Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PENINGKATAN KEAMANAN, KETERTIBAN,

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2008 Seri : D

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Hubungan Persepsi..., Adnan, Fakultas Psikologi 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI POLISI PAMONG PRAJA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN II AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA KESBANGPOL KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

Tugas Umum Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

IV.B.19. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

TARGET TAHUN Persentasi kejadian SARA yang tertangani

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika di Wilayah Maluku

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

INDIKATOR BIDANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Gambaran Umum

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Transkripsi:

XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan ekonomi. Sepuluh tahun terakhir ini kondisi keamanan dan ketertiban Jawa Timur relatif mantap. Indeks kejahatan/kriminalitas menunjukkan kecenderungan menurun secara signifikan. Namun beberapa kali juga masih terjadi gangguan keamanan dan ketertiban umum yang berpotensi meningkatkan keresahan dan menimbulkan rasa tidak aman masyarakat, seperti konflik horizontal, aksi premanisme, aksi teror, unjuk rasa yang anarkis, dan tindka kejahatan. Pada 2008, terjadi 35.094 tindak kejahatan di Jawa Timur, yang terkonsentrasi di tiga wilayah kabupaten/kota, yaitu Kota Surabaya (11.947 kejadian), disusul Kabupaten Jember (4.144), dan Kabupaten Malang (1.237). Jumlah tindak kejahatan pada 2008 tersebut menurun 15% dibanding 2007. Jika dihitung rata-rata, maka terdapat 2.925 kejadian tindak kejahatan dalam setiap bulannya, atau 98 kejadian setiap harinya. Tindak kejahatan yang terjadi di Jawa Timur semakin beragam bentuk dan jenisnya. Pada 2008, tindak kejahatan pencurian dengan pemberatan, dan pencurian kendaraan bermotor merupakan dua jenis tindak kejahatan yang paling sering terjadi. RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIX - 361

Jumlah kejahatan kekerasan dalam rumah tangga juga cukup mencolok, sebagai dampak sosialisasi Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah Tangga, sehingga muncul keberanian melaporkannya, karena kekerasan dalam rumah tangga bukan merupakan aib keluarga, tapi tindak kejahatan. Sementara itu untuk penyalahgunaan narkoba, pada 2008, terdapat 1.890 kasus. Jumlah tersebut meningkat dibanding 2007 yang mencapai 1.922 kasus. Sekitar 58% dari kasus penyalahgunaan narkoba pada 2008, terjadi di Kota Surabaya. Barang bukti yang disita sampai dengan September 2008 meliputi 502.939,05 gram ganja, 184,33 heroin/putauw, 2.214 butir ekstasi, 7.435,22 gram sabu-sabu, dan 94.345 butir pil koplo. Pabrik narkoba yang biasanya lebih banyak ditemukan di Jakarta, kini mulai merambah Jawa Timur, dengan ditemukannya sejumlah rumah dan ruko yang dijadikan pabrik obat-obat terlarang di Surabaya, dan beberapa kota lainnya. Gangguan terhadap keamanan dan ketertiban juga terjadi dalam bentuk kerusuhan berlatar belakang politik. Dalam lima tahun terakhir ini, hanya terjadi dua kasus, masing-masing pada tahun 2005 di Kabupaten Tuban, dan di Kabupaten Banyuwangi (2006). Pada 2007 juga terjadi konflik sosial antara aparat dan penduduk di Pasuruan, karena persoalan tanah, yang menimbulkan korban jiwa. Pada 2008, tercatat kejadian konflik sebanyak 19 kasus, yang terjadi karena persoalan lama yang belum terselesaikan tuntas. Sedangkan konflik horizontal antar-nelayan hanya terjadi pada 2007 sebanyak empat kejadian, sementara pada 2008, nihil. Jumlah narapidana di Jawa Timur pada 2007 sebanyak 7.319 orang, meningkat dibanding 2006 yang mencapai 6.125 orang. Demikian pula jumlah tahanan pada 2007 sebanyak 8.180 orang, yang juga meningkat dibanding 2006. Gangguan keamanan dan ketertiban membutuhkan penanganan optimal agar kenyamanan dan ketenteraman penduduk bisa terjaga. Jawa Timur yang aman, damai, dan sejahtera sangat dibutuhkan untuk menjalankan pembangunan. RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIX - 362

XIX.1 Permasalahan a. Belum Optimalnya Penanganan Kriminalitas Kriminalitas merupakan ancaman nyata bagi terciptanya masyarakat yang aman, tenteram dan damai. Peningkatan angka indeks kejahatan dari 138,64 pada tahun 2006, menjadi 149,24 pada tahun 2007 perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh aparat keamanan dalam meningkatkan kinerjanya untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat. Meski indeks korban kekerasan pada 2007 menurun 7% dibanding tahun 2006, yakni dari 114,37 pada 2006 menjadi 106,20 pada 2008. Korban kekerasan ini meliputi pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, pemerkosaan, penganiayaan berat dan kekerasan dalam rumah tangga. Fenomena maraknya kasus main hakim sendiri, dan pembakaran para pelaku kriminal, oleh sebagian anggota masyarakat merupakan cerminan ketidakpercayaan masyarakat terhadap penanganan kriminalitas selama ini, sekaligus merupakan ketidakpercayaan terhadap institusi penegakan hukum. b. Maraknya Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba Peredaran dan penyalahgunaan narkoba merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa. Sebagian besar pecandu narkoba adalah generasi muda. Dampak dari masalah peredaran dan penyalahgunaan narkoba mencakup dimensi kesehatan, baik jasmani maupun mental, dimensi ekonomi dengan meningkatnya biaya kesehatan, dimensi sosial dengan meningkatnya gangguan keamanan dan ketertiban, serta dimensi kultural dengan rusaknya tatanan perilaku dan norma masyarakat secara keseluruhan. c. Turunnya Kepatuhan terhadap Hukum Berbagai tindak kejahatan dan pelanggaran hukum yang berakibat pudarnya rasa aman masyarakat, secara mendasar disebabkan turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum. Kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum merupakan prasyarat, sekaligus tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. Perbedaan pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, kondisi sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat pengangguran, RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIX - 363

tingkat kemiskinan, serta kepadatan penduduk merupakan faktor korelatif kriminogen dan police hazard, yang apabila tidak dikelola secara baik dapat mendorong munculnya kejahatan dan konflik horisontal. Faktor korelatif kriminogen dan police hazard ini hanya dapat diredam oleh sikap, perilaku dan tindakan masyarakat yang patuh dan disiplin terhadap hukum. XIX.2 Sasaran Sasaran yang hendak dicapai peningkatan keamanan dan ketertiban, serta penanggulangan kriminalitas adalah meningkatnya peran serta masyarakat, profesionalisme institusi yang terkait dengan masalah keamanan dalam menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, di mana gangguan keamanan dan ketertiban, serta tindak kriminal dapat dikendalikan pada tingkat yang serendah-rendahnya, yang tercermin dari, antara lain: 1. Menurunnya angka pelanggaran hukum dan indeks tindak kejahatan. 2. Menurunnya gangguan keamanan dan ketertiban akibat tindak kriminal maupun aksi premanisme. 3. Meningkatnya penuntasan kasus kriminalitas untuk menciptakan rasa tenteram, tertib, dan aman masyarakat. 4. Menurunnya jumlah kejadian konflik horizontal di dalam masyarakat. 5. Menurunnya jumlah pecandu narkoba, dan terungkapnya kasus, serta dapat diberantasnya jaringan utama pemasok narkoba, dan prekursor. 6. Meningkatnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum. XIX.3 Arah Kebijakan Untuk mewujudkan sasaran tersebut, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta penanggulangan kriminalitas, dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan: 1. Revitalisasi sistem keamanan berbasis komunitas untuk mewujudkan keamanan lingkungan, termasuk mencegah RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIX - 364

tumbuhnya permasalahan yang berkaitan penggunaan dan penyebaran narkoba. 2. Meningkatkan kemampuan mencegah, menangkal dan menindak kejahatan, terutama melalui deteksi dini dengan melibatkan para tokoh masyarakat. 3. Meningkatkan kerja sama dengan institusi penanggung jawab keamanan dalam upaya menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. 4. Pemberian teladan praktik penegakan hukum non-diskriminatif yang dapat mendorong kepercayaan masyarakat untuk mematuhi hukum, dan membangun community policing (pemolisian masyarakat) untuk menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungannya. XIX.4 Program Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu program prioritas dan penunjang, disertai kegiatan-kegiatan pokok yang akan dijalankan. XIX.4.1 Program Prioritas a. Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Program ini bertujuan menciptakan kehidupan masyarakat Jawa Timur yang aman dan damai agar dapat beraktivitas sebagaimana seharusnya, serta membangun kesadaran masyarakat untuk tertib hukum dan tertib sosial. lain, pada: Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara 1. Peningkatan upaya-upaya preventif terhadap terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, dengan meningkatkan kepekaan dan daya tanggap aparat dalam menyerap permasalahan yang terjadi di masyarakat. 2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penciptaan keamanan dan ketertiban lingkungannya melalui pembentukan pemolisian masyarakat (community policing). RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIX - 365

3. Peningkatan pemberdayaan komunitas untuk mewujudkan keamanan, mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik sosial maupun politik, termasuk konflik sumber daya ekonomi dan alam, serta menangani persoalan pasca-konflik di lingkungan lokal. 4. Mendorong dan fasilitasi upaya-upaya penanggulangan kriminalitas untuk menciptakan rasa aman masyarakat. 5. Peningkatan profesionalisme Polisi Pamong Praja dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban umum. 6. Peningkatan bimbingan dan penyuluhan masyarakat mengenai keamanan dan ketertiban masyarakat. XIX.4.2 Program Penunjang a. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Program ini bertujuan mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba, termasuk peredarannya untuk mewujudkan masyarakat Jawa Timur yang bebas dari penyalahgunaan Narkoba. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada: 1. Fasilitasi peningkatan kualitas penegakan hukum di bidang narkoba. 2. Peningkatan pendayagunaan potensi dan kemampuan masyarakat untuk turut serta mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba di lingkungan masing-masing. 3. Fasilitasi peningkatan pelayanan terapi dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. 4. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. 5. Pembangunan sistem dan model perencanaan, dan pengembangan partisipasi pemuda dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba. 6. Penyelenggaraan kampanye dan sosialisasi anti-narkoba. RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 Bab XIX - 366