I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting pada masa ini. Hal ini disebabkan masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. bimbingan dan pengarahan anak tidak akan faham dan tidak tahu cara

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Usia Anak UsiaDini

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun menurut. Undang-Undang Republik Indonesia, dan 0-8 tahun menurut

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

I. PENDAHULUAN. penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial yang sangat menakjubkan. Potensi perkembangan kecerdasan pada usia ini mengalami peningkatan 50% menjadi 80% (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Hasil kajian yang dilakukan Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan Nasional tahun 1999 menunjukan bahwa hampir seluruh aspek perkembangan anak yang masuk Taman Kanak-Kanak (TK) mempunyai kelebihan lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak masuk TK ketika anak berusia 8 tahun. Masa yang sangat menentukan masa keemasan bagi anak dalam belajar, masa anak berada sangat peka untuk menyerap segala informasi yang ada disekolah (Sari, 2004: 22). Anak usia 0 8 tahun dipandang memiliki karateristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara

maju karena mengembangkan sumber daya manusia lebih mudah dilakukan sejak usia dini (Slamet Suyanto, 2005). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga dan bangsa, karena berawal dari tingkat pendidikan inilah dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang baik dan berhasil. PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut ( Undang- Undang No. 20 Tahun 2003: pasal 1 angka 14). Pendidikan anak usia 4-6 tahun merupakan pondasi penting bagi perkembangan anak selanjutnya, berbagai kegiatan dilakukan di taman kanak-kanak seperti pembelajaran menyanyi, melipat, finger painting, meronce, senam dengan irama dengan tujuan menyatukan dirinya baik secara motorik kasar dan motorik halus. Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak usia 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan Melalui pendidikan dapat dikembangkan potensi dasar anak agar mampu menghadapi berbagai macam problema, mempunyai daya saing

(competitive ness) serta kreatif dan inovatif. Untuk itu diperlukan pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi dan mampu mengatasinya. Anak usia TK dalam tahap perkembangan, berada pada tahap memiliki daya penghayatan yang masih mudah ditangkap anak yaitu: menyukai warna karena warna mampu menciptakan suasana dan pengaruh psikologi untuk merangsang anak dalam berpikir logis. Anak merupakan individu yang unik, dan memiliki kekhasan tersendiri. Guru TK harus mampu memahami setiap karakteristik sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ketidak pahaman mengenai hal tersebut guru akan terjebak dalam kegiatan rutin yang tidak mengacu kepada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok sehingga menciptakan pembelajaran yang membosankan untuk anak, dikarenakan pembelajaran dilaksanakan dari hari kehari dengan metode dan media yang sama dalam ruangan yang sama pula sehingga pembelajaran tidak menarik dan menantang serta tidak menimbulkan minat anak untuk mengetahui sesuatu. Media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran di TK. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (British dalam Badru Zaman, 2005: 4.7), mengatakan rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indra menunjukan komposisi 75% melalui indra penglihatan (visual), 13% melalui indra pendengaran (auditori), 6% melalui indra sentuhan dan perabaan, 6% melalui indra penciuman dengan lidah. Dari hasil penelitian tersebut pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh melalui indra penglihatan (visual), dengan demikian penggunaan media realia

melalui kebun sekolah untuk berlatih meningkatkan kemampuan berbahasa dan kognitif dalam mengenal huruf dan angka sangatlah tepat. Pembelajaran dengan menggunakan media realia merupakan konsep belajar yang dapat dijadikan untuk berinteraksi langsung dengan lingkungannya, memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak, membangkitkan minat anak untuk belajar dan menumbuhkan rasa keingintahuannya tentang sesuatu. Misalnya nama jenis tanaman, nama jenis buah, nama jenis sayuran dan sekaligus mengetahui manfaat dan kegunaannya dengan pengarahan guru tentunya (Badru Zaman, 2005: 1). Berpijak pada tahapan perkembangan anak yaitu anak usia TK fase praoprasional (5-6 tahun) yang berada pada fase praoperasional, maka untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik dan bermakna untuk anak, yang harus diperhatikan guru yaitu: mengetahui hakikat dan karakteristik anak, metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan anak, media yang digunakan tepat dan menarik. Salah satu cara agar pembelajaran lebih dapat bermakna, guru harus dapat memanfaatkan media realia lingkungan yang terdekat dengan anak sebagai sumber belajar, karena sangat menarik untuk anak, sebab mereka akan dihadapkan pada kondisi nyata, sehingga banyak hal-hal yang mereka peroleh dari lingkungan itu. Media realia merupakan sumber belajar yang sangat kaya untuk kita termasuk juga untuk anak. Melalui sumber belajar ini anak akan banyak melakukan berbagai kegiatan yang memperkaya wawasan dan pengetahuannya. Melalui

media lingkungan sekitar dalam proses pembelajarannya, seorang guru harus mampu merancang kegiatan sehingga anak-anak dibawa ketempat media sumber belajar di luar kelas dengan cara bermain, bergembira bebas melihat, mengamati namun tetap dalam koordinasi guru. Pembelajaran yang berorentasi pada penguasaan materi atau hafalan terbukti berhasil dalam mengingat jangka pendek akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan selanjutnya. Pada kenyataannya yang sering terjadi saat ini banyak Taman Kanak-Kanak yang membekali anak didiknya melalui pengenalan huruf dan angka tanpa mempertimbangakan faktor usia perkembangan anak TK. Banyak guru TK yang mengenalkan simbol-simbol huruf yang merupakan lingkup perkembangan bahasa dan angka dalam lingkup perkembangan kognitif yang cenderung dilakukan secara monoton tanpa mempertimbangkan media yang digunakan, anak menulis dibuku, tanpa melalui tahapan-tahapan yang sesuai dengan karakteristik anak TK. Pada dasarnya di TK untuk mengembangkan kemampuan dasar berbahasa melalui pengenalan huruf dan angka tidak dilarang sesuai dengan Permen No. 58 Tahun 2009, namun konsep pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan anak didik. Sesuai dengan buku pedoman pembelajaran bidang pengembangan berbahasa di TK (Departemen Pendidikan Nasional: 2007: 3) bahwa konsep perkembangan berbahasa di TK ditekankan kepada dua hal yaitu : 1) mendengar dan berbicara, 2) awal membaca melalui kegiatan awal membaca di TK diharapkan anak dapat : a) membentuk perilaku membaca, b) mengembangkan

beberapa kemampuan sederhana dan ketrampilan, c) mengembangkan kesadaran huruf. Dewasa ini masih banyak guru TK yang belum memanfaatkan media lingkungan sekitar untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan kognitif seperti mengenalkan simbol-simbol huruf dan angka kepada anak TK, pada kenyataanya guru lebih cenderung menggunakan media yang praktis seperti kartu angka, kartu huruf, gambar-gambar miniatur lingkungan, dan lain sebagainya. Penggunaan media lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran dapat memberikan manfaat untuk menghindari kejenuhan anak dalam belajar. Salah satu contoh guru akan melakukan kegiatan berlatih membaca nama benda melalui pengenalan simbol huruf permulaan mengajak anak-anak keluar kelas menuju kebun sekolah. Kemudian guru memberi tulisan pada jenis tanaman tersebut, langkah awal guru mengenalkan nama beberapa nama tanaman yang mudah dulu yang sering dilihat anak dalam kehidupan sehari-hari mengenalkan ciri-ciri tanamannya: daunnya, warnanya, batangnya, baunya, kemudian guru memasang pada tanaman tersebut tulisan nama jenis tanamannya. Anak disuruh melihat, menirukan guru menyebutkan nama tanaman tersebut lalu anak bersama-sama guru diajak menghitung jumlah tanaman, daunnya, buahnya, dengan demikian anak tanpa sadar sudah belajar berlatih mengenal huruf dan membaca, serta mengenal huruf dan berhitung baru kemudian anak disuruh menirukan tulisan yang dilihatnya. Inilah sebenarnya yang dinamakan belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. sehingga dengan konsep pembelajaran lebih bermakna, proses

pembelajarannya berlangsung alamiah dalam bentuk anak melakukan kegiatan, bekerja, mengalami, bukan menghafal dengan metode yang monoton tanpa memperhatikan minat anak. Pada kegiatan lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif anak TK dapat dilakukan dengan berlatih mengenal huruf dan angka. Hal ini dapat dilakukan tentu tidak mudah Hurt dan Sullivan dalam (Soemanto, 1998: 166) mengatakan bahwa pembelajaran di TK harus mempertimbangkan aspek kognitif, motivasi, nilai dan penilaian pengindraan anak. Namun pengenalan huruf dan angka dapat dilakukan di TK dengan metode yang menarik. Salah satu contohnya melalui metode karyawisata dengan media lingkungan sekitar yang ada pada sekolah terdekat dengan kehidupan anak-anak misalnya media kebun sekolah, binatang peliharaan yang memiliki beragam tumbuhan dan binatang peliharaan. Penyusunan rencana program pembelajaran bagi anak TK seharusnya disesuaikan dengan kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak didik. Proses pembelajaran dengan menggunakan media realia merupakan langkah konkret dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak TK, penggunaan media realia yang tepat untuk anak TK memacu anak untuk menyenangi bahan pelajaran yang diberikan oleh guru (Badru Zaman, 2005: 32) Alasan dilaksanakannya penelitian di TK Negeri Pembina Metro dikarenakan: 1) Pembelajaran dengan media realia dalam lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif belum pernah digunakan guru di TK Negeri Pembina Metro Pusat.

2) Anak TK Negeri Pembina Metro dengan karakteristik pedesaan selalu bersentuhan dengan alam lingkungannya. Sehingga pembelajaran pemahaman berbahasa dan kognitif dengan menggunakan media realia akan lebih mudah dipahami anak. 3) Melalui informasi penglihatan langsung terhadap benda-benda disekitar sekolah yang juga tersedia dilingkungan rumah, anak-anak TK Negeri Pembina Metro dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dalam berbahasa dan kognitif melalui media realia. 4) Keadaan lingkungan TK Negeri Pembina Metro Pusat yang mempunyai keragaman tanaman dan binatang peliharaan juga sangat mendukung untuk pelaksanaan penelitian ini. Selanjutnya data lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif anak di TK Negeri Pembina Metro Pusat pada tahun pelajaran 2009/2010 juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data Kemampuan Berbahasa dan kognitif anak TK Negeri Pembina Metro Kelompok B pada tahun pelajaran 2009/2010 No. Kriteria Predikat Jumlah Persentase 1 A = Baik Sekali 2 4.17 2 B = Baik 8 16.67 3 C = Cukup 20 41.67 4 D = Kurang 18 37.50 Persentase Ketuntasan 10 20.84 Sumber: Data kurikulum TK Negeri pembina Metro Tahun 2009/2010

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan anak kelompok B tahun pelajaran 2009/2010 pada lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif masih tergolong belum baik. Kondisi lingkungan sekolah TK Negeri Pembina Metro yang alami dengan ketersediaan kebun sekolahnya yang asri serta macam-macam binatang peliharaan, tentu sangat tepat apabila guru TK Negeri Pembina Metro Pusat memiliki kemauan dan kemampuan dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, di samping pengenalan lingkungan dengan ciptaan Tuhan yang beragam juga mampu untuk mengembangkan media pembelajaran pada lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif anak. Pembelajaran menggunakan media lingkungan sekitar dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan melalui hubungan didalam dan diluar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontektual menjadi pengalaman lebih, relevan dan berarti bagi anak dalam pembelajaran seumur hidup, dengan melibatkan lima komponen utama pembelajaran efektif yaitu: 1) konstruktivisme, 2) bertanya, 3) menemukan masyarakat belajar, 4) pemodelan dan 5) penilaian sebenarnya. Penggunaan media lingkungan sekitar merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan anak TK. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dibuat guru TK Negeri Pembina Metro Pusat belum optimal menurut hasil Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), kemudian dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar belum memanfaatkan media realia karena ada anggapan guru bahwa penggunaan media ini banyak menyita waktu dan tenaga sehingga guru enggan melakukannya. Hal ini merupakan salah satu penyebab kemampuan anak TK kelompok B dalam mengenal huruf pada lingkup berbahasa dan kognitif pada lingkup mengenal simbol-simbol huruf dan konsep bilangan lambang bilangan belum baik salah satu penyebabnya adalah penggunaan medianya kurang interaktif. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara monoton didalam kelas dengan media-media gambar, metode cerita, tanya jawab yang sering membuat anak bosan dan jenuh karena kurang menarik. Pada pelaksanaan evaluasi hasil kegiatan anak yang dilakukan guru juga belum baik. Guru belum maksimal dalam melakukan evaluasi hasil belajar anak dimana hal ini seharusnya dilakukan dengan mempertimbangkan objektifitas, sistematis, berkelanjutan dan secara individual, juga dalam mengembangkan tema sehingga menjadi indikator yang dapat dikembangkan menjadi soal unjuk kerja yang obyektif dan dapat meningkatkan minat anak. Berdasarkan temuan dilapangan dan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media realia untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kognitif pada anak kelompok B di TK Negeri Pembina Metro Pusat.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Guru belum menyusun RKH yang baik dalam pembelajaran dalam lingkup perkembangan berbahasa dan kognitif. 2) Guru belum menggunakan media realia khususnya lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran. 3) Adanya anggapan guru bahwa dengan penggunaan media realia banyak menyita waktu dan tenaga sehingga guru enggan melaksanakannya. 4) Pelaksanaan pembelajaran tentang mengenal simbol huruf dalam lingkup berbahasa dan konsep lambang bilangan dalam lingkup kognitif masih cenderung menghafal. 5) Kemampuan anak dalam mengenal simbol huruf dalam lingkup berbahasa dan konsep lambang bilangan dalam lingkup kognitif di TK Negeri Pembina Metro Pusat kelompok B1 dan B2 masih rendah. 6) Guru dalam menggunakan metode pembelajaran monoton dengan cara klasikal tidak berdasarkan minat anak. 7) Sistem evaluasi pembelajaran belum dilaksanakan secara optimal sehingga minat anak dalam melakukan unjuk kerja guru rendah. 8) Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan hanya di dalam kelas, sehingga menjenuhkan untuk anak.

1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1) Guru belum membuat perencanaan kegiatan harian yang baik dalam pembelajaran dalam lingkup kemampuan berbahasa dan kognitif. 2) Pelaksanaan pembelajarannya belum menggunakan media realia. 3) Sistem evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru belum dilakukan secara optimal. 4) Kemampuan anak dalam mengenal simbol huruf dalam lingkup berbahasa dan konsep lambang bilangan dalam lingkup kognitif di TK Negeri Pembina Metro Pusat kelompok B1 dan B2 masih rendah. 1.4 Rumusan Masalah Berkaitan dengan pembatasan masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana rencana kegiatan harian dalam lingkup perkembangan kemampuan berbahasa dan kognitif dengan menggunakan media realia menurut komponen Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG-1) pada kelompok B1 dan B2 di TK Negeri Pembina Metro Pusat Tahun Pelajaran 2010 / 2011? 2) Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan media realia di TK Negeri Pembina Metro pusat pada kelompok B1 dan B2 menurut hasil observasi instrumen Aktivitas unjuk kerja anak?

3) Bagaimana sistem evaluasi hasil pembelajaran dengan menggunakan media realia pada kelompok B1 dan B2 di TK Negeri Pembina Metro Pusat? 4) Bagaimana peningkatan kemampuan berbahasa dan kognitif melalui media realia pada anak kelompok B1 dan B2 di TK Negeri Pembina Metro Pusat? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: 1) Penyusun perencanaan kegiatan harian (RKH) dengan menggunakan APKG pada kelompok B1 dan B2 di TK Negeri Pembina Metro Pusat Tahun Pelajaran 2010 / 2011. 2) Pelaksanaan prose pembelajaran dengan menggunakan media realia di TK Negeri Pembina Metro pusat pada kelompok B1 dan B2 melalui observasi Aktivitas unjuk kerja anak. 3) Sistem evaluasi hasil belajar dengan menggunakan media realia untuk kelompok B1 dan B2 di TK Negeri Pembina Metro Pusat. 4) Peningkatan kemampuan berbahasa dan kognitif dengan menggunakan media realia pada kelompok B1 dan B2 di TK Negeri Pembina Metro Pusat.

1.6 Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah maka manfaat penelitian ini dapat dipandang secara teoritis maupun secara praktis. 1.6.1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah sebagai pengembangan teori Teknologi Pendidikan khususnya kawasan desain dan pengelolaan pembelajaran. 1.6.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1) Masukan bagi para guru sehingga termotivasi untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui media realia yang ada dilingkungan sekolah. 2) Masukan bagi sekolah untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran yang interaktif dan efisien. 3) Menambah pengetahuan bagi anak dengan menggunakan media realia yang ada disekitarnya serta mempermudah meningkatkan kemampuan berbahasa dan kognitif.