BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. gejala,menjelaskannya,dan mengambil manfaat dari pengetahuannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

ARTIKEL ILMIAH KABUPATEN BATANGHARI. Oleh: NURHAYATI NIM : A1D109167

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses

Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari sesuatu, kita akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MONTESSORI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan karena dianggap sebagai alat pengubah taraf hidup manusia dari

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Selain itu menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari

WIGATININGSIH NIM : A54C090028

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUASANA PEMBELAJARAN YANG BAIK Oleh : Erwin Tanur, M.Si Widyaiswara Muda Pusdiklat BPS RI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB II KAJIAN TEORI. diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. (Slameto, 2003) berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan.

PENDAHULUAN. Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang. dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka bidang pendidikan. seharusnya bergerak lebih agresif dan inovatif dalam menggali dan

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Sikap Belajar Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui, pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri siswanya sedangkan belajar adalah proses perubahan sikap. Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto : 2007 : 84) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Selanjutnya Gagne (dalam Purwanto : 2007 : 84) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan menpengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tersebut. Sedangkan menurut Djamarah (2011:201) berpendapat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto (2010 : 189) sikap belajar adalah kecenderungan bertindak dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu. Perubahan sikap belajar dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap belajar merupakan kecenderungan pola tingkah laku individu untuk berbuat sesuatu dengan cara tertentu dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. 2.1.2 Aspek-Aspek Sikap Belajar Menurut Azwar (2007 : 25) sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu: a. Aspek kognitif Aspek kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Aspek afektif Aspek afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Aspek konotatif Aspek konotatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek sikap belajar terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Apabila ketiga aspek itu ada yang tidak selaras atau tidak konsisten satu sama lain, maka akan menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sampai konsistensi dapat tercapai kembali sehingga sikap yang semula negatif dapat berangsur-angsur berubah menjadi positif sedangkan aspek-aspek sikap belajar yang di gunakan pada indikator instrument sikap belajar siswa yakni: toleransi siswa terhadap orang lain, kebersamaan dan gotong-royong, rasa kesetiakawanan dan kejujuran siswa.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Belajar Siswa Azwar (2007 : 22) mengemukakan bahwa perubahan sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena ada kecenderungan sikap-sikap untuk bertahan. Ada banyak hal yang menyebabkan sulitnya mengubah sikap, antara lain: a. Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan; manusia selalu ingin mendapatkan respon dan penerimaan dari lingkungan, dan karena itu ia akan berusaha menampilkan sikap-sikap yang dibenarkan oleh lingkungannya; keadaan semacam ini membuat orang tidak cepat mengubah sikapnya; b. Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang misalnya ( egodefensive ); c. Bekerjanya asas selektivitas; Seseorang cenderung untuk tidak mempersepsi data-data baru yang mengandung informasi yang bertentangan dengan pandangan- pandangan dan sikap-sikapnya yang telah ada; kalaupun sampai dipersepsi, biasanya tidak bertahan lama, yang bertahan lama adalah informasi yang sejalan dengan pandangan atau sikapnya yang sudah ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap belajar siswa yakni adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan, adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang dan bekerjanya asas selektivitas.

2.1.4 Hakikat Minat Belajar Rusyan (dalam Sagala: 2008: 55) mengemukakan kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh antara lain minat belajar, bakat khusus, taraf kecerdasan, serta tingkat kematangan dan jenis intensitas dari bahan yang dipelajari. Minat menurut Ahmadi (2004 : 137) merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang lahir atas kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Sementara menurut Syah (2012: 124) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Djamarah (2011: 241) mengemukakan minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat belajar menurut Slameto (2010:180) adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang dituntutnya. karena minat belajar merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kaitannya dengan belajar. Djamarah (2011: 242) menyatakan bahwa minat belajar adalah kunci dalam proses pembelajaran. Bila siswa telah berminat terhadap kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan proses belajar mengajar akan belajar dengan baik. Dengan demikian, maka tahap awal suatu proses belajar mengajar hendaknya dimulai dengan usaha membangkitkan minat. Minat harus senantiasa

dijaga selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena minat itu mudah sekali berkurang atau hilang selama proses belajar mengajar. Jadi, dapat disimpulkan minat belajar merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kaitannya dengan belajar. Minat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. 2.1.5 Aspek-aspek Minat Menurut Hurlock (2009) dalam http//kabar-pendidikan.blogspot.com (diakses 17-03-2013) aspek-aspek minat adalah sebagai berikut: a. Aspek kognitif Didasarkan pada konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. b. Aspek afektif Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan dibentuk oleh dua aspek yaitu kognitif dan afektif berupa sikap, kesadaran individual, perasaan senang, arah kepentingan individu, adanya ketertarikan yang muncul dari dalam diri dan berpartisipasi terhadap apa yang diminati dan aspek-aspek minat yang di gunakan sebagai indikator pada

instrument minat menyelesaikan tugas siswa yakni (1) memiliki kemauan yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, (2) memiliki perhatian penuh saat proses pembelajaran berlangsung, (3) bergairah dalam mengikuti pembelajaran. 2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yang dikemukakan oleh Uno (2009: 45) dalam kaitannya dengan kondisi dan asas untuk belajar yang berhasil: (1) Sasaran Belajar Besar kemungkinan bahwa proses belajar akan berhasil dengan baik apabila sasaran dinyatakan dengan jelas, dan pada awal pokok bahasan atau satuan pelajaran,siswa diberi tahu tentang sasaran khusus yang akan dicapai. Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan mengingatnya dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar ditulis dengan cermat dan disusun secara bersistem. (2) Susunan Bahan Ajar Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan yang bermakna. Kemudian bahan tersebut harus di sajikan pada siswa dalam beberapa bagian; banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan, dan kesulitannya. Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memasukan pengetahuan atau proses secara pribadi.

(3) Perbedaan Individu Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Bukti menunjukan bahwa seagian siswa dapat mencapai sasaran yang dipersyaratkan dengan cara yang paling memuaskan apabila mereka, dengan menggunakan bahan yang tepat, diperbolehkan belajar menurut kecepatan masing-masing. (4) Motivasi Sardiman (2011 : 83) motivasi merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan. Seseorang mau belajar apabila memang terjadi proses pembelajaran. Keinginan seperti ini akan timbul apabila: (a) pengajaran dipersiapkan dengan baik sehuingga dirasakan penting dan menarik untuk siswa, (b) tersedia berbagai pengalaman belajar, (c) siswa mengetahui bahwa bahan yang akan dipelajari akan digunakan sesegra mungkin, dan (d) pengakuan tentang keberhasilan belajar diberikan untuk mendorong belajar selanjutnya. (5) Balikan Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau ditingkatkan apabila siswa diberitahu secara berkala tentang kemajuan mereka. Balikan memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar, memberitahukan kesalahan dan memperbaiki proses belajar yang salah. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan penguatan.

(6) Latihan dan Pengulangan Agar suatu fakta atau keterampilan menjadi bagian yang kuat dari datar pengetahuan siswa, maka dibutuhkan lebih dari satu pengajaran. Pengelesaian latihan tertulis, latihan berulang-ulang dalam suasana nyata, atau latihan beruntun untuk maksud menghafal, akan dapat mencapai tahap kelebihan belajar. Hasilnya adalah kemampuan mengingat dalam jangka panjang. Latihan menjadi sangat efektif apabila dilakukan dalam jangka waktu tertentu. (7) Penguatan Dengan memperoleh pengesahan (balikan) tentang jawaban yang dipandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar yang didorong oleh keberhasilan menimbulkan kepuasan dan percaya diri. Tanggapan yang mendapat tanggapan positif cenderung akan timbul berulang-ulang apabila siswa menghadapi suasana yang mirip atau sama. (8) Urutan Kegiatan Belajar Tugas atau tata cara yang rumit dapat dipelajari dengan lebih efektif apabila peragaan dan latihan diberikan secara terpadu. Pelatihan dimaksudkan untuk melatihkan bagian-bagian dari tugas atau tatacara tersebut. Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dengan pelatihan, antara lain: (a) memperagakan seluruh tata cara langsung atau dari film atau video, (b) memperagakan kembali bagian pertama, (c) memberi kesempatan pada siswa untuk melatih bagian pertama tata cara tersebut, d) memperagakan

bagian kedua; e) mamperagakan bagian ketiga; f) memberikan kesempatan untuk melatih bagian pertama, kedua dan ketiga, dan seterusnya. Disarankan untuk memberikan ujian kemampuan akhir mengenai keseluruhan tugas yang diselesaikan. (9) Penerapan Hasil penting dari kegiatan belajar adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk menerapkan atau memindahkan apa yang telah dipelajarinya kepada masalah atau situasi baru. Apabila siswa tidak dapat melakukan hal ini berarti pemahaman yang mendalam belum diperoleh siswa tersebut. Pertama, siswa harus telah terbantu menemukan rampatan (konsep, kaidah, asa) yang berhubungan dengan pokok bahasan atau tugas. Kedua, kesempatan harus diberikan kepada siswa untuk bernalar untuk menerapkan rampatan ke berbagai jenis tugas atau masalah yang nyata dan baru.agar dapat menggunakan azas ini, harus ditulis, dicari, atau diciptakan masalah dan situasi nyata yang belum dikenal siswa atau berbeda dalam beberapa hal dengan digunakan selama pengajaran dan pelatihan. Kemudian, setiap menghadapi situasi baru, siswa harus mengenal unsur yang mirip dengan yang ditemukan dalam rampatan tersebut dan mengambil tindakan yang sesuai. (10) Sikap Mengajar Sikap positif yang diperlihatkan pengajar dan asisten terhadap mata ajar yang disajikan pada siswa dan terhadap metode pengajaran yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan sikap siswa terhadap suatu program

pengajaran. Sudah merupakan keharusan bahwa setiap orang yang terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan suatu program pengajaran memperlihatkan kegairahan, kerjasama, kesediaan menolong dan minat terhadap bahan ajar. Apabila siswa merasakan atau benar-benar melihat ungkapan atau sikap positif seperti itu, siswa akan cenderung bertingkah laku positif. Hasilnya dapat sangat mendukung keberhasilan program pengajaran tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempenaruhi minat belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu sasaran belajar, susunan bahan ajar, perbedaan individu, motivasi, balikan, latihan dan pengulangan, penguatan, urutan kegiatan belajar, penerapan dan sikap mengajar. 2.1.7 Perlunya Minat dalam Aktifitas Belajar Sering tidak disadari bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam aktivitas belajar. Minat merupakan unsur pendorong yang kuat yang sering menjadi alasan seseorang mengapa ia melakukan sesuatu. Di dalam belajar minat sangat diperlukan. Sebab, jika aktiviatas belajar seseorang yang didasari oleh adanya minat maka akan menimbulkan suasana batin yang sangat kondusif dalam belajar. Berikut kiat-kiat praktis untuk meningkatkan minat belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak menurut Syah (dalam Djamarah : 2011 : 22) sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan tanpa stres (Rileks) Anak tidak bias belajar efektif dalam keadaan stres. Syaratnya pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendorong dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa perasaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stress bagi anak, dibutuhkan profesionalisme seorang guru. Pengelolaan kelas, penyediaan fasilitas belajar yang menarik mampu membuat anak merasa nyaman dan tanpa beban dalam belajar. b. Manfaat sarana bermain untuk belajar Faktor emosi sangat penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan, ketika suatu pelajaran melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Untuk itu dibutuhkan kreatifitas guru dan orang tua untuk menciptakan permainanpermainan yang akan menjadi wadah dan sarana anak untuk belajar, misalnya melalui drama, warna, humor, dan lain-lain. c. Pakailah seluruh dunia sebagai ruang kelas Ubalah segalah sesuatu yang ada disekitar kita menjadi pengalaman belajar. Artinya bahwa kegiatan belajar dapat dilakukan dimana, kapan dan oleh siapa saja dan segala fasilitas belajar dapat diperoleh pada lingkungan. d. Pentingnya dorongan positif Anak sejak usia dini rata-rata menerima uraian komentar negatife untuk satu dorongan positif yang diterimanya. Tingkat perbandingan dorongan positif dan dorongan negatif di Indonesia akan jauh lebih besar. Kebanyakan kita

dibesarkan dalam lingkungan dengan komentar negatif yang lebih banyak dari positif. Pada hal dorongan positif memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengembangkan rasa percaya diri anak dan memacu semangat agar anak berprestasi. Di dalam keluarga yang lebih banyak memberikan komentar negatif, sekiranya kita lebih berhati-hati agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama pada anak-anak kita. e. Cinta adalah resep penting dalam pendidikan anak Cinta merupakan resep yang paling penting dalam dinia pendidikan anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah factor utama dalam mendukung perkembangan seutuhnya. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peningkatan minat belajar siswa sesungguhnya harus memperhatikan kondisi riil yang ada sehingga melahirkan ide-ide untuk desain pembelajaran yang membuat anak-anak senang dan membutuhkan aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. 2.1.8 Fungsi Minat Dalam Belajar Menurut Syah (dalam Djamarah : 2011 : 22) fungsi minat dalam belajar adalah sebagai berikut : 1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta dan perhatian yang dipaksakan. Perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan yang tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang sedang

perhatian yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang dan kelangsungannya. 2. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar. 3. Minat mencegah gangguan perhatian di luar Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain yang diamatinya. 4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan Minat bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran yakni daya mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya.

5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri. Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian. Kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang daripada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya. 2.2 Hubungan Minat Belajar dan Sikap Belajar Dalam proses pembelajaran bukan saja aspek kognitif yang diperhatikan tetapi minat dan sikap belajar perlu dipahami dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sagala (2008:57) mengemukakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran. Minat belajar perlu difasilitasi oleh guru, karena hal ini akan berdampak pada aspek yang lainnya seperti konsentrasi, ketekunan, dan keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran dan perubahan sikap dapat diamati selama mengikuti proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan dan konsistensi terhadap sesuatu. Jika didalam aktivitas belajar seseorang didasari oleh adanya minat maka akan menimbulkan suasana hati yang kondusif dalam belajar. Belajar akan selalu didukung oleh suasana kegembiraan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa terbebani oleh adanya kesulitan yang harus dipahami dalam pembelajaran.

Seseorang yang penuh minat belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan. Upaya menumbuhkan minat belajar siswa selain harus diemban oleh guru mata pelajaran juga menjadi salah satu tugas pokok guru bimbingan konseling. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar memanfaatkan waktu belajar dengan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh nilai yang baik pada setiap topik pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya bertugas menyajikan materi, melainkan menumbuhkan minat belajar yang positif kepada siswanya. Dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan minat belajar dengan sikap belajar siswa. Sehingga secara teoritis semakin tinggi minat belajar, maka semakin tinggi sikap belajar siswa. 2.3 Hipotesis Berdasarkan kajian teori diatas, dirumuskan hipotesis penelitian Terdapat hubungan minat belajar dengan sikap belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo.