IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (Struktur dan Kendalanya) Farid Firmansyah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2

BSNP PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Unit-6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) PENDAHULUAN Tentu Anda sering bertanya mengapa Indonesia menggunakan KTSP?

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Standar Nasional Pendidikan

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENGEMBANGAN KURIKULUM (CURRICULUM DEVELOPMENT) I Gde Wawan Sudatha 1

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

PengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

MAKALAH. Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum. Dosen: Manvan Drajat, M.Ag.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 BAB III BEBAN BELAJAR 17. BAB IV KALENDER PENDIDIKAN 20 A. Alokasi Waktu 20 B. Penentapan Kalender Pendidikan 21

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

RAMBU RAMBU PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) SULIT DITERAPKAN DI INDONESIA. Kunaryo

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KURIKULUM Pedoman Implementasi Kurikulum

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA, SMK, MA, DAN MAK DI WILAYAH KOTA KEBUMEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

Program Kerja BK/SMA.07/Seveners/Mr.Bands BAB I PENDAHULUAN

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP

PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Sukanti dan Sumarsih. Abstrak

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2007 TANGGAL 18 APRIL 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

Transkripsi:

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (Struktur dan Kendalanya) Farid Firmansyah Abstrak : Pemerintah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk menjamin kualitas pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum ini memang bukanlah sesuatu yang baru. Akan tetapi, perubahan kurikulum, dari Kurikulum Berbasis Kompetensi ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, menjadi tantangan baru bagi guru. Paradigma guru yang terbiasa sebagai pelaksana kurikulum, tiba-tiba harus/dipaksakan untuk menjadi pengembang sekaligus pelaksana kurikulum (sebagaimana dituntut dalam KTSP) tentu bukan pekerjaan mudah. Karena itu, implementasi KTSP masih akan menghadapi banyak kendala. Kata kunci : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, struktur, kendala Pendahuluan Mulai tahun 2006, pemerintah telah menetapkan rambu-rambu pengembangan kurikulum melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan berusaha mengadakan penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menuju Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum ini dilakukan untuk semakin menjamin kualitas pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Pengembangan KTSP ini tentu saja masih menjadi tanda tanya besar dalam tataran implementasi, terutama dalam hal kesiapan dan kemampuan pihak terkait untuk mengimplementasikan KTSP. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan KTSP, antara lain faktor kesiapan guru dan kondisi peserta didik. Dapat dikatakan, betapapun bagusnya suatu kurikulum, hasilnya sangat tergantung pada kesiapan guru dan murid. 2 Makna Kurikulum Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. 3 Kurikulum merupakan peta jalan yang akan menjadi acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Dengan demikian, kurikulum mempunyai peranan sentral karena menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan. Sejalan dengan perkembangan pendidikan, pengertian kurikulum tidak lagi diartikan secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih luas dari itu, kurikulum bisa meliputi aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 2 dan 3. 2 Syafruddin Nurdin & M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 75. 3 Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere yang berarti to run (menyelenggarakan) atau to run the course(menyelenggarakan suatu pengajaran). Dari sini kemudian muncul berbagai definisi mengenai kurikulum. Misalnya Harold B. Albertys (1965) memandang kurikulum sebagai all of the activities that are provided for students by the school. Dalam hal ini, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain di dalam dan diluar kelas yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi ini melihat manfaat kegiatan dan pengalaman siswa di luar mata pelajaran tradisional. Sedangkan J.G. Saylor et.al. memandang kurikulum dalam empat sisi, yaitu : (1) kurikulum sebagai tujuan, (2) kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana, (3) kurikulum sebagai mata pelajaran), dan (4) kurikulum sebagai pengalaman. Sementara Caswell mendefinisikan kurikulum sebagai jumlah atau keseluruhan pengalaman yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sekolah. Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007 135

Farid Firmansyah belajar untuk mencapai suatu tujuan. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan belajar-mengajar, mengatur strategi dalam proses belajarmengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran, dan sebagainya 4. Suatu kurikulum harus mencerminkan, baik secara eksplisit maupun implisit, asumsi-asumsi yang dianutnya, mengenai tujuan dan hakekat pendidikan, tujuan dan hakekat kurikulum, asumsi mengenai siswa, proses pendidikan dan pengajaran, visi penyusunan kurikulum mengenai harapan, tuntutan serta kebutuhan yang sedang dan akan dihadapi oleh pengguna jasa pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan dengan substansi keunggulan kompetitif yang mampu bersaing secara substantif maupun metodologi. Konsep Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Atas dasar ini, pemerintah menelorkan kurikulum baru, yaitu KTSP sebagai strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. 5 Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Di samping itu, ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP, yaitu: 6 4 Ibid., hlm. 34. 5 Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. 6 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.20. 136 Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik siswa. b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki "full authority and responsibility" dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. 7 Untuk mewujudkan hal tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, KTSP dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan kurikulum agar lebih familiar dengan pengelola pendidikan di tingkat sekolah, terutama guru, karena mereka banyak dilibatkan dalam KTSP dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. 8 7 Penerapan sistem yang demikian terutama berkaitan dengan tujuah hal sebagai berikut: (1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya. (2) Sekolah lebih tahu kebutuhan lembaganya. (3) Pengambilan keputusan yang dilakukan sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah. (4) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif. (5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua dan masyarakat. (6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan. (7) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah begitu cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP. Lihat Ibid., hlm. 23. 8 Ibid., hlm. 9. Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007 137

Farid Firmansyah Dalam KTSP, kiprah guru lebih dominan, terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak saja dalam program tertulis, juga dalam pembelajaran nyata di kelas. Prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Terdapat 7 prinsip umum berkaitan dengan proses belajar, yaitu 9 : (1) Perhatian dan Motivasi, (2) Keaktifan, (3) Keterlibatan Langsung dan Berpengalaman, (4) Pengulangan, (5) Tantangan, (6) Penguatan, dan (7) Perbedaan Individual. Prinsip-prinsip ini juga mulai diadaptasikan dan diterapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. 10 KTSP dikembangkan oleh sekolah dan Komite Sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk 9 M. Muchlis Solichin, Belajar dan Mengajar dalam Pandangan Al-Ghazali, dalam TADRIS Jurnal Pendidikan Islam (JurusanTarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Pamekasan, Vol. 1, No. 2, 2006), hlm.138-153. 10 Prinsip-prinsip khusus dalam KBK adalah; (1) Dokumen kurikulum sebaiknya mampu beradaptasi dengan perubahan: a. Berisi hal-hal yang pokok, b. Fleksibel, c. Mudah disesuaikan dengan jaman, d. Sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. (2) Pengembangan kurikulum sesuai dengan proses akreditasi yang meningkatkan mata pelajaran dapat dimodifikasi: a. Bisa ditambah dan dikurangi, b. Yang baik dipertahankan, c. Yang jelek diperbaiki/diganti. (3) Siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi tertentu. Baca dalam ; Haris Supratno, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan di STAIN Pamekasan, 12 Juni 2005. Sedangkan Mulyasa mendeskripsikan prinsip-prinsip ini ke dalam: (1) keimanan, nilai, dan budi pekerti, (2) penguatan integritas nasional, (3) keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika, (4) kesamaan memperoleh kesempatan, (5) abad pengetahuan dan teknologi informasi, (6) pengembangan keterampilan hidup, (7) belajar sepanjang hayat, (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Lihat E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.70-72. 138 Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007 139

Farid Firmansyah yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 11 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi-kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Komponen mata pelajaran dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan. 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, serta pendidikan jasmani. 11 Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Sumenep, Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, 2006), hlm. 3-5. Lihat juga Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan, hlm.151-153. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No.22 Tahun 2006. 140 Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. 4. Kelompok mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, seni dan buadaya, keterampilan dan muatan lokal yang relevan. 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; yang dilaksanakan melalui kegiatan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan lokal yang relevan. Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7. 12 Adapun muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang cakupan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Secara praktis, kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Sehubungan dengan itu kurikulum dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarga- 12 Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 10. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar isi (SI). SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidik tertentu. Standar ini tersebut mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Lihat Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan, hlm. 26. Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007 141

Farid Firmansyah negaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. 13 Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi dasrah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Dalam hal ini, substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Di samping itu, setiap satuan pendidikan dan sekolah dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, yang dalam pelaksanaannya merupakan bagian dari semua mata pelajaran. Adapaun kaitannya dengan waktu, setiap satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi. 14 Setiap kelompok mata pelajaran di atas dilaksanakan secara holistik, sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan peserta didik, dan semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan. Kendala Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan, sejak itu pula kurikulum dibuat secara sentralistik, dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa, sehingga satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang disusun pemerintah pusat menyertai kurikulum tersebut. Dalam hal ini setiap guru tinggal menjabarkan kurikulum tersebut di sekolah masingmasing, dan biasanya yang berkepentingan adalah guru. 13 Ibid., hlm. 12. Lihat juga Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003. 14 Ibid., hlm.13-14. 142 Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Hal ini menjadikan guru menjalani instruksi kurikulum 15 dan hanya melaksanakan pembelajaran berdasarkan urutan bab dalam buku teks sebagai satu-satunya acuan pembelajaran. Akibatnya, ketika mereka dihadapkan pada ujian nasional, mereka sering kelabakan, ketakutan kalau peserta didik di sekolahnya tidak bisa mengerjakan soal-soal ujian dan tidak lulus. 16 Kehadiran KTSP ini diharapkan menjadi motivasi guru untuk meningkatkan kreativitas dalam menyusun model pendidikan yang sesuai dengan kondisi lokal. Akan tetapi, harapan itu nampaknya masih jauh dari realita. Banyak kendala yang masih akan dihadapi dalam pelaksanaan KTSP. Sentot, dalam tulisannya tentang KTSP (Kurikulum Tidak Siap Pakai) 17 setidaknya menyebutkan 2 kendala dalam penerapan KTSP : 1. Penyerahan pengembangan indikator kompetensi dasar kepada guru dinilai sebagai langkah yang terlalu berani. Pendapat ini didasarkan atas rendahnya kualitas guru. Pernyataan ini didasarkan dari data yang diperolehnya bahwa hanya 31,2% guru SD di Jawa yang bergelar S1, sedangkan di luar Jawa hanya 15,2 %. Selain itu juga didasarkan atas kenyataan bahwa selama ini guru hanya sebagai pelaksana kurikulum, sehingga tidak mudah mengubah cara berpikir guru sebagai pelaksana kurikulum menjadi pengembang sekaligus pelaksana kurikulum. 2. Bentuk tes tulis yang dilakukan secara tersentral semacam ujian nasional bertentangan dengan hakikat KTSP yang tolok ukur keberhasilan belajar siswa ditentukan secara mandiri oleh sekolah. 15 Maka dari itu proses pembelajaran menjadi sangat rutin dan mekanistik, karena bertujuan menguasai standar nasional. Pembelajaran bagaikan menjalani instruksi kurikulum, menjadi kegiatan rutin yang prosedural, menempatkan otoritas guru melebihi batas sebagai figur, sambil mengorbankan potensi kreatif dan kritis anak didik yang seharusnya merupakan model pedagogis yang penting. Praktik belajar mengajar selama ini kita lebih beranggapan bahwa mendidik hampir disamakan dengan upaya mencekoki atau proses memindahkan ilmu pengetahuan kepada anak didik sebanyak-banyaknya. Akibatnya, anak menjadi pasif atau bahkan sebagai subjek manusia secara pedagogis telah mati, karena mereka hanya menjadi konsumen dan bukan produsen ilmu pengetahuan. 16 Ibid., hlm.4-5. 17 Kompas, Rabu, 3 Januari 2007. Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007 143

Farid Firmansyah Mengingat potensi kendala yang dihadapi dalam penerapan KTSP, ada beberapa saran untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, yaitu: Pertama, penyediaan model KTSP yang lengkap dan benar. Penyediaan ini merupakan suatu kebutuhan yang paling utama agar penyelenggaraan kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar; Kedua, sosialisasi yang efektif. Biasanya setiap kali terjadi pergantian kurikulum, masalah yang sering dihadapi adalah kurang efektifnya sosialisasi yang dapat menimbulkan kesenjangan antara sekolah satu dengan sekolah lainnya; Ketiga, dukungan terhadap pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Hal ini karena tuntutan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk terciptanya komunikasi efektif antara kepala sekolah, guru, komite sekolah dan masyarakat 18. Penutup Penyusunan KTSP banyak melibatkan satuan pendidikan, sekolah, dan daerah masing-masing. Dengan cara ini, diasumsikan bahwa guru, Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan akan sangat bersahabat dengan dengan kurikulum tersebut. Asusmi demikian karena mereka terlibat langsung dalam proses penyusunan KTSP, sehingga memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran. Di samping itu, mereka pula yang akan melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang dilakukannya, sehingga keberhasilan pembelajaran merupakan tanggung jawab guru secara profesional. Agar asumsi di atas dapat tercapai secara optimal, maka pihakpihak yang terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan KTSP dituntut bekerja mandiri dan selalu memperbaiki diri, utamanya guru. Hal ini penting agar guru benar-benar menjadi guru yang mampu digugu dan ditiru, sehingga tidak saja mampu mengembangkan KTSP tetapi juga melaksanakannya dalam pembelajaran secara efektif dan menyenangkan. Wa Allâh a lam bi al-shawâb.* 18 Ibid. 144 Tadrîs. Volume 2. Nomor 1. 2007