BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat merupakan salah satu masalah bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa bangsa (PBB) memproyeksikan bahwa populasi dunia pada tahun 2015 mencapai 7,5 milyar dan akan mencapai 9,7 milyar pada tahun 2050 yang didorong oleh pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang.meningkatnya populasi penduduk dunia maka akan terjadi ledakan besar yang tidak hanya menurunkan kualitas kehidupan manusia, namun juga dapat mengancam lingkungan hidup dan kehidupan sehat (UN News Centre, 2015). Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan penduduk 237,6 juta jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,49% dan jumlahnya akan terus bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya (BKKBN, 2015). Tingginya laju pertambahan penduduk di Indonesia pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana (KB). Program KB pertumbuhan penduduk akan terkendali dan keluarga kecil yang berkualitas akan meningkat.untuk mewujudkan program pengendalian pertumbuhan penduduk tersebut pemerinah menyusun beberapa kebijakan salah satunya adalah peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif serta efisien untuk jangka waktu panjang. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2014). 1

2 Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015-2019 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Berdasarkan lamaefektivitasnya kontrasepsi dibagi menjadi dua metode yaitu MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan jenis Implan/susuk, IUD (Intra Uterine Device), MOP (metode operasi pria), MOW (metode operasi wanita). Sedangkan Non MKJP dengan jenis kondom, pil, suntik, dan metode lain yang tidak termasuk dalam MKJP. Program kontrasepsi yang digalakkan adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan implanmerupakan salah satu metode unggulannya (BKKBN, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gebremariam&Addissie (2014) mengatakan bahwa MKJP implan (susuk) dinilai merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif dari segi kegunaan, biaya dan dengan tingkat keberhasilan mencapai 99%. Namun kenyataannya persentase penggunaan implan di Bali masih sangat rendah dibandingkan dengan metode MKJP lainnya. Implan atau yang lebih dikenal dengan istilah KB Susuk merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang digunakan pasangan usia subur serta dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam yang mempunyai efektivitas cukup tinggi (Manuaba,dkk.2010). Apabila dipasang dengan benar, metode kontrasepsi implan memiliki efektivitas cukup tinggi dengan tingkat kegagalan hanya < 1 setiap 100 wanita yang memakainya. Tingkat kegagalan implan lebih sedikit bila dibandingkan dengan KB IUD dengan tingkat kegagalan 1-3 kehamilan pada 100 wanita pertahun. Selain itu, keuntungan penggunaan KB implan yaitu tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan senggama, serta tidak mengganggu produksi Air Susu Ibu (ASI)(Kurniawati, 2013).Berdasarkan uraian di atas,kb implan memiliki

3 keuntungan yang baik dan dapat bekerja dengan efektifitasnya, oleh karena itu penggunaan KB implan sangat penting dalam mendukung program KB. Pemerintah mencanangkan cakupan peserta KB aktif Provinsi Bali sebesar 80%, dimana cakupan yang diharapkan untuk pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 70% (Dinkes Kota Denpasar, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014 diperoleh bahwa terdapat 6.932.05 pasangan usia subur (PUS), dimana 8,01% adalah peserta KB baru dan 83,87% adalah peserta KB aktif. Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang digunakan tahun 2014 adalah akseptor IUD sebesar 248.020 (42,7%), suntikan 219.947 (37,6%), pil 55.752 (9,6%), MOW 21.753 (3,7%), kondom 20.174 (3,5%), implan 12.420 (2,1 %), MOP 3.347 (0,6%). Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur terhadap penggunaan KB implan tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kepesertaan KB suntikan dan IUD (Dinkes Prov. Bali, 2015). Puskesmas I Denpasar Utara adalah salah satu Puskesmas dengan jumlah akseptor KB aktif terendah bila dibandingkan dengan Puskesmas lain yang berada di Kota Denpasar. Pada tahun 2014, jumlah PUS sebesar 10.987, dimana peserta KB aktif yang menggunakan IUD sebanyak 3.638 (33,1%), MOW 377 (3,4%), MOP 8 (0,1%), Implan 178 (1,1%), suntik 4.056 (37%), pil 1.176 (10,7%), kondom 485 (4,4%). Pada tahun 2015 jumlah PUS yaitu 6.695 penduduk dengan penggunaan IUD sebanyak 1.890 (31%), MOW 233 (3,8%), MOP 20 (0,3%), implan 96 (1,2%), suntik 1.197 (19,6%), pil 537 (8,8%), kondom 371 (6%). Total pencapaian peserta KB aktif tahun 2014 dan 2015 yaitu masing-masing 89,8% dan 70,7%, angka ini masih belum mencapai cakupan yang diharapkan untuk pencapaian peserta KB aktif MKJP sebesar 80%. Serta cakupan pencapaian MKJP di tahun 2014 dan 2015 masih rendah, hanya 37,7% dan 36,3%.Implan sebagai salah satu jenis MKJP yang hanya

4 berkontribusi sebesar 1,2% terhadap cakupan pencapaian peserta KB aktif MKJP. Penggunaan MKJP di Bali masih sangat rendah jika dibandingkan dengan di daerah lain, salah satunya di Banyuwangi. Di Banyuwangi, angka pencapaian penggunaan kontrasepsi implan sebesar 17% dengan target yg ditetapkan 9,89% (Nuzula, 2015). Menurut Ely, dkk (2011)faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan KB implanadalah karena kurangnya pengetahuan responden tentang kontrasepsi tersebut, selain itu juga kurangnya informasi dari tenaga kesehatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nuzula (2015) di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang kontrasepsiimplan, maka pemakaian kontrasepsi implansemakin tinggi. Penggunaan alat kontrasepsi implan masih rendah juga dikarenakan adanya perasaan takut dalam menggunakan alat kontrasepsi implan. Perasaan takut tersebut merupakan faktor psikologis dari persepsi seseorang, dimana persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan (Walgito, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2005) mengatakan bahwa semakin positif persepsi seseorang terhadap KB maka semakin tinggi motivasi menjadi akseptor KB, sebaliknya jika semakin negatif persepsi seseorang terhadap KB maka semakin rendah motivasi menjadi akseptor KB. Penelitian lain juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara perspsi ibu tentang program KB dengan penggunaan kontrasepsi (Maryam, 2014). Perilaku masyarakat dalam penggunaan kontrasepsi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap produk tersebut, sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan dan persepsi akseptor KBnon MKJP terhadap pemilihan kontrasepsi implan.

5 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan persepi akseptor KB non MKJP tentang kontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Program KB sangat besar peranannya dalam mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Penggunaan kontrasepsi implan sangat efektif dalam meningkatkan kepesertaan MKJP. Implan merupakan alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas cukup tinggi dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya, namun jumlah akseptor implan di Puskesmas I Denpasar Utara rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi suntik dan pil. Penggunaan kontrasepsi implan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuandan persepsi masyarakat terhadap kontrasepsi implan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengetahuan dan persepsi akseptor KB non MKJP tentang kontrasepsi Implan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016? 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana tingkat pengetahuan dan persepsi akseptor KB non MKJP tentangkotrasepsiimplan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahuipengetahuan dan persepsi akseptor KB non MKJP tentang kontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016.

6 1.4.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahuipengetahuan akseptor KB nonmkjp tentangkontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara. 2. Untuk mengetahui persepsi akseptor KB non MKJP tentangkontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi institusi hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan dan dapat digunakan untuk pengembangan teori dan ilmu pengetahuan khususnya tentang kontrasepsi implan 2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti masalah ini, hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang terkait penelitian ini. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat di Puskesmas I Denpasar Utara untuk memperluas pengetahuannya mengenai kontrasepsi implandan dapat memberikan dorongan pada masyarakat untuk ikut serta dalam penggunaan kontrasepsi implan. 2. Bagi tempat penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk mendorong masyarakatnya untuk ikut serta berpartisipasi dalam menggalangkan program KB dengan ikut serta menjadi akseptor KB, khususnya kontrasepsi implan.

7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kesehatan ibu dan anak khususnya dalam Keluarga Berencana (KB) yang membahas mengenai pengetahuan dan persepsi akseptor KB non MKJP tentangkontrasepsi implan di Puskesmas I Denpasar Utara pada tahun 2016.