I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik oleh individu

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya itu sering kali menghadapi berbagai kendala. Krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia, misalnya disinyalir telah membawa dampak bertambahnya jumlah kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Kondisi ini menyebabkan semakin banyak orang yang tak mampu meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan merupakan masalah tersendiri dalam memberikan layanan pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Menurut peneliti mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, tutor/guru pengelola pendidikan, kearifan lokal masyarakat, kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa belajar untuk belajar yang lebih baik.

2 Faktor penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bermakna adalah proses evaluasi yang dapat mendorong siswa belajar untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong iklim belajar yang kondusif, sehingga melahirkan tujuan yang ingin di capai. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengatakan bahwa proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Ketentuan dari standar ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing lulusan untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta persaingan global dengan tanpa membatasi kreatifitas pada satuan pendidikan untuk melakukan pembaharuan proses pembelajaran. Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradikma pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga pendidik harus memperhatikan keragaman dan keunikan siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu semua maka seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana diterapkan dalam standar pendidikan dan tenaga pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan di sekolah yang secara langsung berdampak dengan siswa adalah pembelajaran, kita lihat sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif dengan mentransper konsep-konsep secara langsung pada siswa. Dalam pandangan ini, secara pasif siswa menyerap struktur

3 pengetahuan yang diberikan guru. Pembelajaran hanya sekedar menyampaikan fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa. Evaluasi pembelajaran akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan mendorong guru juga untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik. Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk mengetahui kefektifan pembelajaran. Keberadaan evaluasi belajar sangat diperlukan selama masih ada kegiatan pembelajaran. Evaluasi diperlukan guru saat memberikan materi serta untuk mengetahui daya serap siswa pada materi yang disajikan. Diharapkan sekolah lebih banyak memberikan pelayanan dan fasilitas kepada siswa, misalnya dengan berusaha terus menerus, dan berkesinambungan untuk melengkapi sarana dan prasarana di sekolah dalam menunjang kelancaran pembelajaran. Pihak sekolah diharapkan mengerti kebutuhan apa saja yang diperlukan guru dan siswa, dan juga memikirkan bagaimana agar pembelajaran yang terjadi dapat berkualitas dan berhasil. Demi membantu siswa mencapai berbagai kompetensi yang diharapkan, pembelajaran diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan bagi siswa mengembangkan kreativitas, dan kemandiriannya sesuai dengan bakat, minat, oleh karena itu guru hendaknya

4 merancang pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan siswa, agar pembelajaran berlangsung optimal. Penyelenggaraan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif. Dikatakan oleh BSNP, bahwa dalam penerapanya mata pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam perkembangan manusia, baik dalam hal perkembangan teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupanya maupun dalam hal penerapan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Pembelajaran IPA disekolah sebaiknya : 1) memberikan pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten dalam melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, 2) menanamkan pada siswa pentinggnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (menguji hipotesis), 3) latihan berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar IPA terutama materi kimia sebagai penerapan masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi disekeliling mereka, 4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai kemampuan IPA dalam menyelesaikan berbagai masalah kimia dalam kehidupan sehari-hari.

5 Substansi mata pelajaran IPA pada SMP merupakan IPA Terpadu dan pembelajaran IPA Terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 secara tegas dinyatakan bahwa subtansi mata pelajaran IPA pada SMP/MTS merupakan IPA Terpadu. Hal ini memberikan dampak terhadap guru yang mengajar di kelas karena guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar. Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, kemampuan mengembangkan strategi dan menejemen pembelajaran, memiliki kemampuan umpan balik (feedback) dan penguatan, dan memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Melalui pembelajaran IPA, diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

6 Akan tetapi, di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guruguru disiplin ilmu seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya. Hal demikian juga terjadi di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung, saat ini ada 6 guru IPA yang dulunya mengajar salah satu dari displin ilmu Biologi, Fisika atau Kimia secara terpisah. Kini, mereka diharuskan mengajar mata pelajaran Biologi, Fisika dan Kimia secara bersamaan dalam mata pelajaran IPA Terpadu. Berdasarkan wawancara non formal sebelumnya dengan wakil kepala bidang kurikulum menyatakan bahwa ada keluhan dari guru IPA Terpadu yang menyatakan bahwa mengalami kesulitan dalam mengajar ilmu Biologi, Kimia dan Fisika secara bersamaan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung pada hari selasa 19 November 2013, sebagian besar siswa belum memahami tentang manfaat pembelajaran IPA, sehingga selama pembelajaran sikap siswa cenderung formalitas, siswa hanya datang, duduk dan diam selama pembelajaran IPA berlangsung. Rasa senang terhadap pelajaran IPA belum terlihat selama pembelajaran. Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran masih terbatas pada beberapa siswa saja. Aspek keinginan siswa dalam pembelajaran IPA rendah. Siswa kurang memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru untuk bertanya ataupun meminta penjelasan lebih terkait mata pelajaran IPA.

7 Sekolah Menengah Pertama Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung, merupakan salah satu sekolah terbuka yang ada di Bandar Lampung, yang siswanya mempunyai latar belakang bervariasi. Latar belakang yang bervariasi/berbedabeda menyebabkan sikap, motivasi dan hasil belajar siswa beraneka ragam. Hasil observasi awal diketahui bahwa sebagian besar siswa pasif selama proses pembelajaran IPA berlangsung. Interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru masih lemah. Siswa tidak berani bertanya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya oleh guru, hanya beberapa siswa saja yang berani mengajukan pertanyaan pada materi yang belum dipahami. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA masih sangat kurang, terlihat dari sedikit sekali siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru. Data hasil belajar IPA yang dicapai siswa umumnya masih rendah sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai adalah 70. Sehingga dapat dikatakan nilai rata-rata siswa tidak mencapai KKM yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar ini menunjukkan siswa yang mengalami kesulitasn belajar. Banyak siswa yang perlu mendapat perhatian dari guru karena latar belakang siswa tersebut. Rata-rata siswa SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung sebelum masuk sekolah, pagi harinya membantu pekerjaan orang tua sehingga saat disekolah siswa sudah lelah dan tidak focus lagi dalam menerima pelajaran dari guru.

8 Tabel 1.1. Data Rekapitulasi Nilai Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPA Pada Standar Kompetensi 5 Dan Kompetensi Dasar 5.3, 5.4, Dan 5.5 Di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung No. Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Nilai Per Kompetensi Dasar KD 5.3 KD 5.4 KD 5.5 1 A 20 59,1 65,7 60,4 2 B 23 67 58 57 3 C 20 64,2 62,4 65,1 4 D 23 69 62 61 5 E 22 58,7 65,7 61,5 Hasil observasi di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung pada hari selasa 19 November 2013 terdapat beberapa aspek yang belum memenuhi proses pembelajaran IPA secara baik. Salah satunya dapat diidentifikasi melalui penyusunan RPP, hasil observasi RPP pembelajaran IPA kelas VIII kualitas penyusunan RPP masih kurang baik dan masih di bawah standar nasional pendidikan. Kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran yang tidak baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Program pembelajaran IPA di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung belum pernah dilakukan evaluasi baik secara internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengkajian evaluasi terkait dengan pembelajaran tersebut. Evaluasi ini akan memberikan gambaran dan informasi sejauh mana ketercapaian dari pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung.

9 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan permasalahan yang terurai di atas maka peneliti membuat focus penelitian mengenai evaluasi program pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran IPA 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian tersebut, rumusan masalah penelitian secara umum sebagai berikut: 1. Bagaimana ketercapaian perencanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung? 2. Bagaimana ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung? 3. Bagaimana ketercapaian penilaian hasil pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung? 1.4 Tujuan Evaluasi Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan tingkat ketercapaian perencanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung dengan standar proses Permendikna No. 41 Tahun 2007 2. Menganalisis ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung.

10 3. Menganalisis ketercapaian penilaian hasil pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan konsep, teori, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan pada kawasan evaluasi untuk memperbaiki dan memaksimalkan pelaksanaan program pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung. 1.5.2 Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat berguna dalam: 1. Memberikan informasi, bahan acuan untuk pengembangan kurikulum pendidikan di tingkat SMP. 2. Memberikan informasi dan keputusan nilai (value judgement) kepada kepala sekolah dan komite sekolah tentang pembelajaran IPA. 3. Memberikan informasi kepada orang tua/ wali murid dan masyarakat tentang pembelajaran IPA. 4. Memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang terkait, dalam pengambilan keputusan untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.