BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

dokumen-dokumen yang mirip
bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembawan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

EKO SAPUTRO F

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

Bayu Prakoso F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara di depan publik seperti berpidato, berceramah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan salah satu kajian dalam psikologi positif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. di kantor, di pusat perbelanjaan, di kampus dan di tempat-tempat umum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN KARAWANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu individu yang telah memasuki masa dewasa muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 tahun (Hurlock 1980:246). Mahasiswa sebagai individu yang telah memasuki masa dewasa muda tentu memiliki tugas-tugas perkembangan yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dalam kehidupan individu, dan jika berhasil dilaksanakan maka akan membawa kebahagiaan dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya (Havighurst dalam Hurlock 1980:252). Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan bagi setiap individu yang penting diantaranya ialah mulai bekerja, mencari pasangan, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, memilih kelompok sosial yang cocok, serta meniti karir dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi. Salah satu cara dalam menyelesaikan tugas perkembangan tersebut adalah dengan mengikuti dan menyelesaikan jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar dan sampai pada perguruan tinggi. Mahasiswa dalam dunia perkuliahan dituntut untuk belajar mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalahnya tanpa bantuan orang lain, dan membekali dirinya dengan pengetahuan untuk mempersiapkan diri di masa yang akan datang. Maka dari itu mahasiswa harus mampu berinteraksi dengan lingkungannya, dan berkomunikasi dengan individu-individu maupun dengan kelompok yang ada di dalam lingkungannya. Maka dari itu, untuk

2 menjalankan tuntutan dalam menjalankan tugas perkembangan tersebut, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan interaktif, kemampuan mendengar, serta kemampuan memberikan timbal balik dalam komunikasi. Selama belajar di perguruan tinggi, seorang mahasiswa memperoleh ilmu sesuai dengan disiplin ilmu yang diikutinya, juga dituntut untuk aktif serta berani mengemukakan pendapatnya. Selama di dalam kelas seorang mahasiswa tidak hanya menjadi pendengar yang pasif, melainkan juga mereka dituntut untuk aktif dalam memberikan pertanyaan, memberikan respon terhadap pertanyaan, dan menyampaikan pendapat dalam suatu hal, sehingga mahasiswa harus mampu menyampaikannya dengan baik. Selama perkuliahan berlangsung atau ketika presentasi di depan kelas, terkadang mahasiswa dihadapkan pada hal-hal yang menimbulkan perasaan tidak nyaman yang akan mengakibatkan rasa kurang percaya diri sehingga menimbulkan perasaan cemas. Hakim (2002:228) menegaskan bahwa rasa tidak percaya diri terjadi karena pikirannya terlalu terfokus kepada banyaknya orang yang sedang dihadapi dan juga terlalu memikirkan orang-orang yang sedang memperhatikannya. DeVito (1997:373) berpendapat bahwa kecemasan dapat terjadi ketika berbicara di depan umum ataupun pada situasi-situasi yang baru dan berbeda, sehingga seseorang menjadi cemas. Kecemasan berbicara di depan umum

3 merupakan salah satu bagian dari kecemasan komunikasi (communication apprehension). Ketika merasa cemas ataupun ketika individu dihadapkan dengan situasisituasi yang menekan, individu akan mengalami gejala-gejala fisik maupun psikologis. Gejala fisiknya seperti tangan berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan kaki gemetaran. Gejala psikologisnya seperti takut melakukan kesalahan, tingkah laku yang berlebihan, dan tidak dapat berkonsentrasi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaan tidak nyaman yang sifatnya tidak menetap pada diri individu, baik ketika membayangkan maupun pada saat berbicara di depan kelas, hal ini ditandai dengan reaksi fisik dan psikologis dari masing-masing individu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indi (2009:76) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara menunjukkan 44,9% dari 184 mengalami rasa tidak percaya diri ketika berbicara di depan umum. Selain itu, hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Andaningrum (2010:8) terhadap 116 siswi kelas 2 di SMPN 34 Semarang menunjukkan bahwa siswi mengalami rasa tidak percaya diri dan kecemasan sebesar 75,5% pada saat berbicara di depan umum, 7% saat tidak dapat bergaul dengan baik dalam kelompok, 10% saat prestasi menurun, bahkan tidak pernah berprestasi. Penanganan kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada kontrol dirinya. Kontrol diri adalah tingkah laku untuk mengendalikan atau memonitor tindakan yang dilakukan dengan berbagai cara

4 baik pada saat tidak ada tekanan maupun pada saat terjadi pertentangan dengan tekanan-tekanan yang ada dalam situasi yang dihadapinya (Liebert, 1979:342). Kontrol diri menjadi penting untuk meminimalisir rasa cemas yang dialami seseorang. Setiap individu memiliki tingkat kontrol diri yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu yang lain, perbedaan tingkat itulah terlihat bahwa cara mereka mengontrol diri berbeda-beda saat cemas di depan umum. Fenomena kecemasan pada mahasiswa di lingkungan fakultas Psikologi UIN SGD Bandung tampak pada beberapa situasi, seperti pada saat mahasiswa melakukan presentasi tugas kuliah di depan kelas, berkonsultasi dengan beberapa dosen di kampus, dan sebagainya. Selain itu faktor lainnya ialah kedekatan mereka dengan mahasiswa lainnya di lingkungan kampus terutama di kelas, karena ada beberapa individu yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan pertemanan di kelas. Dalam rangka mencari jawaban atas fenomena tersebut, peneliti melakukan pengambilan data awal terhadap 25 orang mahasiswa Fakultas Psikologi UIN angkatan 2011 yang aktif mengikuti perkuliahan semester pendek pada bulan Juli 2012. Pengambilan data dilakukan secara acak dari masingmasing kelas dengan menggunakan kuesioner kecemasan berbicara. Hasilnya menunjukkan bahwa perbandingan mahasiswa yang mengalami perasaan cemas dengan mahasiswa yang merasa tidak cemas adalah 3:1. Hal ini menunjukkan bahwa presentase mahasiswa Fakultas Psikologi UIN angkatan 2011 yang mengalami kecemasan mencapai 76%, yaitu sekitar 19 dari 25 orang mahasiswa mengalami masalah dalam berbicara di depan kelas, mereka menyatakan

5 cenderung untuk merasa cemas atau tegang dan grogi saat presentasi, sedangkan sisanya tidak terindikasi mengalami kecemasan berbicara di depan kelas. Dalam penelitian awal tersebut, peneliti menggunakan subjek penelitian pada angkatan 2011, alasannya perubahan tingkat atau jenjang pendidikan dari yang masih dalam taraf menengah (SMA) menuju tingkat perguruan tinggi (kampus) mempunyai faktor yang menentukan dalam kehidupan psikologis seseorang. Meskipun mereka sudah memasuki semester empat dan sudah beberapa kali melakukan presentasi, namun mereka masih belum terbiasa untuk melakukan hal berbicara di depan kelas. Alasan lain yang melatarbelakangi kondisi mahasiswa angkatan 2011 adalah telah munculnya perubahan pola pergaulan antara guru dan siswa yang tadinya memberikan bimbingan yang intensif pada murid SMA, sedangkan pada tahap mahasiswa semester 4 telah mengalami pergeseran yang drastis karena mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri. Pola interaksi yang terjadi antara dosen dengan mahasiswa tidak lagi memberikan bimbingan yang bersifat menyeluruh, namun lebih bersifat konsultatif (pemberian saran atau rekomendasi). Perubahan psikologis tadi dapat mengalami penurunan atau juga peningkatan tergantung pada kemampuan yang terdapat pada masing-masing individu untuk melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Menurut Triyono (2012:14) apabila kemampuan adaptasi dapat berjalan dengan baik, maka berbagai bentuk kecemasan dalam berkomunikasi akan dapat dikurangi. Namun, sebaliknya, apabila kemampuan adaptasi pada individu tadi

6 sangat buruk, maka yang muncul adalah kecemasan berkomunikasi yang kemudian diikuti oleh perasaan takut yang sedemikian berlebihan. Berdasarkan fenomena di atas maka dapat diambil suatu rumusan pokok yang hendak menjadi dasar penelitian ini penulis mengajukan penelitian dengan judul Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2011. B. Rumusan Masalah Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran tingkat kontrol diri pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011 UIN SGD Bandung? 2. Bagaimana gambaran tingkat kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011 UIN SGD Bandung? 3. Seberapa besar hubungan antara kontrol diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011 UIN SGD Bandung? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat kontrol diri pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011 UIN SGD Bandung. 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011 UIN SGD Bandung.

7 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontrol diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2011 UIN SGD Bandung. D. Kegunan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian diharapkan akan menambah khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang Psikologi Pendidikan, yaitu informasi mengenai masalah kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian dasar bagi penelitian selanjutnya, sehingga nantinya dikembangkan secara luas dalam menghadapi fenomena permasalahan yang semakin kompleks. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini digunakan sebagai informasi untuk mencari penanganan masalah kontrol diri dan kecemasan baik oleh mahasiswa, orang tua maupun pihak fakultas. Kegunaan bagi para mahasiswa terletak dari adanya faktor yang melandasi munculnya kecemasan berbicara di depan umum, sehingga memungkinkan bagi mahasiswa untuk dapat mengevaluasi dirinya menjadi lebih waspada serta lebih mengontrol faktor-faktor tersebut agar tidak berkembang dan mengarah pada kecemasan berbicara di depan umum.

8 Bagi orang tua, ialah sebagai pedoman dalam menerapkan dan mendidik anaknya agar mempunyai keberanian dalam mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menambah wawasan mereka untuk kemudian memberikan dukungan dan dorongan guna kepentingan anak agar mampu mengendalikan diri ketika dihadapkan pada perasaan cemas saat berbicara di depan umum. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dalam memberikan masukan mengenai kontrol diri dengan kecemasan berbicara di depan umum, terutama saat perkuliahan. Informasi tersebut dapat digunakan oleh pihak fakultas untuk menjadi masukan dalam program perkuliahannya sehingga masalah kecemasan berbicara di depan kelas yang dipaparkan di latar belakang dapat ditanggulangi dan mahasiswa dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.