BAB I PENDAHULUAN. tersebut di antaranya dikemukakan oleh Raillon (1989: ) bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
KONSTITUSI DAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Budaya politik kampus dilakukan dan diperoleh dari sebuah pemikiran-pemikiran

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

Selasa, 17 November 2009 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

MAKALAH. Peranan Pers Dalam Mengawasi Penegakan Hukum dan HAM

BAB I PENDAHULUAN. maupun nonlitigasi. Sejak dulu keberadaan advokat selalu ada semacam. penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR V/MPR/2000 TENTANG PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUAN NASIONAL

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia.

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kontek indvidu sampai kelompok baik itu dalam hal pemerintahan atau. bangsa kepada para generasi muda itu sendiri.

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU

BAB I PENDAHULUAN. setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu agenda checks and balances

BAHAN AJAR HAK ASASI MANUSIA HAK KEMERDEKAAN MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PERANAN MAHASISWA DALAM MEMERANGI KORUPSI

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB III VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

KEWARGANEGARAAN DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Ribuan massa turun ke jalan pada 9 Desember memperingati Hari Anti Korupsi se-dunia. Apakah aksi tersebut berdampak pada perubahan?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN I998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA TANGERANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah akan mengubah kebijakannya. Unjuk rasa merupakan salah satu bentuk

KEWARGANEGARAAN. Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Berkewarganegaraan. Rizky Dwi Pradana, M.Si PSIKOLOGI PSIKOLOGI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dikenal eksistensinya sebagai intelektual muda yang merupakan lapisan elite ditengah masyarakat dengan berbagai predikat. Predikat tersebut di antaranya dikemukakan oleh Raillon (1989: 140-194) bahwa mahasiswa sebagai pembela kemurnian, keadilan dan kebenaran, perintis renovasi dan agen pembaharu, serta pelopor pembangunan. Mahasiswa juga lebih populer disebut Saidi (1989: 29) sebagai salah satu pemeran social control yang paling terdepan. Menurut Culla (1999: 8-9) bahwa mahasiswa sebagai aktor atau ujung tombak perubahan sosial dan politik, karena merekalah kekuatan sosial yang amat responsif terhadap kondisi struktur politik. Kemudian menurut Jumadi (2009: 120) bahwa : Mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat terhadap alur dan logika penguasa dan sebaliknya sebagai penyampai kebijakan penguasa terhadap komunitas umum, demi terciptanya alur kehidupan yang dinamis dan seimbang antara pengambil kebijakan dengan obyek kebijakan. Sementara Yoedhanegara (2005: 23) bahwa mahasiswa sebagai kekuatan moral (moral force), yang menjadikannya berada pada posisi yang terpandang dan terhormat dibanding kaum muda lainnya dimasyarakat. Dari berbagai macam predikat mahasiswa di atas, hanyalah bagian dari sisi positif eksistensi mahasiswa. Predikat tersebut merupakan harapan dan tanggungjawab kesejarahan yang dibebankan kepada mahasiswa, terutama perannya dalam : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1

mengawal perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Sementara sisi negatifnya, mahasiswa dipandang sebagai kelompok masyarakat yang sering mengganggu ketenangan dan kepentingan masyarakat umum, seperti diantaranya perilaku kekerasan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. Perilaku kekerasan tersebut, kemudian menuai protes, antipati dan kegelisahan bagi berbagai elemen masyarakat yang akhirnya membuat stigma buruk kepada mahasiswa itu sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Yoedhanegara (2005: 25) bahwa : tidak lagi merupakan gerakan moral mahasiswa yang murni atas dasar keinginan nurani yang terpanggil, sebab gerakan moral selalu membawa perasaan orang banyak dan akan memperoleh dukungan yang luas dari masyarakat. Perilaku kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi sudah menjadi fenomena sosial dalam penyelesaian sebuah masalah, seperti penyerangan terhadap aparat hukum, pengrusakan fasilitas publik, membakar kendaraan, penjarahan, pemblokiran jalan umum, dan lain sebagainya. Keadaan demikian, menurut Kurtines dan Gerwitzs (1992: 395) dikatakan sebagai salah satu perilaku anti sosial. Perilaku kekerasan tersebut dilatar belakangi antara lain: Pertama, banyak kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat membuat mahasiswa banyak kecewa. Maksudnya perilaku kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi merupakan ekspresi kekecewaan akibat ketidakadilan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Ketidakadilan tersebut, mengakibatkan kesenjangan hidup antara orang kaya dan orang miskin semakin jauh, hukum hanya berpihak : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 2

kepada orang yang memiliki uang dan kekuasaan semata, kebebasan berpolitik hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, dan lain sebagainya. Sebagaimana dikemukakan Culla (1999: 9) bahwa: Pemicu kahadiran gerakan mahasiswa karena tidak berfungsinya secara maksimal infrastruktur dan suprastruktur politik negara, adanya penindasan struktural, dan kemudian krisis sistemik dibawa rezim pemerintahan, itulah yang mendorong gerakan mahasiswa melakukan fungsi kritisnya diluar jalur resmi. Maksudnya munculnya demonstrasi mahasiswa karena pemerintah tidak dapat mengatur pemerintahan secara baik, bahkan semakin buruk keadaannya, terutama isu krusial seperti isu sosial, ekonomi, politik, dan hukum sehingga mendorong terjadinya perilaku kekerasan. Keadaan tersebut sangat jauh dari citacita dan harapan bangsa Indonesia, sebagaimana menurut Wahab dan Sapriya (2011: 19) bahwa harapan dan tujuan dari pemerintahan yaitu diantaranya keadilan, kesejahteraan umum, ketertiban, dan kebebasan. Kedua, perilaku aparat pemerintah yang kurang memberikan keteladanan. Maksudnya perilaku kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah yang telah menghianati amanah rakyat, seperti masalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), mafia peradilan, dan lain sebagainya yang banyak terjadi dikalangan pejabat pemerintah, akhirnya melahirkan krisis kepercayaan dikalangan rakyat itu sendiri. Sebagaimana Huntington (2001: 340) kemukakan bahwa salah satu perilaku kekecewaan yang berkembang pada sistem-sistem demokrasi yaitu kekecewaan mewujud dalam reaksi menentang pemerintah yang sedang berkuasa. : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 3

Ketiga, pemerintah sangat lambat dalam merespon setiap aspirasi mahasiswa yang positif. Maksudnya perilaku kekerasan terjadi akibat dari ketidakpuasan, kekecewaan, dan rasa frustasi mahasiswa kepada pemerintah yang lamban dalam mengakomodir dan merespon setiap aspirasi yang disampaikan ketika demonstrasi berlangsung. Hal ini sebagaimana dikemukakan Nasikun (Jumadi, 2009: 56) yang menjelaskan bahwa : Adanya sumber struktural sebagai penyebab mendasar terjadinya kekerasan kolektif. Adanya pemusatan kekuasaan dan kemunduran otoritas kekuasaan di tingkat pusat dan tingkat masyarakat, dipandang tidak lagi mampu menyerap dan memenuhi aspirasi kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan modern. Keempat, kekerasan telah dianggap mahasiswa sebagai alat untuk mencapai tujuan demonstrasi. Maksudnya kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi terjadi agar tuntutan aspirasi secepatnya dapat dipenuhi oleh pihak yang menjadi sasaran atau obyek demonstrasi, sebagaimana yang dikemukakan Culla (1999: 32) bahwa ciri khas pemuda yang cenderung radikal, romantis, dan terkadang revolusioner, ingin segalanya cepat, akhirnya kekerasan menjadi alat (instrument) untuk mencapai tujuan, yang menurut Berkowitz (1995: 29) disebut sebagai agresi instrumental yaitu dimana serangan pada pokoknya merupakan upaya untuk mencapai tujuan, selain menyakiti atau menghacurkan sasaran. Kemudian juga dikemukakan Machiavelli (Haryatmoko, 2003: 95) bahwa hukum tanpa pedang tidak akan ditaati, demikian pula pendapat tanpa dukungan kekuatan yang menekan tidak akan didengarkan. : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 4

Perilaku kekerasan mahasiswa di Kota Makassar sudah berlangsung cukup lama dan sudah merupakan fenomena biasa terjadi di daerah tersebut. Dari data yang didapatkan di lapangan melalui pra-observasi pada Juli 2011, sepanjang tahun 2009 sampai dengan 2011, terjadi 14 peristiwa demonstrasi pada isu nasional, regional, dan sektoral dengan mengakibatkan kerugian materil maupun non meteril : Pertama, isu nasional antara lain: (1) penuntasan kasus Bank Century sepanjang Januari sampai dengan Desember 2010, (2) peringatan Hardiknas 2 Mei setiap tahun untuk monolak komersialisasi pendidikan, (3) peringatan hari anti korupsi internasional 9 Desember 2010, (4) aksi demonstrasi dalam rangka peringatan 100 hari pemerintahan SBY- Budiono pada 5 Januari 2010. Kedua, isu regional diantaranya: (5) penuntasan kasus penembakan mahasiswa dan dosen di UNASMAN Sulbar oleh aparat kepolisian, (6) aksi penolakan terhadap peraturan daerah tentang tata kelola wilayah. Ketiga, isu sektoral diantaranya: (7) aksi penolakan aturan kemahasiswaan dan akademik yang membatasi ruang gerak mahasiswa dalam berorganisasi; dan (8) aksi penolakan bentuk-bentuk praktek komersialisasi pendidikan dalam kampus (BEM UNM : 2011). Keunikan atau kekhasan demonstrasi mahasiswa Kota Makassar dibandingkan dengan daerah lain yaitu: pertama, intensitas demonstrasi yang tinggi dalam merespon berbagai isu sosial politik yang terjadi di daerah maupun di pusat; kedua, apresiasi massa demonstrasi yang ditunjukkan dengan jumlah massa yang besar pada saat demonstrasi berlangsung; dan ketiga, setiap kali melakukan demonstrasi yang terkait isu sosial politik, sangat berpotensi besar bagi mahasiswa untuk bertindak kekerasan. Keadaan tersebut menurut Winataputra dan Budimansyah (2007: 166) termasuk ke dalam salah satu krisis nilai dan moral. : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 5

Keadaan demikian oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harusnya dapat menangani secara khusus peristiwa tersebut, melalui aparat hukum yaitu kepolisian. Kepolisian harus mengawal dan menjaga aksi demonstrasi mahasiswa dari awal sampai akhir, sehingga demonstrasi tidak melanggar aturan hukum yang ada. Jika setiap demonstrasi yang mengarah dan menjurus pada tindakan kekerasan yang berakibat pada kerusakan fasilitas umum dan dapat merugikan masyarakat, maka kepolisian harus mengamankan dan memproses sesuai aturan hukum bagi pelaku yang melanggarnya. Namun dalam pelaksanaan tugas tersebut, sering mendapat perlawanan dari mahasiswa, akibat adanya perbedaan kepentingan. Dimana masing-masing pihak bersikukuh untuk mempertahankannya, sehingga bentrokan di kedua belah pihakpun tidak dapat dihindari yang menimbulkan banyak kerugian dan korban. Keadaan tersebut, menunjukkan bahwa budaya demokrasi dalam bentuk kegiatan demonstrasi masih belum berjalan dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan Rahayu (2007: 129) bahwa : Kehidupan demokrasi diwarnai kebebasan, kebersamaan dan kemufatan untuk menyelesaikan permasalahan. Kebebasan yang didukung oleh hak-hak dan kewajiban konstitusi, dasar-dasar hukum, dan cara hidup yang etis, untuk menghindari tirani. Maksudnya kebebasan dalam berdemonstrasi seharusnya mengacu pada hukum dan nilai etika, sehingga demonstrasi akan berjalan damai untuk membawa kepentingan umum dan menjauhkannya dari pemerintahan yang otoriter dan tirani. : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 6

harus memiliki aturan hukum yang tegas, sebagaimana yang dikemukakan Dicey (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 97) bahwa salah satu unsur rule of law dalam demokrasi konstitusional yaitu supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law) dan tidak ada kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power). Maksudnya hukum ditegakkan bagi siapa saja pelaku yang melanggarnya, baik rakyat kecil maupun sampai pada kaum elit seperti pemerintah, konglomerat, para politisi, dan lain sebagainya, termasuk mahasiswa. Sebaliknya juga, hukum jangan dijadikan sebagai alat bagi pemerintah untuk melanggengkan kekuasaannya yang absolut (mutlak). Oleh karena itu, pemerintah dalam negara demokrasi harus dibatasi oleh aturan hukum, sebagaimana dikemukakan Budiardjo (2008: 106-107) bahwa demokrasi mencita-citakan pemerintah yang terbatas kekuasaanya, suatu negara hukum (Rechstaat) yang tunduk kepada Rule of Law. seyogyanya sebagai bentuk tindakan kontrol sosial politik kepada pemerintah harus bersifat konstruktif, agar terciptanya pemerintahan yang demokratis. Sebagaimana dikemukakan oleh Mahfud (1993: 30) bahwa salah satu ciri pemerintahan yang demokratis dibawa rule of law yaitu kebebasan menyampaikan pendapat. Kebebasan melalui demonstrasi ini telah dijamin oleh hukum atau Undang-Undang, antara lain: (1) Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (Declaration of Human Rights); (2) Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945; dan (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 7

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, telah mengatur bagaimana cara berdemonstrasi yang sebenarnya. harus juga berorientasi kepada nilai perubahan (value political movement) untuk kepentingan umum (public interest), bukan sebaliknya beroerintasi pada kepentingan individu, kelompok, golongan, ataupun pemerintah yang berkuasa (power political movement), sehingga nilai-nilai tersebut, dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat umum. Demikian pula, demonstrasi harus didasarkan pada tindakan bermoral dan diarahkan pada perilaku damai atau anti kekerasan, sebagaimana dikemukakan Yoedhanegara (2005: 19) bahwa demonstrasi dengan jargon-jargon perlawanan harus tetap dikibarkan baik secara kultural maupun struktural untuk tetap disuarakan sebagai perjuwudan dalam rangka membangun demokrasi yang sejati di Indonesia. Artinya melalui demonstrasi yang benar, damai dan berkualitas, maka akan mencapai sebuah demokrasi yang baik sebagaimana harapan semua pihak. Berangkat dari situasi dan kondisi diatas, maka sangat penting bagi penyusun untuk meneliti sebuah tesis dengan tema Perilaku Kekerasan Mahasiswa dalam Menyampaikan Pendapat di Muka Umum melalui (Studi Kasus Mahasiswa Kota Makassar dalam Kegiatan ). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian ini, yaitu demonstrasi mahasiswa yang berakhir dengan kericuhan : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 8

karena tujuan demonstrasi tidak terencana dengan baik. Pada saat demonstrasi berlangsung, mahasiswa kadang-kadang tidak terkontrol, tidak sabar, lemahnya komunikasi atau negosiasi, mudah terprovokasi, dan sangat emosional dalam menghadapi situasi dan kondisi yang berkembang dalam demonstrasi, sehingga kekerasan sebagai alat atau cara yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan demonstrasi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah pokok penelitian ini, yaitu mengapa mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi berujung pada perilaku kekerasan?. Agar penelitian ini terarah dan mengingat luasnya permasalahan tersebut, maka masalah pokok tersebut peneliti batasi dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai penyampaian pendapat di muka umum melalui demonstrasi? 2. Apa yang menjadi motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan demonstrasi mahasiswa berujung pada perilaku kekerasan? 4. Bagaimana mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan? : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 9

5. Bagaimana konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai mengapa mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi umumnya berujung pada perilaku kekerasan. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: a. Pemahaman mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. b. Motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi. c. Faktor-faktor yang menyebabkan demonstrasi mahasiswa berujung pada perilaku kekerasan. d. Mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan. e. Konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan. : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 10

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Teoritik Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menanamkan kepada mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi dapat berlangsung damai. 2. Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai bahan pengalaman peneliti, selaku pribadi yang senang berkecimpung dalam organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. b. Bagi Perguruan Tinggi, penelitian ini berguna sebagai bahan untuk pertimbangan bagi pimpinan lembaga perguruan tinggi/universitas dalam membuat sebuah kebijakan terkait dengan pengaturan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. c. Bagi organisasi intra dan ekstra kemahasiswaan, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi pelaksana/pengurus organisasi intra dan ekstra kemahasiswaan, agar lebih mengavaluasi diri terhadap arah perjuangan dan pergerakan mahasiswa dalam melanjutkan agenda-agenda reformasi. d. Bagi Pemerintah dan Kepolisian, penelitian ini berguna sebagai bahan untuk pertimbangan bagi pemerintah setempat, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kota, dan juga pihak kepolisian dalam membuat sebuah kebijakan : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 11

terkait pengaturan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 12