Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

Tinjauan Mengenai Flu Burung

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

Mengapa disebut sebagai flu babi?

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

Proses Penyakit Menular

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

Bab I. Pendahuluan. Model Penyebaran Avian Flu Hendra Mairides

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

KENALI FLU BABI DAN DIRI ANDA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

WALIKOTA TASIKMALAYA

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

GUBERNUR MALUKU UTARA

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

ANALISA KESTABILAN MODEL DINAMIK PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN BURUNG SKRIPSI. Oleh : Septiana Ragil Purwanti J2A

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

Transkripsi:

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in WHO website, within permission. Any further reproduction of this material should be requested directly to WHO. Oleh beritaiptek.com Merebaknya penularan penyakit flu burung atau "Avian Influenza" kepada manusia belakangan ini, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat di Indonesia. Berbagai pertanyaan yang terkait dengan penyakit flu burung sering muncul. Berikut ini terangkum berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dibagi ke dalam 3 bagian tulisan : pertama, berisi tentang apa dan bagaimana Avian Influenza itu, sejarah penyebaran dan pengendaliannya di hewan, serta dampaknya terhadap perekonomian ; kedua, berisi tentang situasi sekarang penyebaran Avian Influenza dan penularannya pada manusia ; ketiga, berisi tentang pengendalian penyebaran penyakit ini pada manusia. Pada bagian pertama tulisan ini, terfokus pada apa dan bagaimana Avian Influenza itu, sejarah penyebaran dan pengendaliannya di hewan, serta dampaknya terhadap perekonomian : Apakah Avian Influenza itu? Avian influenza, atau "flu burung" adalah penyakit menular pada hewan yang disebabkan oleh virus dan umumnya menyerang burung dan sedikit di antaranya menyerang babi. Karena semua spesies burung diperkirakan mudah terkena infeksi, maka peternakan unggas khususnya lebih rentan terinfeksi dan secara cepat menjadi epidemik. Penyakit pada burung ini mempunyai dua jenis. Yang pertama menyebabkan gejala yang sedang, kadang hanya menunjukkan pengerutan bulu-bulu atau mengurangi produksi telur. Yang perlu diperhatikan justru yang jenis kedua, yang dikenal dengan Avian Influenza patogenik tinggi ("highly patogenic Avian Influenza"). Bentuk ini pertama kali ditemukan di Italia pada tahun 1878, sangat menular pada burung dan sangat fatal, dengan tingkat kematian mencapai 100%. Burung langsung mati pada hari yang sama dengan gejala penyakit muncul. Apa yang bisa dilakukan untuk mengendalikannya pada burung? Pengendalian yang paling penting yaitu pemusnahan secara cepat "rapid destruction" seluruh burung yang terindikasikan atau telah diketahui secara pasti tertular, mengurus bangkai secara baik, mengarantina dan memberikan disinfektan di areal peternakan. Virus dapat terbunuh oleh panas (56 derajat Celsius selama 3 jam atau

60 derajat Celsius selama 30 menit), dan disinfektan umum, seperti formalin dan senyawa yodium. Virus mampu bertahan pada suhu dingin, pada kotoran yang terkontaminasi sekurangnya selama tiga bulan. Di dalam air, virus mampu bertahan selama empat hari pada suhu 22 derajat Celsius dan lebih dari 30 hari pada suhu 0 derajat Celsius. Pada jenis patogenik tinggi, penelitian menunjukkan bahwa satu gram kotoran yang terkontaminasi, dapat mengandung virus yang cukup untuk menyerang 1 juta ekor burung. Apa konsekuensi berjangkitnya penyakit dalam peternakan? Berjangkitnya penyakit "Avian Influenza", khususnya patogenik tinggi, dapat merusak industri peternakan dan merugikan peternak. Sebagai contoh berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi di USA pada tahun 1983-1984, sebagian besar di dalam wilayah Negara Bagian Pensylvania, menyebabkan musnahnya lebih dari 17 juta ekor burung dengan kerugian mencapai 65 juta dolar Amerika. Konsekuensi kerugian ekonomi yang lebih besar dapat dialami khususnya bagi negara berkembang yang bergantung kepada industri peternakan sebagai salah satu sumber pendapatannya dan juga kerugian pangan, serta dapat menggagalkan upaya pengentasan kemiskinan peternak dan keluarganya. Ketika berjangkitnya penyakit ini semakin menyebar keseluruh wilayah di suatu negara, pengendalian akan semakin sulit dilakukan. Sebagai contoh, berjangkitnya penyakit ini di Meksiko sejak tahun 1992, yang sulit ditangani hingga 1995. Dengan alasan seperti ini, otoritas pemerintahan biasanya mengambil langkah darurat yang agresif untuk mengendalikan jumlah penyakit saat mulai terdeteksi berjangkitnya penyakit ini. Bagaimana cara penyebaran berjangkitnya Avian Influenza dalam sebuah negara? Dalam sebuah negara, penyakit menyebar secara mudah dari lahan peternakan satu ke lahan peternakan yang lainnya. Virus dikeluarkan dalam jumlah besar dari tetesan sekresi burung, mencemari debu dan tanah. Virus yang berterbangan di udara menyebarkan penyakit ini dari satu burung ke burung yang lainnya, menyebabkan infeksi saat virus tersebut terhirup. Peralatan, kendaraan, pakan, kandang atau pakaian (terutama sepatu), dapat membawa virus tersebut dari satu lahan peternakan ke lahan peternakan yang lainnya. Virus dapat pula terbawa oleh kaki dan badan hewan, seperti tikus, bertindak sebagai "vektor mekanis" untuk menyebarkan penyakit ini. Beberapa bukti-bukti yang terbatas menemukan bahwa lalat pun dapat menjadi vektor mekanis ini. Tetesan sekresi dari burung liar yang terinfeksi, dapat membawa virus kepada peternakan unggas komersial dan lingkungannya. Resiko terbesar infeksi dari burung liar ke peternakan domestik terjadi pada unggas

domestik yang dipelihara di alam terbuka, mengonsumsi suplai air yang sama dengan burung liar, atau menggunakan suplai air yang diduga tercemar oleh tetesan sekresi dari burung liar yang terinfeksi. Selain itu "Pasar Becek", di mana burung-burung diperjualbelikan dalam kondisi penuh sesak dan kadangkala dalam kondisi sanitasi yang tidak baik, dapat juga menjadi sumber lain penyebaran penyakit. Bagaimana cara penyebaran penyakit dari satu negara ke negara lainnya? Penyakit ini dapat menyebar dari satu negara ke negara lainnya melalui perdagangan ternak hidup. Migrasi burung, termasuk burung air, burung laut, dan burung pantai, dapat membawa virus dalam jarak jauh dan pada masa lalu dapat menyebabkan penyebaran internasional Avian Influenza patogenik tinggi. Migrasi burung air, umumnya bebek liar, merupakan sumber alami virus flu burung, dan burung jenis ini paling tahan terhadap infeksi. Burung jenis ini dapat membawa virus dalam jarak yang sangat jauh dan mengeluarkannya melalui tetesan ekskresi, dan hanya menyebabkan sedikit pengaruh dan gejala penyakit jangka pendek pada mereka. Meskipun demikian, bebek-bebek domestik lebih rentan bahkan fatal apabila terinfeksi, demikian juga ayam kalkun, angsa, dan beberapa spesies yang diternakkan di sekitar lahan pertanian. Bagaimanakah situasi saat ini? Sejak pertengahan Desember 2003 sejumlah negara-negara di Asia telah melaporkan berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi pada ayam dan bebek. Selain itu pula telah dilaporkan infeksi penyakit ini pada beberapa spesies burung liar dan babi. Penyebaran yang sangat cepat dari Avian Influenza patogenik tinggi ini, dengan kejadian berjangkitnya secara bersamaan di beberapa negara, memang tidak diperkirakan sebelumnya, serta menjadikan keprihatinan yang besar terhadap kesehatan manusia dan pertanian. Dalam hal resiko terhadap kesehatan manusia, perlu secara khusus diwaspadai keberadaan strain patogenik tinggi yang dikenal dengan "H5N1", yaitu penyebab utama berjangkitnya penyakit ini. H5N1 telah melampaui batasan spesies, menyebabkan penyakit yang serius pada manusia, dalam dua kejadian beberapa waktu yang lalu dan saat ini terulang kembali, dan menambah korban sedikit demi sedikit di Vietnam, Thailand dan Indonesia. Mengapa begitu mengkhawatirkan situasi berjangkitnya penyakit ini sekarang ini?

Pejabat kesehatan publik diperingatkan oleh berjangkitnya penyakit ini yang tanpa diperkirakan sebelumnya di peternakan dengan beberapa alasan. Pertama, meskipun tidak semuanya, umumnya berjangkitnya penyakit yang berat, seperti berbagai laporan yang terjadi di Asia, telah disebabkan oleh strain patogenik tinggi H5N1. Ada bukti kuat bahwa strain ini memiliki kemampuan unik untuk melampaui batas spesies dan menyebabkan penyakit yang serius, dengan tingkat mortalitas tinggi pada manusia. Kedua, dan kekhawatiran yang lebih besar yaitu situasi sekarang ini, dapat menambah parah jenis influenza yang pandemik hanya pada manusia. Peneliti-peneliti mengetahui bahwa virus-virus Avian Influenza dan influenza pada manusia dapat bertukar gen ketika seseorang secara simultan terinfeksi oleh kedua virus tersebut. Proses tukar-menukar gen dalam tubuh manusia ini dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya jenis virus influenza baru, yang masih sedikit dimiliki oleh manusia yang mempunyai kekebalan alami. Lebih jauh, keberadaan vaksin yang dikembangkan setiap tahun untuk menyesuaikan sirkulasi strain-strain dan melindungi manusia dalam epidemik musiman, tidak efektif melawan virus influenza baru ini. Seandainya virus baru ini memiliki gen manusia secara cukup, transmisi langsung dari seseorang ke orang yang lainnya (selain dari burung ke manusia saja) dapat terjadi. Apabila ini terjadi, kondisi dimulainya pandemik influenza jenis baru akan dihadapi. Kejadian lebih mengkhawatirkan apabila transmisi dari manusia ke manusia menyebabkan suksesi generasi akibat dari penyakit parah dengan tingkat kematian tinggi. Hal ini mirip kejadian pandemik influenza besar pada periode tahun 1918-1919, ketika virus influenza baru di masa itu terbentuk dan menyebar ke seluruh dunia, selama 4-6 bulan. Beberapa gelombang infeksi terjadi selama lebih dari 2 tahun, memakan korban manusia yang diperkirakan berjumlah 40-50 juta jiwa. Apakah ada bukti transmisi dari manusia ke manusia secara efisien? Tidak. Meskipun di Thailand pada tanggal 27 September 2004, Kementerian Kesehatan mengumumkan kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia dalam keluarga. Pejabat pemerintah Thailand telah menyimpulkan bahwa seorang ibu dapat terserang sumber infeksi baik yang berasal dari lingkungan maupun saat merawat anak perempuan, dan ini menunjukkan adanya kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia. Ketika penelitian lingkup keluarga yang membuktikan adanya kemungkinan transmisi dari manusia ke manusia, bukti terbaru mengindikasikan transmisi virus pada manusia hanya terbatas di dalam keluarga saja, tidak ada perluasan lingkup transmisi yang pernah terjadi di dalam komunitas masyarakat. Kewaspadaan yang terus menerus tetap perlu untuk menentukan sejauh mana situasi epidemiologis pada manusia akan tetap stabil. Apakah infeksi H5N1 pada manusia sering terjadi?

Tidak. Hanya sedikit saja. Pertama kali Avian strain H5N1 terdokumentasikan menyerang manusia terjadi di Hongkong pada tahun 1997. Pada saat pertama kali berjangkitnya, 18 orang masuk ke rumah sakit dan 6 di antaranya meninggal dunia. Sumber infeksi pada keseluruhan kasus ini berhasil terlacak akibat adanya kontak dengan burung yang sakit pada lahan pertanian (1 kasus) dan hidup di sekitar pasar ternak (17 kasus). Kasus pada manusia ini kebetulan terjadi saat berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi H5N1 di peternakan. Sangat sedikit adanya transmisi virus H5N1 dari manusia ke manusia pernah terdokumentasikan di kalangan tenaga medis, anggota keluarga, peternak, dan tenaga pemotong. Berdasarkan antibodi H5 yang terdeteksi di kelompok-kelompok ini, diketahui adanya infeksi virus tersebut, tidak terdapat gejala penyakit serius yang terjadi. Studi menunjukkan bahwa antibodi terdeteksi pada 10% peternak dan 3% tenaga pemotong. Pada tahun 2003, strain H5N1 kembali melompat dari burung menginfeksi sebuah keluarga (seorang ayah dan seorang anak laki-laki) ketika mereka kembali ke Hongkong setelah mengikuti perjalanan ke China bagian selatan. Ayahnya meninggal namun anaknya sembuh. Anggota ketiga dalam keluarga tersebut, saudara perempuan anak laki-laki tersebut, meninggal akibat penyakit pernapasan parah di China. Tidak ada sampel yang dapat digunakan untuk menentukan penyebab kematian anak perempuan ini. Apakah berbagai laporan terbaru tentang penyakit yang berjangkit pada burung sama bahayanya dengan yang berjangkit pada manusia? Tidak. Hanya berjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh strain H5N1, yang cukup mengkhawatirkan untuk kesehatan manusia belakangan ini. Untuk analisis resiko pada kesehatan manusia, perlu diketahui secara tepat bagaimana strain virus avian dapat mengakibatkan berjangkitnya penyakit pada burung. Sebagai contoh, berjangkitnya penyakit avian influenza terakhir yang dilaporkan di China Taiwan, disebabkan oleh strain H5N2 yang bukan jenis patogenik tinggi pada burung dan belum pernah diketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Berjangkitnya penyakit yang terakhir dilaporkan di Pakistan disebabkan oleh strain H7 dan H9, bukan oleh H5N1. Meskipun demikian, pengendalian segera dari seluruh berjangkitnya penyakit avian influenza pada burung, meskipun yang disebabkan oleh strain patogenik rendah, sangatlah penting. Penelitian menunjukkan bahwa strain virus Avian Influenza tertentu, yang tadinya patogenik rendah, dapat bermutasi secara cepat (dalam 6 sampai 9 bulan) menjadi strain patogenik tinggi jika tetap dibiarkan berputar di populasi ternak.

Dapatkah pandemik dicegah? Tidak ada orang yang dapat memastikannya. Virus influenza sangat tidak stabil dan perilakunya bertentangan dengan perkiraan. Meskipun demikian Badan Kesehatan Dunia (WHO) meyakinkan bahwa jika tindakan yang tepat segera dilakukan, pandemik influenza bisa dicegah. Prioritas pertama dan tugas utama pencegahan, yaitu mengurangi kesempatan mendekatnya manusia ke sumber virus terbesar: ternak yang terinfeksi. Hal ini dapat dicapai dengan deteksi dini berjangkitnya penyakit ternak dan pengenalan darurat cara mengendalikannya, termasuk pemusnahan seluruh ternak yang terinfeksi atau yang stok ternak yang diduga terinfeksi, penanganan bangkai secara baik. Seluruh bukti yang memungkinkan peningkatan resiko transmisi kepada manusia saat berjangkitnya Avian Influenza patogenik tinggi H5N1, semakin bertambah di peternakan. Dengan bertambahnya jumlah manusia yang terinfeksi, hal ini meningkatkan resiko berkembangnya virus subtipe baru, dan memicu pandemik influenza. Hubungan antara meningkatnya meningkatnya infeksi pada ternak dan meningkatnya resiko infeksi pada manusia terlihat saat ini di Asia. Vietnam, Thailand dan kini Indonesia, dengan berjangkitnya penyakit di peternakan yang makin meluas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa mendesaknya situasi dan perlunya tindakan dini pada hewan dan sektor pertanian. Sebagai contoh, pada tahun 1997 pada seluruh populasi burung di Hongkong, dilakukan pemusnahan sekitar 1,5 juta ekor ayam dan jenis burung lainnya dilakukan dalam 3 hari. Dan pada tahun 2003 dilakukan kembali pemusnahan 30 juta ekor burung (dari populasi sekitar 100 juta ekor) di Belanda dilakukan dalam waktu satu minggu. Tindakan dini pada situasi ini dipikirkan oleh banyak ahli influenza untuk mencegah pandemik influenza pada manusia. Apakah bisa dipastikan bahwa hanya sedikit kasus yang terjadi pada manusia? Ya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mempunyai beberapa bukti bahwa strain H5N1 mulai tersebar pada burung sejak April 2003. Deteksi hingga saat ini, hanya sedikit kasus yang terjadi pada manusia membuktikan bahwa virus ini tidak mudah ditransmisikan dari burung kepada manusia pada saat ini. Meskipun demikian, situasi dapat berubah dengan cepat, sebagaimana diketahui strain H5N1 dapat bermutasi secara cepat dan telah terdokumentasikan mempunyai kemampuan bertukar gen dengan virus influenza dari spesies lainnya. Pada situasi tersebut dapat memungkinkan pertumbuhan pandemik strain virus influenza baru, setiap kasus infeksi yang terjadi pada manusia, satu kali pun dianggap terlalu banyak. Tambahan dari pemusnahan secara dini hewan terinfeksi, peluang lain untuk mencegah kasus yang terjadi pada manusia adalah melalui perlindungan pekerja yang terlibat dalam pemusnahan hewan terinfeksi.

Apakah ada cara pengendalian terbaik yang dapat dilakukan? Pada beberapa kasus, ya. Jepang dan Republik Korea tampaknya telah mengontrol berjangkitnya penyakit secara baik di peternakan, cepat dan aman. Pemantauan para pekerja yang terlibat dalam pemusnahan hewan terinfeksi telah dilakukan dan tidak terdapat kasus infeksi yang terdeteksi pada manusia. Situasi pada negara lain tampaknya sangat problematis. Pemerintahan di beberapa negara di dunia menghadapi berjangkitnya penyakit di peternakan secara serius, dan tidak mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pedoman perlindungan pekerja pemusnahan ternak unggas yang terinfeksi sesuai yang direkomendasikan. Di beberapa negara semacam ini, praktek pemeliharaan ternak di daerah pedesaan dilaksanakan di lingkungan terbuka, yang seringkali tidak terdaftar oleh otoritas pertanian setempat, yang lebih jauh mempersulit pemusnahan dini dan sistematis dari hewan sumber penyakit. Selain H5N1, adakah virus Avian Influenza jenis lain yang pernah menginfeksi manusia? Ya. Dua jenis strain avian telah menyebabkan penyakit pada manusia, akan tetapi berjangkitnya penyakit ini tidak seserius yang disebabkan oleh strain H5N1. Strain H9N2, yang bukan merupakan patogenik tinggi pada burung, menyebabkan gejala penyakit yang sedang, pada dua anak kecil di Hongkong pada tahun 1999 dan satu anak lainnya pada pertengahan Desember tahun 2003, juga di Hongkong. Berjangkitnya penyakit Avian Influenza patogenik tinggi H7N7 pada burung, dimulai di Belanda pada bulan Februari tahun 2003, menyebabkan kematian seorang dokter hewan (dengan gejala gangguan pernapasan akut) dua bulan kemudian, dan menyebabkan gejala penyakit sedang, terhadap 83 peternak dan anggota keluarga mereka. Apakah ada vaksin yang efektif melawan H5N1 pada manusia? Tidak. Vaksin yang ada sekarang tidak akan melindungi manusia dari penyakit yang disebabkan oleh strain H5N1. Pada saat ini baru WHO masih mengembangkan prototipe H5N1 untuk digunakan memproduksi vaksin oleh produsen vaksin terkemuka. Vaksin dari virus prototipe yang ada, dikembangkan dari strain H5N1 tahun 2003 (yang menyebabkan dua kasus infeksi pada manusia), tidak

dapat dikembangkan menjadi vaksin. Analisis virus pada tahun 2004, yang dilakukan oleh jaringan laboratorium Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa virus telah mengalami mutasi yang sangat signifikan. Apakah ada obat yang dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan? Ya. Dua kelompok obat telah tersedia. Mereka adalah "M2 inhibitor" (amantadine dan rimantadine), dan "neuraminidase inhibitor" (oseltamivir dan zanimivir). Obat-obat ini telah diberikan lisensi untuk mencegah dan mengobati influenza pada manusia di beberapa negara, dan diperkirakan cukup efektif tanpa memperhatikan strain virus penyebab. Meskipun demikian, analisis awal isolat virus dari berbagai kasus fatal di Vietnam menunjukkan bahwa virus secara beragam resisten terhadap M2 inhibitor. Pengujian lebih jauh yang sedang berjalan yaitu konfirmasi resistensi dari amantadine. Jaringan laboratorium juga sedang melakukan pengujian keefektifan neuraminidase inhibitor melawan strain H5N1 yang ada saat ini. Apakah saat ini ada vaksin yang berguna untuk mencegah pandemik influenza? Ya, namun dengan jalan menetapkan sasaran. Vaksin yang ada saat ini, yang dimasukkan ke dalam kelompok beresiko tinggi, seperti pemusnah hewan terinfeksi, melindungi dari strain virus influenza yang beredar pada manusia dan hal ini mengurangi resiko lebih buruk bagi manusia beresiko tinggi dari virus flu burung, yang kemungkinan terinfeksi oleh virus flu manusia dan flu burung secara bersamaan. Dua infeksi sekaligus dari virus flu manusia dan virus flu burung membuat peluang pertukaran gen, memungkinkan terbentuknya virus influenza subtipe baru yang berpotensi menyebabkan pandemik. Vaksin musiman diproduksi secara rutin untuk melindungi manusia dari epidemik influenza musiman. Vaksin ini tidak memberikan perlindungan dari infeksi avian virus H5N1. Untuk tujuan ini, telah terdapat pedoman vaksinasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggunakan vaksin influenza trivalen yang ada saat ini, bagi kelompok beresiko tinggi di negara-negara yang mengalami berjangkitnya penyakit Avian Influenza patogenik tinggi H5N1 di peternakannya. (tsn)