BAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ini mendorong, manajemen Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu. pelayanan dengan tarip yang bersaing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. aliran biaya dua tahap. Tahap pertama adalah pembebanan sumber daya kegiatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi sektor jasa. Banyak peluang bisnis yang muncul dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena rumah sakit memberikan pelayanan medik dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan pesaing (Baykasoglu & Kaplanoglu: 2008),

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Undang-

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing. Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ahmad Ansyori. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Abstrak

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

ANALISIS PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA RS BANYUMANIK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (survive) dan tumbuh (grow). Bertahan artinya perusahaan tidak merugi dan tumbuh artinya

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB 1 PENDAHULUAN. ini perusahaan harus memiliki keunggulan dalam menghadapi perkembangan. bertahan dan terus berkembang dalam menghadapi pesaing.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. PT. Rolimex Kimia Nusa Mas adalah perusahaan yang memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lainnya dan untuk menghasilkan value terbaik bagi

PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TIME DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING. Sedangkan Firdaus dan Wasilah (2009), berpendapat:

BAB I LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. bahan plastik dengan bahan baku titro propylenna 6531, titanlene dan afal yang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA RUMAH SAKIT TIDAR MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, seiring dengan perkembangan dunia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan terhadap masyarakat. Dalam hal ini, pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan analisis terdapat data

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 5

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

BAB 1 PENDAHULUAN. tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri elektronik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan otonomi daerah saat ini menuntut rumah sakit untuk melakukan perubahan radikal. Perubahan secara radikal dari manajemen biaya tradisional ke sistem manajemen biaya modern, dengan pengelolaan aktivitas berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam menilai kinerja dan efisiensi sebagai dasar perencanaan strategis berbasis fakta dan kondisi riil di lapangan (Heru, 2009). Perubahan yang ada harus menyentuh segi kualitas pelayanan yang dibarengi dengan peningkatan efisiensi. Pencapaian efisiensi dari sisi biaya, adil dan bermutu dari sisi layanan. Prinsip keadilan, efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan mempunyai implikasi rumah sakit harus mampu dalam pengelolaan biaya secara komprehensif, untuk mencapai efisiensi harus didukung dengan informasi biaya, dan informasi operasi untuk memberdayakan personel organisasi dalam pengelolaan aktivitas dan pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi biaya merupakan suatu sistem informasi yang mengolah masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan yang diolah oleh sistem informasi adalah data operasi dan data keuangan, sedangkan keluaran yang dihasilkan adalah informasi biaya dan informasi lain yang berkaitan dengan penyebab timbulnya biaya yaitu aktivitas (Mulyadi, 2007).

Tujuan menerapkan konsep manajemen modern berdasarkan Activity Based Costing (ABC) dengan pengelolaan aktivitas berbasis unit adalah agar rumah sakit bisa memperoleh keuntungan yang cukup tanpa meninggalkan mutu dan tetap memperhatikan pelayanan kepada pasien. Peningkatan kesehatan keuangan rumah sakit bisa diperoleh dengan dua arah yaitu peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya. Peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan perluasan pasar layanan berupa penambahan jumlah pasien dengan peningkatan mutu layanan yang berkesinambungan, sedangkan efisiensi dengan cara melakukan kontrol biaya yang terjadi dalam setiap pelayanan yang diberikan tanpa meninggalkan mutu layanan (Dewi, 2011). Biaya merupakan satu - satunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual. Suatu rumah sakit dalam penetapan tarif yang hanya berdasarkan pada perkembangan trend tarif pesaing dan belum memperhitungkan biaya satuan sebagai batas bawah tarif, dapat menimbulkan tarif yang ditetapkan berada di batas bawah atau merugi. Pengendalian terhadap biaya dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, sistem akuntansi biaya yang praktis serta akurat menjadi sangat penting. Akuntansi biaya dalam manajemen tradisional didesain untuk manufaktur tapi manajemen biaya modern didesain untuk semua jenis organisasi termasuk perusahaan jasa (Mulyadi, 2007 ). Analisis biaya di rumah sakit pemerintah semakin penting sejalan dengan kebijakan pengembangan rumah sakit. Analisis biaya untuk menentukan biaya satuan (unit cost), yang berguna untuk dasar perencanaan anggaran, efisiensi biaya

serta untuk menentukan tarif rumah sakit dengan mempertimbangkan Ability to pay (ATP) maupun Willengness to pay (WTP) masyarakat sekitar serta tarif pesaing yang setara. Kebijakan penetapan tarif tidak terlepas dari dasar fungsi rumah sakit sebagai unit sosio ekonomi. Analisis biaya melalui perhitungan biaya perunit (unit cost) dapat dipergunakan rumah sakit sebagai dasar pengukuran kinerja, dasar penyusunan anggaran dan subsidi, serta acuan dalam mengusulkan tarifpelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau oleh masyarakat (Hidhayanto, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 dan perubahannya yang tertuang dalam PP Nomor 74 tahun 2012 yang dikeluarkam oleh Departemen Keuangan tentang Badan Layanan Umum (BLU), Permendagri No 61 tahun 2007 tentang tentang Badan layanan Umum Daerah (BLUD) menuntut rumah sakit harus berbenah terutama dari sisi keuangan dan akuntablitasnya. Jasa pelayanan yang bermutu, harga relative murah dan bermanfaat.untuk mengakomodir akuntabilitas dalam penentuan tarif layanan rumah sakit, perhitungan unit cost menjadi suatu yang urgent sehingga keputusan yang diambil mempunyai dasar yang kuat, serta dapat digunakan sebagai rencana bisnis yang merupakan jembatan menuju keberhasilan suatu organisasi (Hidhayanto, 2009). Perhitungan biaya per unit (unit cost) bertujuan tersedianya dokumen biaya satuan dari setiap jenjang pelayanan dan kelas perawatan, perhitungan unit cost merupakan informasi biaya yang bisa digunakan sebagai alat penentu kebijakan manajemen dalam penentuan tarif rumah sakit.

Unit cost merupakan alat untuk menghasilkan informasi guna menciptakan daya saing, mutu tinggi, biaya rendah, tepat waktu. Persaingan yang ada saat ini menuntut Rumah Sakit untuk menerapkan konsep- konsep manajemen modern seperti layaknya organisasi bisnis sehingga memungkinkan menjadi organisasi bisnis cost effective, dengan tanpa meninggalkan mutu dan fungsi sosial menuntut adanya jaminan bahwa subsidi yang diberikan telah dimanfaatkan dengan efisien (Heru, 2009). Activity Based Costing (ABC) merupakan salah satu metode dalam perhitungan biaya per unit. Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem informasi biaya tentang fakta (informing) dan memberdayakan (empowering) manajemen serta karyawan dalam pengurangan biaya dan pemperkiraan biaya secara andal, sistem ABC akan memberikan informasi biaya yang mampu menyediakan fakta yang terkait dengan terjadinya biaya (Bastian, 2009). Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu alternative penentuan harga pokok produk atau jasa. ABC sistem merupakan sistem informasi tentang pekerjaan (aktivitas) yang mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen.kompleksitas akan banyaknya variasi sistem pemberian pelayanan dapat terbaca melalaui ABC. ABC sebagai metodologi pengukuran biaya dan kinerja atas aktivitas, sumber daya, dan objek biaya memiliki dua elemen utama, yaitu pengukuran biaya dan pengukuran kinerja (Heru,2009). Keyakinan dasar yang melandasi sistem Activity Based Costing (ABC) yaitu timbulnya biaya pasti ada penyebabnya dan penyebab terjadinya biaya adalah aktivitas. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya

menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.penyebab terjadinya biaya dapat dikelola, melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya (Bastian,2009). Pertimbangan lainya kenapa sistem ABC ini lebih banyak diterapkan di bidang pelayanan kesehatan, karena persaingan dalam bidang kesehatan akan sangat terpicu oleh produktivitas dan efisiensi, salah satunya adalah rumah sakit. Penentuan unit cost dalam analisis biaya di rumah sakit diperlukan untuk menentukan tarif yang sesuai dengan biaya yang benar- benar terjadi (Heru,2009). Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan biaya pokok produk. Metode Activity Based Costing (ABC) dinilai dapat mengukur secara cermat biaya- biaya dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan overhead, sehingga metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya yang lebih akurat (Depkes, 2001). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Achmad Mochtar Bukittinggi merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sebelumnya merupakan Rumah Sakit Unit Swadana pada awal 2010 telah berubah menjadi Badan Layanan Umum, yang diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Kelas B

pendidikan dengan Visi Menjadikan RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai tempat Tujuan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas dan Terjangkau di kawasan Regional Sumatera. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Achmad Mochtar Bukittinggi mempunyai beberapa fasilitas pelayanan yaitu pelayanan medik spesialistik dasar, pelayanan spesialistik, pelayanan sub spesialistik dan pelayanan penunjang medis. Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan salah satu pelayanan penunjang medik dalam pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit yang terintegrasi dengan kegiatan lainnya, mempunyai peranan penting dalam mempercepat pencapaian tingkat kesehatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit meliputi penyelenggaraan makanan, pelayanan gizi diruang rawat inap, konsultasi dan penyuluhan gizi serta penelitian dan pengembangan gizi bidang terapan (Depkes, 2010). Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2011). Menurut Depkes (1991) Biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit kurang lebih 30-40 % dari biaya pengelolaaan rumah sakit. Biaya ini diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan pelayanan gizi dan kepuasan pasien sehingga dapat memberikan citra

yang baik pada rumah sakit. Menurut Akmal (2005), lebih dari 20% biaya operasional rumah sakit dipergunakan bagi biaya penyelenggaraan makanan. Biaya makan merupakan komponen mayoritas dari manajemen keuangan rumah sakit. Pembiayaan makanan di rumah sakit merupakan kompetensi gizi bidang penyelenggaraan makanan dalam mengelola sumber daya pelayanan gizi dari segi biaya, sumber daya manusia dan fasilitas penyelenggaraan makanan. Pada umumnya Instalasi Gizi rumah sakit belum melakukan analisis biaya makanan secara menyeluruh untuk memperoleh biaya satuan normative tetapi hanya menganalisa biaya bahan makanan saja (actual unit cost) yang berada dalam pengendaliannya, Akmal (2005). Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (Lakip) tahun 2011, perhitungan biaya makan hanya berdasarkan indeks biaya makan dengan rumus jumlah rata- rata pasien perhari di kali jumlah hari dalam satu tahun di kali indeks perkelas perawatan. Tidak menghitung secara keseluruhan kegiatan penyelenggaraan makanan, sehingga instalasi gizi sulit untuk menentukan jasa pelayanan. Instalasi gizi merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan langsung terhadap pasien. Perhitungan indek biaya makan instalasi gizi mengacu pada biaya penggunanan bahan makanan yang berada dalam pengendalian Instalasi gizi, tanpa menghitung biaya tidak langsung (overhead) biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan, sehingga kita tidak mengetahui secara detail apakah penggunaan anggaran telah sesuai atau mengalami kerugian, sehingga tidak diketahui Instalasi Gizi sebagai cost center atau reveneu center.

Perhitungan biaya makan yang berlaku selama ini mempunyai kelemahan, yaitu belum bisa menggambarkan biaya yang sebenarnya, karena hanya bepedoman pada perhitungan indeks makan. Menurut Aritonang (2011), perhitungan biaya makan dalam penyelenggaraan makan terdiri dari (1) biaya bahan makanan, (2) tenaga kerja langsung,(3) overhead.tabel indeks biaya makan dan jumlah porsi yang disediakan dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Indeks Biaya Makan Pasien RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2011 No. Kelas Perawatan Indeks Makan 1. VIP I Rp 60.500,- 2. VIP II Rp 32.100,- 3. Kelas I Rp 25.500,- 4. Kelas II Rp 20.600,- 5. Kelas III Rp 17.800,- Sumber : Laporan Tahunan Instalasi Gizi Tahun 2011 Berdasarkan pertimbangan diatas maka analisis biaya dengan metode Activity Based Costing di harapkan bisa memberikan informasi yang jelas untuk mengontrol pembiayaan dan selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan tarif pelayanan makanan mau pun tarif pada pasien rawat inap. 1.2 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada penghitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien per kelas perawatan berdasarkan Activity Based Costing (ABC), dengan membandingkan perhitungan biaya makan yang sedang berjalan saat ini di Instalasi Gizi RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi.

1.3 Perumusan Masalah Bagaimana perhitungan biaya satuan (unit cost) makanper porsi pasien rawat inap RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi berdasarkan Activity Based Costing (ABC). 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui dan menganalisis biaya satuan (unit cost) makan pasien berdasarkan Activity Based Costing (ABC) di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Menghitung biaya satuan (unit cost) makan pasien RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi berdasarkan metode Activity Based Costing(ABC) 1.4.2.2 Menganalisis perbedaan perhitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi dengan mengunakan metode Activity Based Costing(ABC) 1.4.2.3 Menganalisis kelebihan dan kekurangan perhitungan biaya makan yang ada pada RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi saat ini di bandingkan dengan metode Activity Based Costing(ABC) 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Rumah Sakit Memberikan masukan dalam Manajemen Sistem Penyelengaaran Makanan Institusi (MSPMI) Gizi rumah sakit di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi dalam perhitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien.

1.5.2 Bagi institusi Pendidikan Menambah referensi dan pengembangan bagi penelitian selanjutnya sehubungan dengan perhitungan biaya satuan (unit cost) makan pasien. 1.5.3 Bagi Peneliti Kontribusi dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di Program Pascasarjana Uviversitas Andalas.