BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI Penegakan Hukum Tanah Dalam ImplementasiAsas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi persoalan-persoalan

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

I. PENDAHULUAN. Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

ASAS FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH PADA NEGARA HUKUM (SUATU TINJAUAN DARI TEORI, YURIDIS DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

PROVINSI JAWA TENGAH

ASAS FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH PADA NEGARA HUKUM (SUATU TINJAUAN DARI TEORI, YURIDIS DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

Solusi Penyediaan Lahan untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan?: Meneraca Ulang Program Injeksi Tanah dan Konversi Lahan

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara optimal dalam pendidikan. Menurut Setiawan (2011:356), pendidikan

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

LAND REFORM ATAS TANAH EKS HGU PT RSI DI KABUPATEN CIAMIS SUATU KAJIAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEBIJAKAN DAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN TANAH MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang pokok dan bersifat mendesak. Tanpa hal-hal tersebut, manusia

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

RANCAANPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini akan dikemukan simpulan yang telah dirumuskan dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian dalam Bab IV, sebagaimana tersebut diatas. 1. Simpulan Umum a. Pada negara kesejahteraan (welfare state) tanah sebagai sumber daya agraria kemanfataannya harus dijamin oleh hukum, berdasarkan asas fungsi sosial hak atas tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tanah sebagai sumber daya agraria yang penggunaannya berdasarkan asas fungsi sosial hak atas tanah dengan memperhatikan potensi tanah sebagai tanah agraris, menjadi penguat identitas dan kedaulatan bangsa. b. Pada era modern krisis negara kesejahteraan terjadi akibat semakin hilangnya potensi tanah sebagai tanah agraris, akibat tidak terjaminnya penerapan asas fungsi sosial hak atas tanah, baik dalam norma hukum maupun dalam perilaku warga negaranya. Penegakan hukum dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah bertujuan untuk menyerasikan antara nilai-nilai yang menjadi dasar pembentukannya dengan norma dan perilaku hukum warga negara. c. Asas fungsi sosial hak atas tanah pada hakekatnya mengandung makna adanya pengakuan atas kepentingan perorangan, kepentingan sosial dan kepentingan umum atas tanah, yang merupakan cerminan nilai-nilai gotong royong, solidaritas, keadilan, cinta bangsa dan cinta tanah air, berdasarkan prinsip reforma agraria dan hak asasi manusia (HAM). Penerapan asas fungsi sosial hak atas tanah terwujud apabila (1) tanah bisa memberikan manfaat bagi rakyat; (2) tercapaianya pemerataan dalam pemanfaatan tanah; (3) adanya partisipasi rakyat dalam memelihara kemanfaatan tanah; dan (4) perlindungan hak-hak warga negara atas tanah berdasarkan prinsip hak asasi manusia.

d. Kemanfaatan tanah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat akan terwujud pada negara yang warga negaranya memiliki kesadaran hukum untuk mentaati asas fungsi sosial hak atas tanah. Kesadaran hukum dalam menerapkan asas fungsi sosial hak atas tanah didasari pada pengetahuan, perilaku dan ketrampilan warga negara dalam memelihara tanah, berdasarkan nilai-nilai gotong royong, solidaritas, keadilan, cinta bangsa dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan dalam domain social cultural. e. Pada negara agraris, pendidikan kewarganegaraan berkontribusi untuk membentuk Civic Agriculture, sebagai warga negara yang memiliki kesadaran untuk menjaga tanah yang berpotensi agraris berdasarkan asas fungsi sosial hak atas tanah, menjamin hak-hak kewarganegaraan atas tanah, menyeimbangkan kepentingan perorangan, kepentingan sosial, kepentingan umum atas tanah, dan menjaga kemanfaatan tanah yang berkelanjutan (sustainable). 2. Simpulan Khusus a. Penggunaan Tanah sebagai Sumber Daya Agraria di Indonesia 1) Penggunaan Tanah di Negara Agraris Penggunaan tanah belum memberikan kemanfaatan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, karena penggunaan tanah belum sesuai dengan potensinya sebagai tanah agraris. Kondisi ini terjadi karena adanya pelanggaran hukum tanah dalam asas fungsi sosial hak atas tanah, antara lain alih fungsi tanah pertanian, penyempitan luas tanah pertanian, penelantaran tanah dan kerusakan tanah. Fenomena ini dialami pada daerah-daerah yang berpotensi agraris sebagai penghasil produksi pertanian, seperti Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. 2) Penggunaan Tanah dalam Pengaruh Kependudukan

Keadaan pertanahan banyak dipengaruhi oleh persebaran pendudukan dan kepadatan penduduk yang tidak merata sebagai akibat adanya migrasi pendudukan dari desa ke kota dan berubahnya gaya hidup agraris menjadi non agraris. Keadaan ini merubah pola kehidupan masyarakat yang semakin meninggalkan kehidupan agraris. Kepadatan penduduk berakibat pada tingginya tingkat penggunaan tanah, Tingkat kepadatan penduduk di Indonesia yang tidak merata persebarannya menyebabkan penggunaan tanah yang tidak merata. 3) Penggunaan Tanah dalam Kebijakan Pengelolaan Tanah Belum adanya keselarasan antara UUPA yang didalamnya mengandung asas fungsi sosial hak atas tanah dengan kebijakan pengelolaan tanah, khususnya kebijakan tata ruang di daerah, menyebabkan tanah belum mampu menjamin untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. b. Penegakan Hukum Tanah dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah 1) Penegakan Hukum Tanah dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Substansi Hukum Norma hukum yang mengatur asas fungsi sosial hak atas tanah secara khusus tidak ada, namun dijabarkan dalam berbagai aturan tentang landreform, konsolidasi tanah, redistribusi tanah, penertiban tanah-tanah terlantar, dan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. 2) Penegakan Hukum Tanah dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Struktur Hukum Kebijakan pemerintah atau BPN untuk melakukan pengendalian pertanahan dan pemberdayaan masyarakat, antara lain : a) Pemerintah dalam hal ini BPN mengeluarkan kebijakan untuk menjamin keseimbangan antara kepentingan perorangan, kepentingan sosial, dan kepentingan umum atas tanah melalui, redistribusi tanah,

penertiban tanah terlantar, legalisasi asset bagi masyarakat tidak mampu, dan ganti rugi yang layak dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum. b) Pengendalian pertanahan dengan memberikan perlindungan hak-hak warga negara atas tanah, melalui program reforma agraria, dengan melaksanakan asset reform dan akses reform khususnya bagi rakyat tidak mampu dan petani. c) BPN melalui Kantor Pertanahan di daerah melakukan proteksi tanahtanah pertanian yang kebijakannya bekerjasama dengan Pemda, mengacu pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) ditiap-tiap daerah. d) Pemberdayaan masyarakat, melalui pembentukan Pokmasdartibnah (Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan), untuk membentuk kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga tanah dalam fungsi sosial. 3) Penegakan Hukum Tanah dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Budaya Hukum Asas fungsi sosial merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi manusia untuk memenuhi harkat dan martabat manusia dalam prinsip kemanusiaan, berdasarkan nilai kebersamaan dalam memanfaatkan tanah atau gotong royong, nilai keadilan, kesejahteraan, solidaritas, dan nilai nasionalisme. Perilaku hukum yang didasarkan pada nilai keadilan, solidaritas, cinta bangsa dan cinta tanah air, didasarkan nilai gotong royong dalam memanfaatkan tanah menjadi dasar dalam menerapkan asas fungsi sosial hak atas tanah dalam masyarakat. Keberadaan tanah dalam perpektif fungsi sosial hak atas tanah di Indonesia dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk mengusahakan tanah dilandasi dengan nilai gotong royong.

c. Kendala Penegakan Hukum Tanah dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah 1) Kendala Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Aturan (Substansi) Hukum Tumpang tindihnya peraturan-peraturan yang mengatur tentang tentang tanah, menyebabkan kurang terjaminnya kepastian hukum dalam menerapkan asas fungsi sosial hak atas tanah. Sampai saat ini undangundang yang mengatur khusus tentang tanah belum ada dan masih dalam taraf rancangan undang-undang pertanahan. 2) Kendala implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah ditinjau dari struktur hukum Adanya dualisme kewenangan yang mengatur urusan tanah di daerah yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan dan Pemerintah Daerah (Pemda atau Pemkab), seringkali berbenturan menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum dalam penerapannya. Kurangnya kesadaran para penyelenggara negara dalam melaksanakan urusan pertanahan, menyebabkan timbulnya kebijakan yang cenderung merugikan masyarakat. Adanya kecenderungan menganggap urusan tanah hanya terkait kepentingan pribadi dan administrasi saja, sehingga tanah hanya dimaknai sebagai asset kepemilikan ekonomi semata, bukan sebagai hak bagi warga negara untuk memenuhi standar kehidupan yang layak. 3) Kendala Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Budaya Hukum Pengaruh modernisasi kehidupan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai kehidupan pada kepentingan ekonomi semata dan semakin menjauhkan masyarakat dari kehidupan agraris. Sumber-sumber daya agraria khususnya tanah hanya dipandang sebagai alat produksi dan obyek komoditi ekonomi dari pemilik modal maupun penguasa tanah. Semakin

hilangnya karakter budaya agraris, lebih mengutamakan nilai-nilai individualis dan materialistis dalam pengelolaan tanah, dan mulai berkurangnya ikatan sosial dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat, menyebabkan fungsi sosial tanah semakin tidak menjamin kemanfaatan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. d. Pembentukan kesadaran hukum warga negara untuk penegakan hukum tanah dalam asas fungsi sosial hak atas tanah Penegakan hukum dalam asas fungsi sosial hak atas tanah berkorelasi dengan kesadaran hukum masyarakat. Pembentukan kesadaran hukum dilakukan baik oleh pemerintah dalam hal ini BPN melalui Kantor Pertanahan di tiap-tiap daerah, dan oleh Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) sebagai organisasi masyarakat yang bergerak dalam peningkatan kapabilitas masyarakat. Hasil penelitian diketahui pembentukan kesadaran hukum warga negara untuk penegakan hukum tanah dilakukan melalui antara lain : 1) Pembentukan Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan (Pokmasdartibnah), yang merupakan salah satu program BPN melalui Kantor Pertanahan di tiap-tiap daerah, untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Pokmasdartinah melaksanakan program reforma agraria, namun cenderung hanya terkait asset reform saja, akses reform belum sepenuhnya dilaksanakan karena kendala kemampuan dan ketersediaan SDM. Kegiatan Pokmasdartibnah masih bersifat administrasi pendaftaran tanah untuk kepentingan Prona maupun Proda, sehingga belum bisa membentuk kesadaran hukum warga negara. Belum melibatkan organisasi yang melakukan pendidikan reforma agraria bagi masyarakat, sehingga pelaksanaannya belum efektif untuk membentuk kesadaran hukum masyarakat. 2) Pemberdayaan masyarakat melalui Desa Maju Reforma Agraria (Desa Damara), merupakan program dari Konsorsium Pembaharuan Agraria

(KPA) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gerakan reforma agrarian di daerah pedesaan. Desa Damara ini bisa dikatakan menjalankan asas fungsi sosial hak atas tanah, karena kegiatan yang dilakukan berorientasi pada pemanfaatan tanah untuk usaha bersama, dan untuk meningkatkan kesejahteraan secara merata bagi rakyat, dengan mengusahan tanah untuk kegiatan produksi pertanian. a) Pendidikan khusus untuk Aktivis Gerakan Pembaharuan Agraria. b) Pendidikan bagi generasi muda petani Pendidikan berorientasi pada pembentukan kesadaran reforma agraria, pada daerah-daerah yang sedang berkonflik pertanahan. Kegiatan dilakukan bekerjasama dengan organisasi tani lokal (OTL), memberikan kesadaran tentang pentingnya gerakan reforma agrarian bagi pemulihan hak-hak rakyat atas tanah. Namun, belum terintegrasi dengan baik dengan pemerintah sehingga terkesan berlawanan, dan belum efekti dalam menyelesaikan konflik pertanahan. e. Penegakan hukum dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah melalui Pendidikan Kewarganegaraan 1) Pendidikan Kewaraganegaraan untuk Penegakan Hukum Tanah Pendidikan pada masyarakat untuk membentuk warga negara yang mengetahui hakekat hukum tanah dalam asas fungsi sosial hak atas tanah menjadi bagian dari domain social cultural sebagai konsep dan praksis PKn kemasyarakatan. PKn sebagai disiplin ilmu terintegrasi yang bercirikan sifat multifacet, salah satunya bidang ilmu pendukungnya adalah hukum, maka bisa dikatakan PKn merupakan bagian dari pendidikan hukum, yang bertujuan untuk melakukan penegakan hukum. Penegakan hukum tanah dalam asas fungsi sosial hak atas tanah mengandung pemahaman kesadaran pentingnya tanah bagi seluruh rakyat

berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai negara agraris, yakni keadilan, solidaritas, cinta bangsa, cinta tanah air, dan gotong royong. Pendidikan kewarganegaraan untuk penegakan hukum dalam asas fungsi sosial hak atas tanah bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki kesadaran untuk mentaati hukum tanah dalam asas fungsi sosial hak atas tanah, sehingga mampu memanfaatkan tanah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. 2) Pembentukan Komptensi Civic Agriculture untuk Penegakan Hukum dalam Implementasi Asas Fungsi Hak Atas Tanah Peran PKn untuk penegakan hukum dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah, bertujuan untuk membentuk Civic Agriculture,yang memiliki kompetensi warga negara berikut ini : a) Civic Knowledge/Pengetahuan Kewarganegaraan, antara lain (1) Gagasan ekologi kewarganegaraan (ecological citizenship) dan isu-isu global kewarganegaraan; (2) Nilai-nilai bangsa berkarakter agraris; (3) Tanah sebagai sumber daya agraria yang berkarakter agraris; (4) Tanah di negara hukum, dan konflik agraria; (5) Asas-asas hukum tanah (Fungsi sosial hak atas tanah); (6) Hak-hak dan kewajiban atas tanah; (7) Landreform untuk rakyat yang berkeadilan; (8) Tanah sebagai Capital Asset dan Sosial Asset. b) Civic Dispositions/Karakter Kewarganegaraan, warga negara sadar asas fungsi sosial hak atas tanah, didasarkan pada nilai-nilai fungsi sosial hak atas tanah, kewajiban warga negara dan perilaku sosial warga negara atas tanah. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai keadilan, solidaritas, cinta bangsa dan cinta tanah air, dan gotong royong. c) Civic Skills/Keterampilan Kewarganageraan, merupakan keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi untuk membentuk warga negara yang sadar asas fungsi sosial hak atas tanah, yang memiliki kepercayaan, komitmen dan ketangguhan dalam menerapkan asas fungsi Sosial Hak Atas Tanah.

B. Saran Setelah menyajikan beberapa simpulan selanjutnya disampaikan saran untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini dan dalam upaya pengembangan penelitian lebih lanjut. 1. Saran Berdasarkan Hasil Penelitian a. Penggunaan Tanah sebagai Sumber Daya Agraria di Indonesia 1) Penggunaan Tanah di Negara Agraris Sebagai bangsa yang memiliki potensi sebagai negara agraris, maka negara sebaiknya memberikan jaminan kemanfaatan sumber daya agraria, khususnya tanah agar mampu memenuhi kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Warga negara sebaiknya juga memiliki kesadaran tentang kondisi negara yang agraris, sehingga dalam perilakunya akan berkontribusi pada pemanfaatan tanah agraris bagi kemakmuran seluruh rakyat. Penting adanya upaya pembentukan kesadaran warga negara tentang budaya agraris, terutama dilakukan melalui pendidikan yang lebih mendekatkan dengan realita sebagai negara agraris. 2) Penggunaan Tanah dalam Pengaruh Kependudukan Keberadaan tanah dalam perpektif fungsi sosial hak atas tanah, harus memperhatikan aspek pertambahan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap tingkat penggunaan tanah, begitu juga kemampuan tanah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Asas fungsi sosial hak atas tanah harus bisa dimanfaatkan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat, maka faktor kependudukan menjadi faktor yang berpengaruh dalam upaya penerapannya. Sebaiknya, pemerintah kembali menggalakkan program Keluarga Berencana, baik melalui sosialisasi di masyarakat, maupun pendidikan di sekolah-sekolah. Selain itu penting adanya upaya pendataan kepemilikan tanah yang dilakukan

secara terintegrasi dengan data kependudukan. Harapannya pemerintah akan mendapat data yang akurat mengenai luas kepemilikan tanah yang dimiliki warga negara, untuk kepentingan pembatasan dan redistribusi tanah. 3) Penggunaan Tanah dalam Kebijakan Pengelolaan Tanah Keberadaan tanah dalam asas fungsi sosial hak atas tanah, sebaiknya didukung dengan kebijakan tata ruang dan tata guna tanah yang memperhatikan kepentingan fungsi sosial dan ekologi tanah. Kebijakan sebaiknya juga bisa menjamin penggunaan tanah, yang memiliki potensi sebai tanah agraris, terutama bagi warga negara yang memanfaatkannya khususnya petani, dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan kondisi sosial budaya dalam masyarakat. Kehadiran Kementerian Agraria dan Kementerian Kedaulatan Pangan menjadi solusi strategis dalam menyelesaikan agenda kebijakan pertanahan, terutama untuk menata kembali struktur agraria yang timpang dan memulihkan hak-hak rakyat khususnya petani. b. Penegakan Hukum Agraria dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah 1) Penegakan Hukum Agraria dalam Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Aturan (Substansi) Hukum Tanah Sebaiknya norma hukum mengandung makna adanya jaminan dan pengakuan atas : a. Kepentingan perorangan (individu) atas tanah, yang meliputi berfungsinya hak milik atas tanah baik untuk perorangan maupun badan hukum, sebagai bagian dari pemenuhan hak dasar untuk memenuhi standar kehidupan yang layak dalam prinsip kemanusiaan; b. Kepentingan sosial atas tanah, yang meliputi hak penguasaan tanah oleh kelompok masyarakat termasuk masyarakat adat, yang

mengusahakan tanah secara bersama, dalam memenuhi sendi-sendi kehidupan sosial dan penguat identitas sosial; c. Kepentingan umum atas tanah, yang meliputi hak menguasai negara atas tanah, sebagai wujud dari keterlibatan negara untuk menjaga kemanfaatan tanah agar mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. 2) Penegakan Hukum Agraria dalam Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Struktur Hukum Tanah Sebaiknya dalam menjalankan urusan pertanahan pemerintah berdasarkan pada asas-asas umum pemerintahan yang baik, sebagai seperangkat nilai dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Negara hukum yang bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat membutuhkan peran aparat penegak hukum dalam menegakkan hukum dalam masyarakat. Penegakan hukum dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah sebaiknya terwujud melalui berbagai kebijakan pemerintah dalam menyelenggarakan urusan pertanahan yang didasarkan prinsip reforma agraria. 3) Penegakan Hukum Agraria dalam Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Budaya Hukum Tanah Sebaiknya dilakukan pembentukan kesadaran hukum berdasarkan nilainilai gotong royong, solidaritas, keadilan, cinta bangsa dan cinta tanah air, untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan perorangan, kepentingan sosial, dan kepentingan umum atas tanah. Penerapan asas fungsi sosial hak atas tanah yang didasarkan pada pertimbangan nilai gotong royong, solidaritas, keadilan, cinta bangsa dan cinta tanah air, menjadi perwujudan dari prinsip hak asasi manusia, dalam mencapai kemanfaatan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. c. Kendala Penegakan Hukum Agraria dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah

1) Kendala Penegakan Hukum Agraria dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Substansi Hukum Tanah Untuk menerapkan asas fungsi sosial hak atas tanah kedalam kaidah hukum diperlukan adanya kebijakan yang nantinya tertuang dalam aturan hukum tanah, dengan indikator antara lain (1) Tanah harus bisa memberikan manfaat bagi rakyat; (2) Tercapaianya pemerataan dalam pemanfaatan tanah; (3) Adanya partisipasi rakyat dalam penentuan manfaatnya; dan (4) Penghormatan terhadap hak-hak warga negara atas tanah dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia. Sebaiknya perlu dilakukan harmonisasi peraturan-peraturan hukum tanah yang memenuhi prinsip asas fungsi sosial hak atas tanah, yang menjamin perlindungan tanah pertanian dan kesejahteraan rakyat, pembatasan luas kepemilikan tanah, kebijakan penataan ruang yang mengakomodasi kepentingan ketahanan dan kedaulatan pangan, dan standar ganti rugi yang layak pada proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang mempertimbangkan tanah sebagai social asset dan capital asset. 2) Kendala Penegakan Hukum Agraria dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Stuktur Hukum Urusan pertanahan dalam menerapkan asas fungsi sosial hak atas tanah seharusnya dilaksanakan secara terintegrasi dengan berbagai lembaga yang berkaitan, sehingga secara koordinatif mampu mewujudkan program kegiatan yang selaras dengan tujuan penguatan akses bagi pemilik tanah dan dengan kegiatan ekonomi produktif yang berlandaskan prinsip kesejahteraan rakyat. Sebaiknya pembentukan POKJA Pertanahan dan Pengembangan Kesejahteraan Rakyat menjadi strategi yang diharapkan akan mampu menjadi forum bersama dalam menyelesaikan urusan pertanahan di daerah, yang berlandaskan asas fungsi sosial hak atas tanah dan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3) Kendala Penegakan Hukum Agraria salam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah ditinjau dari Budaya Hukum Untuk menerapkan asas fungsi hak atas tanah, sebaiknya pemahaman tanah sebagai social asset dan capital asset menjadi faktor penting yang harus diketahui oleh warga negara. Jaminan kepastian hukum atas tanah bagi warga negara seharusnya mempertimbangkan prinsip HAM dan pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (ecosob), yakni tercapainya standar kehidupan yang layak. Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat, sebaiknya memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang bersifat kearifan lokal yang bertujuan untuk menginternalisasikan nilainilai yang terkandung dalam asas fungsi sosial hak atas tanah. Budaya agraris yang hidup dalam masyarakat bersumber dari nilai gotong royong menjadi pengikat hidup bersama yang sebaiknya mulai dihidupkan dan disosialisasikan, baik melalui organisasi tani lokal, kelompok-kelompok tani, maupun organisasi kemasyarakatan lainnya. Sebaiknya asas fungsi sosial hak atas tanah menjadi pengetahuan bagi warga negara agar terjamin hak-haknya sebagai warga negara, oleh karena itu penting adanya sosialisasi maupun pendidikan pada masyarakat yang bertujuan untuk membentuk kesadaran hukum untuk menerapkan fungsi sosial hak atas tanah bagi warga negara. d. Pembentukan kesadaran hukum tanah warga negara dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah melalui pendidikan 1) Pembentukan Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan (Pokmasdartibnah) oleh BPN melalui Kantor Pertanahan di tiap-tiap daerah. Sebaiknya dilakukan dengan orientasi memberikan pendidikan kesadaran hukum bagi warga negara. Membuat program pendidikan untuk warga negara dengan perencanaan yang baik untuk membentuk kompetensi kewarganegaraan. bekerjasama dengan organisasi

kemasyarakatan atau lembaga pendidikan sebagai tenaga ahli dalam program kemitraan. 2) Pemberdayaan masyarakat melalui Desa Maju Reforma Agraria (Desa Damara), merupakan program dari Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gerakan reforma agrarian di daerah pedesaan. a) Pendidikan khusus untuk Aktivis Gerakan Pembaharuan Agraria. b) Pendidikan bagi generasi muda petani Pendidikan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan berkoordinasi dengan pemerintah, sehingga akan efektif dalam melakukan penyelesaian konflik pertanahan. Sebaiknya pendidikan bertujuan untuk menginternalisasikan nilai-nilai fungsi sosial tanah yang bertujuan memebntuk perilaku warga negara yang sadar hukum. Sebaiknya pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan model pendekatan pengalaman, kooperatif, partisipatif dan pembelajaran aktif, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan didasarkan pada pertimbanganpertimbangan moral, harapannya akan memunculkan sikap dan perilaku hukum yang memiliki kesadaran bukan atas paksaan. e. Peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk Penegakan Hukum Tanah dalam Penguatan Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah 1) Pendidikan Kewarganegaraan untuk Penegakan Hukum Tanah Untuk pengembangannya sebaiknya penegakan hukum tanah dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah dapat dilakukan melalui PKn, baik pada pendidikan formal di sekolah maupun pada pendidikan non formal dalam masyarakat secara terintegrasi. Penyusunan modul dan bahan ajar PKn dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah, menjadi solusi yang sangat penting untuk dilakukan, agar pendidikan yang dilakukan terencana dengan baik.

2) Pembentukan Kompetensi Civic Agriculture untuk Penegakan Hukum Tanah dalam Implementasi Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah PKn memiliki kontribusi untuk membentuk kompetensi Civic Agriculture yang sebaiknya diterapkan pada pendidikan formal dan non formal yang berada di daerah yang memiliki potensi agraris. Pembentukan Civic Agriculture penting dilakukan untuk mendekatkan generasi muda dengan realita kehidupan agraris, sehingga memiliki pengalaman dan bekal hidup (soft skill dan hard skill) sebagai warga negara agraris. 2. Saran Untuk Penelitian Lanjutan Penelitian ini membatasi kajian pada penegakan hukum tanah dalam implementasi asas fungsi sosial hak atas tanah. Untuk pengembangannya akan dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan pedagogis mengenai pengembangan kurikulum dan bahan ajar pendidikan civic agriculture sebagai Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education) baik pada pendidikan formal pada maupun pendidikan non formal pada masyarakat. Penelitan juga akan dilanjutkan dengan mengembangkan civic agriculture berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga lebih mendekatkan dengan realitas kebutuhan masyarakat, yang berkontribusi pada pembentukan kesadaran warga negara untuk menjaga kemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan bagi generasi yang akan datang, dan berorientasi pada tercapainya sebesar-besar kemakmuran rakyat Sangat penting untuk mensosialisikan pemahaman asas fungsi sosial hak atas tanah lebih lanjut agar tidak hanya dimaknai sebagai dasar hukum atas penggunaan tanah untuk kepentingan umum, namun juga termaknai sebagai perlindungan penggunaan tanah untuk kepentingan perorangan dan kepentingan sosial atas tanah. Untuk memperkuat kebijakan pemerintah dalam menerapkan asas fungsi sosial hak atas tanah, juga akan dilakukan penelitian lanjutan yang

bertujuan mengidentifikasi permasalahan pertanahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.