) UP dapat diberikan setinggi tingginya : a. Maksimal Rp. 50.000.000, untuk pagu anggaran UP/GU pertahun sampai dengan Rp. 300.000.000, b. Maksimal Rp. 75.000.000, untuk pagu anggaran UP/GU pertahun diatas Rp. 300.000.000, sampai dengan Rp. 500.000.000, c. Maksimal Rp. 100.000.000, untuk pagu. anggaran UP/GU pertahun diatas Rp. 500.000.000, sampai dengan Rp. 1.000.000.000, d. Maksimal Rp. 150.000.000, untuk pagu anggaran UP/GU pertahun diatas Rp. 1.000.000.000, sampai dengan Rp. 1.500.000,000, e. Maksimal Rp. 200.000,000, untuk pagu anggaran UP/GU pertahun diatas Rp. 1.500.000.000, sampai dengan Rp. 3.000.000.000, f. Maksimal Rp. 250.000.000, untuk pagu anggaran UP/GU pertahun diatas Rp. 3.000.000.000,. (3) Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada ayat (2) ditetapkan oleh PPKD. (4) Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila besaran UP telah digunakan dan dipertanggung jawabkan sekurang kurangnya 50%. (5) Sisa UP/GU yang masih ada pada bendahara pengeluaran pada akhir tahun anggaran harus disetorkan kembali ke rekening kas daerah selambat lambatnya pada tanggal 31 Desember tahun berkenaan. BAB VII TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN Pasal 14 (1) Syarat untuk pengajuan tambahan uang persediaan adalah : a. Dalam hal UP belum mencapai 50 % sedangkan SKPD yang bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia; b. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak bisa ditunda; c. Dipertanggungjawabkan paling lambat satu bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan d. Apabila tidak habis digunakan dalam 1 bulan, maka sisa dana yang ada pada bendahara pengeluaran harus disetorkan ke rekening kas daerah. (2) PPKD dapat memberikan TUP sampai dengan Rp. 100 juta. (3) Penambahan TUP di atas Rp. 100 juta ditetapkan oleh PPKD setelah mendapat persetujuan tertulis dari Bupati. (4) Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d di kecualikan untuk : a. Kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; dan b. Kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/ KPA.

- 15 - BAB VIII PROSEDUR PENGAJUAN SPP Bagian Kesatu SPP LS Gaji dan Tunjangan Pasal 15 (1) Kelengkapan SPP LS pembayaran Gaji Induk Bulanan terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Daftar rekapitulasi gaji induk bulanan; h. Apabila terdapat perubahan keterangan pada pegawai bersangkutan, maka dilampirkan : - Fotocopy Surat Keputusan CPNS dan PNS; - Surat Keputusan Kenaikan pangkat/kenaikan gaji berkala; - Fotocopy Akta nikah; - Fotocopy Akta kelahiran/akta perceraian (apabila terjadi perceraian); - SKPP (Surat Keterangan Penghentian Pembayaran); - Surat Keterangan untuk mendapatkan tunjangan keluarga (KP 4). i. Daftar mutasi keluar/masuk PNS. SPP LS gaji induk bulanan, diterima oleh DPKD pada seksi Belanja Pegawai paling lambat tanggal 15 bulan sebelumnya. (2) Kelengkapan SPP LS pembayaran gaji susulan terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX ; dan g. Daftar perhitungan gaji susulan. (3) Kelengkapan SPP LS pembayaran kekurangan gaji terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I;

- 16 - f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Daftar perhitungan kekurangan gaji; h. Fotocopy Surat Keputusan Kenaikan pangkat, berkala, Surat Keputusan pelantikan; dan i. Surat Pernyataan menduduki jabatan dan Surat Pelantikan bagi pegawai yang menduduki jabatan. (4) Kelengkapan SPP LS pembayaran uang duka wafat/tewas terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Daftar perhitungan uang duka wafat/tewas; dan h. Surat keterangan Kematian/tewas dari pihak yang berwenang. (5) Kelengkapan SPP LS pembayaran gaji terusan terdiri dari a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; dan g. Daftar perhitungan gaji terusan. Bagian Kedua SPP LS Tambahan Penghasilan PNS Pasal 16 (1) Kelengkapan SPP LS pembayaran tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja, tempat tugas, kelangkaan profesi, tambahan penghasilan lainnya dan uang makan PNS terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; e. Salinan SPID; f. Surat Keputusan Bupati/ Pejabat yang berwenang; g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; h. Daftar perhitungan pembayaran penghasilan berdasarkan beban kerja,tempat tugas, kelangkaan profesi, tambahan penghasilan lainnya dan uang makan PNS;

- 17 - i. Daftar hadir; j. Rekapitulasi daftar hadir; dan k. Surat Setoran Pajak. (2) Kelengkapan SPP LS pembayaran retribusi atau upah pungut terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; e. Salinan SPID; f. Surat Keputusan Bupati; g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; h. Daftar perhitungan upah pungut; dan i. Surat Setoran Pajak. Bagian Ketiga SPP LS Belanja Hibah Dan Bantuan Keuangan Lainnya Pasal 17 (1) Kelengkapan SPP LS Belanja Hibah terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran VII; g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; h. Surat permohonan pencairan dana; i. Naskah perjanjian/mou ; j. Berita Acara Serah Terima Hibah; k. Fotocopy KTP; l. Surat Keputusan Bupati tentang penerima hibah; dan m. Fotocopy rekening Bank. (2) Kelengkapan SPP LS Belanja Bantuan Sosial terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran VII;

- 18 - g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; h. Surat permohonan pencairan dana; i. Berita Acara Serah Terima Bantuan Sosial; j. Fotocopy KTP; k. Surat Keputusan Bupati tentang penerima Bantuan Sosial; dan l. Fotocopy rekening bank. (3) Kelengkapan SPP LS Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Kelurahan/Desa terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran VI; g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; h. Surat permohonan pencairan dana (Pencairan tahap ke II dst harus melampirkan laporan penyerapan dana dan surat pernyataan penerimaan tahap sebelumnya); i. Surat Keputusan pengangkatan bendahara Kelurahan/ desa; dan j. Fotocopy rekening bank. (4) Kelengkapan SPP LS Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kelurahan/ Desa terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran VI; g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; h. Surat permohonan pencairan dana (Pencairan tahap ke II dst harus melampirkan laporan penyerapan dana dan surat pernyataan penerimaan tahap sebelumnya); i. Surat Keputusan pengangkatan bendahara desa; dan j. Fotocopy rekening bank. (5) Kelengkapan SPP LS Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran VII;

- 19 - g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; h. Hasil Verifikasi dari Tim Verifikasi; i. Surat permohonan pencairan dana; j. Surat Keputusan pengurus partai; dan k. Fotocopy rekening bank. (6) Kelengkapan SPP LS Belanja Tidak Terduga terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja; g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; dan h. Persetujuan Bupati atas pembebanan Belanja Tidak Terduga. Bagian Keempat SPP LS Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pasal 18 Kelengkapan SPP LS Belanja Pengeluaran Pembiayaan Daerah terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP LS sebagaimana lampiran I; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab; g. Surat Permohonan Pencarian Dana dari penerima pembayaran; h. Kuitansi sebagaimana lampiran V; i. Persetujuan Bupati atas pembebanan pengeluaran pembiayaan; dan j. Fotocopy rekening bank. Bagian Kelima SPP UP Pasal 19 (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP UP dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran melalui PPK SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan. (2) Kelengkapan SPP UP terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP UP sebagaimana lampiran II;

- 20 - b. Surat Pengantar SPP UP; c. Ringkasan SPP UP; d. Rincian SPP UP; f. Surat pernyataan dari pengguna anggaran bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD sebagaimana lampiran X; dan g. Lampiran lain yang diperlukan. Bagian Keenam SPP GU Pasal 20 (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran melalui PPK SKPD dalam rangka ganti uang persediaan. (2) Kelengkapan SPP GU terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP GU sebagaimana lampiran II; b. Surat Pengantar SPP GU; c. Ringkasan SPP GU; d. Rincian penggunaan SP2D UP/ GU yang lalu; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran VIII; g. Surat pernyataan dari pengguna anggaran bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD sebagaimana lampiran XI; h. Bukti transaksi yang sah dan lengkap; i. Fotocopy SSP lunas yang telah dilegalisir oleh PA/ KPA; j. Untuk pembayaran perjalanan dinas, harus melampirkan : 1) Surat Tugas; 2) Surat Perintah Perjalanan Dinas yang telah diketahui oleh pejabat berwenang; 3) Kuitansi Pembayaran; 4) Perhitungan Surat Perintah Perjalanan Dinas rampung; 5) Bukti bukti pengeluaran berupa tiket, boarding pass, taksi, biaya penginapan/ hotel, bukti pembelian Bahan Bakar Minyak; dan 6) Daftar Nominatif sebagaimana lampiran XXIII. k. Untuk pembayaran pemulangan pensiun harus melampirkan : 1) Surat Perintah Perjalanan Dinas; 2) Rincian Biaya 3) SK Pensiun; 4) SKPP;

- 21-5) Bukti tiket; dan 6) Bukti biaya/upah angkut barang. (3) Kelengkapan SPP GU Nihil terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP GU sebagaimana lampiran II; b. Surat Pengantar SPP GU Nihil; c. Ringkasan SPP GU Nihil; d. Rincian penggunaan SP2D UP/GU yang lalu; e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran VIII; f. Bukti transaksi yang sah dan lengkap; g. Fotocopy bukti setor pengembalian sisa Uang Persediaan; h. Fotocopy SSP lunas yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; dan i. Lampiran lain yang diperlukan. Bagian Ketujuh SPP TU Pasal 21 (1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP TU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran melalui PPK SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan. (2) Kelengkapan SPP TU terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP TU sebagaimana lampiran II; b. Surat Pengantar SPP TU; c. Ringkasan SPP TU; d. Rincian rencana penggunaan TU; f. Surat pernyataan dari pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD sebagaimana lampiran XII; g. Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang persediaan; h. Surat Persetujuan TU dari PPKD; i. Rekening Koran yang menunjukkan Saldo terakhir; dan j. Lampiran lain yang diperlukan. (3) Kelengkapan SPP TU Nihil terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP TU sebagaimana lampiran II; b. Surat Pengantar SPP TU Nihil; c. Ringkasan SPP TU Nihil; d. Rincian penggunaan SP2D TU yang lalu; e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja;

- 22 - f. Bukti transaksi yang sah dan lengkap; g. Fotocopy bukti setor pengembalian sisa tambahan uang persediaan; h. Fotocopy SSP lunas yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; dan i. Lampiran lain yang diperlukan. Bagian Kedelapan SPP LS Belanja Pegawai Pada Belanja Langsung Pasal 22 (1) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk pembayaran uang lembur terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana lampiran III; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; h. Surat Perintah Kerja Lembur; i. Daftar perhitungan dan tanda terima uang lembur sebagaimana lampiran XVIII; j. Daftar Hadir; dan k. Surat Setoran Pajak. (2) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk pembayaran honorarium/vakasi terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana lampiran III; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; h. SPK atau Surat keputusan tentang penetapan/penunjukan; i. Daftar perhitungan dan tanda terima honor/vakasi; j. Surat Setoran Pajak; dan k. Lampiran lain yang diperlukan. (3) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk pembayaran honorarium Tim/Panitia terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen sebagaimana lampiran III;

- 23 - f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; h. Surat keputusan tentang pembentukan tim/panitia; i. Daftar perhitungan dan tanda terima honor tim/panitia; j. Surat Setoran Pajak; k. Output Hasil Kerja tim/panitia; dan l. Lampiran lain yang diperlukan. (4) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk pembayaran honor narasumber/tenaga ahli terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen sebagaimana lampiran III; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; h. Surat Keputusan atau Surat Perintah Tugas sebagai narasumber/tenaga ahli; i. Daftar perhitungan dan tanda terima honor sebagai narasumber/tenaga ahli sebagaimana lampiran XIX; j. Daftar hadir; k. Surat Setoran Pajak; dan l. Lampiran lain yang diperlukan. Bagian Kesembilan SPP LS Belanja Barang/Jasa/Modal Pasal 23 (1) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk Belanja Perjalanan Dinas terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana lampiran III; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; h. Daftar Nominatif sebagaimana lampiran XXIII; i. Nota Pertimbangan yang disetujui oleh pejabat berwenang; j. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;

- 24 - k. Ringkasan Kontrak; l. Fotocopy Rekening Bank; m. Surat Tugas; dan n. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang telah diketahui Pejabat berwenang. (2) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk pembayaran biaya langganan daya dan jasa (telepon, listrik, dan air) terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana lampiran III; f. Bukti tagihan daya dan jasa; dan g. Nomor rekening Pihak Ketiga (PT. PLN, PT. telkom, PDAM, dll) (3) Kelengkapan dokumen SPP LS untuk pengadaan tanah terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana lampiran III; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; h. Fotocopy bukti kepemilikan tanah/sertifikat; i. SPPT PBB tahun transaksi; j. Surat Persetujuan harga; k. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan; l. Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual dihadapan PPAT; m. Bukti Pembayaran BPHTB; n. SSP PPh final atas pelepasan hak; o. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan p. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar. (4) Kelengkapan Dokumen SPP LS untuk Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari : a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana lampiran III; f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana lampiran IX; dan

- 25 - g. Kelengkapan lain yang perlu dilampirkan sebagai dokumen pembayaran Pengadaan barang/jasa sebagaimana tersebut pada pasal 24; pasal 25; pasal 26; dan pasal 27. BAB IX KELENGKAPAN DOKUMEN PEMBAYARAN ATAS PENGADAAN BARANG/JASA Bagian Kesatu Pengadaan Barang Pasal 24 (1) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Pengadaan Barang yang menggunakan bukti perjanjian berupa Nota atau Kuitansi terdiri dari : a. Nota transaksi; b. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV; c. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana lampiran XVII; d. Surat Setoran Pajak; dan e. Fotocopy Rekening Bank. (2) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Pengadaan Barang yang menggunakan bukti perjanjian berupa SPK/SP/Kontrak terdiri dari : a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV; b. Ringkasan kontrak sebagaimana lampiran XXIV; c. Berita Acara Pembayaran ; d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana lampiran XIV; e. Surat Setoran Pajak; f. Fotocopy Rekening Bank; dan g. Surat Pemberitahuan Denda Keterlambatan Pekerjaan dari KPA/PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan dengan melampirkan bukti setoran bank atas denda tersebut. Bagian Kedua Pekerjaan Konstruksi Pasal 25 (1) Kelengkapan dokumen pembayaran uang muka atas Pekerjaan Konstruksi terdiri dari : a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV; b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV; c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII; d. Surat Pengajuan Uang Muka dari Penyedia Jasa dengan melampirkan rincian rencana penggunaan uang muka;

- 26 - e. Fotocopy Surat Jaminan Uang Muka yang dikeluarkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Non Bank yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; f. Fotocopy rekening Bank; dan g. Surat Setoran Pajak. (2) Kelengkapan dokumen pembayaran termin atas Pekerjaan Konstruksi terdiri dari: a. Kuitansi sebagaimana lampiran IV; b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV; c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII; d. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan sebagaimana lampiran XXII; e. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana lampiran XV; f. Fotocopy Surat Keterangan Bank/ Buku rekening; dan g. Surat Setoran Pajak. (3) Kelengkapan dokumen pembayaran 100% atas Pekerjaan Konstruksi terdiri dari : a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV; b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV; c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran. XIII; d. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan sebagaimana lampiran XXII; e. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana lampiran XV f. Fotocopy Surat Jaminan Pemeliharaan yang dikeluarkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Non Bank yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; g. Fotocopy rekening Bank; h. Surat Setoran Pajak; i. Nota Perhitungan/Surat Ketetapan Pajak Daerah (pajak mineral bukan logam dan batuan); dan j. Surat Pemberitahuan Denda Keterlambatan Pekerjaan dari KPA/PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan dengan melampirkan bukti setoran bank atas denda tersebut. Bagian Ketiga Jasa Konsultasi Pasal 26 (1) Kelengkapan dokumen pembayaran uang muka atas Jasa konsultasi terdiri dari : a. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV; b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV; c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII; d. Surat Pengajuan Uang Muka dari Penyedia Jasa dengan melampirkan rincian rencana penggunaan uang muka; e. Fotocopy Surat Jaminan Uang Muka yang dikeluarkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Non Bank yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; f. Surat Setoran Pajak; dan g. Fotocopy Rekening Bank.