BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

VISI Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun MISI Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. yangpaling mendesak negara-negara berkembang seperti Indonesia (Muhi, penduduk yang besar tanpa disertai dengan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

Sgmendung2gmail.com

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi juga dapat di definisikan sebagai cara atau upaya unutuk mencegah kehamilan (IPPF, 2011). Kontrasepsi dapat di definisikan sebagai segala cara untuk mencegah kehamilan. Syarat kontrasepsi yang baik adalah tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, diterima banyak orang dan dapat terus dipakai (Saifuddin,2006). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan cara, alat atau obat obatan (Proverawati, 2010) 2.1.2 Tujuan Penggunaan Alat Kontrasepsi Berdasarkan tujuannya, pemakaian alat kontrasepsi dapat dikelompokkan sebagai berikut (Suwiyoga, 2001) : 1. Untuk Menunda Kehamilan dan Kesuburan Alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda kehamilan harus reversibilitas yang artinya dapat mengembalikan kesuburan hingga hampir 100%. Efektivitas alat kontrasepsi yang tinggi artinya tingkat kegagalan pada alat ini kecil jika digunakan oleh akseptor. Karena jika terjadi kegagalan maka akan menyebabkan terjadinya kehamilan risiko tinggi pada ibu yang terlalu muda. 7

8 2. Untuk Mengatur dan Menjarangkan Kehamilan Alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur kehamilan memerlukan efektivitas yang cukup tinggi untuk menghindari terjadinya kegagalan. Kegagalan pada alat kontrasepsi akan mengakibatkan jarak kehamilan yang terlalu dekat dan berisiko untuk ibu. Selain itu alat kontrasepsi yang digunakan juga diharapkan mampu mengembalikan kesuburan dengan baik dan tidak menghambat ASI (Air Susu Ibu) karena biasanya akseptor KB masih menginginkan untuk memiliki anak. 3. Untuk Mengakhiri Kehamilan Alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengakhiri kehamilan memerlukan efektivitas yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena jika terjadi kegagalan kontrasepsi akan terjadi kehamilan risiko tinggi pada ibu yang terlalu tua. Selain itu penggunaan alat kontrasepsi ini biasanya digunakan untuk akseptor yang tidak ingin memiliki anak lagi. 2.1.3 Jenis Jenis Metode Kontrasepsi Secara garis besar metode kontrasepsi dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal. Namun penggunaan metode kontrasepsi ini hanya bersifat sementara karena jika alat atau obat tidak digunakan lagi maka pengguna dapat hamil kembali jika masih dalam keadaan produktif. Kontrasepsi hormonal terdiri dari jenis suntikan, pil, dan impant. Sedangkan metode kontrasepsi non hormonal terdiri dari Metode Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus, metode barrier, alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dan kontrasepsi mantap (BKKBN, 2008). Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 metode yaitu : 1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) : impant, IUD, MOP dan MOW.

9 2. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) : kondom, pil, suntik dan metode lain selain MKJP. Meskipun metode kontrasepsi mampu mencegah terjadinya kehamilan akan tetapi belum bisa 100% efektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Bali pada tahun 2008 di sembilan kabupaten dan kota di Bali, menunjukkan terjadinya kegagalan di berbagai macam metode kontrasepsi kecuali MOW. Tiga metode kontrasepsi dengan kasus kegagalan bertutut turut adalah IUD, suntik dan pil. 2.2 Vasektomi 2.2.1 Definisi Vasektomi Vasektomi adalah tindakan yang lebih ringan dari khitan yang umumnya hanya dilakukan selama 10 15 menit. Vasektomi sangat efektif, tidak ada efek samping jangka panjang, tindakan bedah aman serta efektif setelah 20 ejakulasi atau sekitar 3 bulan (BKKBN, 2008). Pelaksanaan metode kontrasepsi vasektomi yaitu saluran sperma diikat atau di potong sehingga sperma tidak dikeluarkan dan tidak bisa bertemu dengan sel telur. Dengan demikian bila suami istri melakukan hubungan seksual tidak akan terjadi kehamilan (BKKBN, 2008). Tujuan Vasektomi Pria yang melakukan vasektomi adalah ayah yang memiliki kesadaran untuk terlibat langsung dalam hal mengatur kelahiran anak. 2.2.2 Kelebihan dan Keterbatasan Metode Kontrasepsi Vasektomi Sama seperti metode kontrasepsi lain, metode kontrasepsi dengan cara vasektomi juga memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan. Menurut penelitian Meilani pada tahun 2010, adapun kelebihan dari metode kontrasepsi vasektomi adalah sebagai berikut :

10 a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual, dan produksi hormon. b. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup. c. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri d. Lebih aman karena keluhan lebih sedikit e. Lebih praktis karena hanya memerlukan satu kali tindakan f. Lebih efektif karena tingkat kegagalannya sangat kecil g. Lebih ekonomis karena hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan Sama seperti metode kontrasepsi yang lain, selain memiliki kelebihan metode kontrasepsi vasektomi juga memiliki beberapa keterbatasan diantaranya (BKKBN, 2008) : a. Harus dengan tindakan pembedahan b. Walaupun merupakan operasi kecil, masih dimungkinkan terjadi komplikasi seperti pendarahan dan infeksi. c. Tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual. d. Masih harus menggunakan kondom selama 20 kali ejakulasi. e. Jika istri masih menggunakan alat kontrasepsi disarankan tetap mempertahankan selama 2 bulan sampai 3 bulan sesudah suami menjalankan vasektomi. f. Klien perlu istirahat total selama 1 hari dan tidak bekerja keras selama 1 minggu. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2008, adapun kekurangan dalam metode kontrasepsi vasektomi yaitu : Menurut Hartanto tahun 2004, adapaun beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan dari metode kontrasepsi vasektomi adalah : Infeksi, Hematoma, Granuloma Sperma, Rekanalisasi spontan dan Pendarahan.

11 2.2.3 Persyaratan untuk Menjadi Akseptor Vasektomi Menurut BKKBN tahun 2009, yang dapat menjadi akseptor vasektomi adalah suami dari pasangan usia subur (PUS) yang memenuhi beberapa persyaratan yaitu : 1. Tidak ingin punya anak lagi 2. Sukarela dan telah mendapat konseling mengenai vasektomi 3. Mendapatkan persetujuan dari istri atau keluarga 4. Jumlah anak sudah ideal serta sehat jasmani dan rohani 5. Umur istri sekurang kurangnya 25 tahun 6. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya 7. Menandatangani formulir persetujuan tindakan medis 2.2.4 Program Keluarga Berencana di Kabupaten Gianyar Di Kabupaten Gianyar, pelaksaan program kependudukan dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) yang dibentuk sesuai dengan Perda Kabupaten Gianyar No. 6 Tahun 2008. Untuk program keluarga berencana, kegiatan dilaksanakan oleh dua bidang yaitu Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera serta Bidang Kelembagaan dan Informasi. Untuk kegiatan sosialisasi dan pelayanan kontrasepsi dilaksanakan oleh Sub Bidang Keluarga Berencana. Kegiatan sosialisasi KB pria dilaksanakan sebanyak 7 kali dalam satu tahun dimana masing-masing kecamatan mendapatkan sosialisasi satu kali dalam setahun. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai vasektomi kepada masyarakat serta menjaring akseptor KB baru. Selain itu, dilaksanakan juga kegiatan sosialisasi pelayanan Mupen (Mobil Unit Penerangan) dan pelayanan kontrasepsi yang

12 dilaksanakan sebanyak 14 kali dalam satu tahun dimana masing-masing kecamatan memperoleh pelayanan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Kegiatan sosialisasi Mupen bertujuan untuk memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat khususnya PUS yang ingin mendapatkan pelayanan KB. Sedangkan dalam kegiatan pelayanan kontrasepsi, pelaksanaan yang dilakukan adalah KIE dan pelayanan KB khususnya MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yaitu MOP, IUD, dan Implant. Kegiatan pelayanan kontrasepsi difasilitasi dengan 1 unit mobil pelayanan yang digunakan untuk menjangkau daerah daerah yang masih kekurangan akses pelayanan KB. Kegiatan pelayanan KB biasanya dilakukan di mobil unit pelayanan (Mupel) dan dikerjakan oleh tenaga medis di wilayah kerja puskesmas setempat. Setelah selesai mendapat pelayanan, masyarakat yang menjadi akseptor akan diberikan bantuan berupa sembako oleh Badan PP dan KB Kabupaten Gianyar. Untuk program pelayanan kontrasepsi khususnya MOP atau vasektomi, Badan PP dan KB Kabupaten Gianyar memberikan penghargaan sebesar 1 juta rupiah per akseptor dengan rincian 750 ribu rupiah untuk askseptor dan 250 ribu rupiah untuk penggerak. Hal ini dilakukan sebagai gebrakan dari Pemkab Gianyar karena masih kurangnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan MOP. 2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan Dalam perilaku kesehatan berdasarkan Preced Model (Green, 1990) dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yakni faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat sebagai berikut : 2.3.1 Faktor Predisposisi Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor ini antara lain pengetahuan,

13 pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak (Notoatmodjo, 2014). Berikut faktor predisposisi yang berhubungan dengan perilaku kesehatan : 1. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2005). Namun, hasil penelitian Ratno dkk di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2010 menunjukkan tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan metode kontrasepsi vasektomi. Hasil analisis penelitian ini menggmbarkan bahwa vasektomi diterima dari semua golongan pendidikan. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2014). Kurang berperannya suami dalam program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi disebabkan oleh pengetahuan suami mengenai KB secara umum relatif rendah, sebagaimana terungkap pada penelitian Suherni, dkk (1999) bahwa pria yang mengetahui secara lengkap tentang alat kontrasepsi wanita dan pria hanya 6.2%. 3. Pekerjaan

14 Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh penghasilan guna melangsungkan kehidupannya. Pekerjaan disini berhubungan erat dengan sumber mata pencaharian dan finansial. Apabila seseorang memiliki pekerjaan yang layak dengan dengan penghasilan yang cukup maka akan terpenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan. 2.3.2 Faktor Pendukung Faktor pendukung adalah kemampuan/keahlian dan sumber-sumber yang diperlukan untuk menciptakan atau memunculkan perilaku kesehatan yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saranasarana kesehatan misalnya ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan prasarana atau fasilitas-fasilitas, personalia, sekolah-sekolah, klinik maupun sumber-sumber sejenis. Faktor-faktor pendukung juga berkaitan dengan aksesibilitas berbagai sumber daya, biaya, jarak, sarana transportasi yang ada dan waktu pemakaian sarana kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Berikut faktor pendukung yang berhubungan dengan perilaku kesehatan sebagai berikut: 1. Keterjangkauan Jarak ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jarak dengan fasilitas kesehatan juga berkontribusi terhadap terciptanya suatu perilaku kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan dan sikap yang baik belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan faktor lain yaitu jauh dekatnya dengan fasilitas kesehatan. Jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan sebaliknya jarak yang relatif lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

15 2.3.3 Faktor Pendorong Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dan perilaku secara umum seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2014). Berikut faktor pendorong yang berhubungan dengan perilaku kesehatan sebagai berikut : 1. Dukungan Petugas Kesehatan Perilaku pemanfaatan fasilitas atau produk kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh petugas kesehatan. Seseorang yang sudah mengetahui manfaat kesehatan dan ingin memanfaatkannya dapat terhalang karena sikap dan tindakan petugas kesehatan yang tidak ramah dan memotivasi individu yang akan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya tenaga terlatih untuk vasektomi, kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi dan kurangnya dukungan peralatan untuk juga berpengaruh terhadap keikutsertaan pria dalam melakukan vasektomi. Penelitian yang dilakukan oleh, hasil penelitian Ratno dkk di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2010 menunjukkan adanya hubungan antara dukungan petugas lapangan KB dengan pemilihan vasektomi sebagai metode kontrasepsi pria. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nasution, dkk (2012) di Puskesmas Ambacang Kota Padang menunjukkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan perilaku akseptor KB pria (p=0,001, OR=7,9). 3. Dukungan Istri

16 Dukungan yang diberikan oleh istri dapat membangkitkan rasa percaya diri untuk membuat keputusan. Dukungan yang diberikan antara lain berupa motivasi untuk menggunakan metode kontrasepsi vasektomi. Hasil penelitian Budisantoso (2008) dan Sri Wahyuni dkk (2013) menyatakan bahwa dukungan istri berpengaruh positif terhadap partisipasi pria dalam KB. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2000 penyebab rendahnya pria ber KB sebagian besar disebabkan oleh faktor keluarga, antara lain isteri tidak mendukung (66,26%), rumor di masyarakat, (46,65%), kurangnya informasi metode KB pria dan terbatasnya tempat pelayanan (6,22%) (BKKBN, 2009). Studi kualitatif yang dilakukan oleh Budisantoso (2008) di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap istri dengan partisipasi pria dalam ber-kb dengan nilai p=0,027. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2014) di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara dukungan istri dengan partisipasi pria dalam ber-kb dengan nilai p=0,006.