EVALUASI METODE FUSI CITRA MULTI RESOLUSI MENGGUNAKAN ALGORITMA WANG BOVIK DAN OBJECT BASED IMAGE ANALYSIS (OBIA)

dokumen-dokumen yang mirip
PENAJAMAN INFORMASI OBYEK PERMUKAAN BUMI DENGAN FUSI CITRA PENG1NDERAAN JAUH BERDASARKAN WAVELET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Subset citra QuickBird (uint16).

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENAJAMAN DAN SEGMENTASI CITRA PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. Moehammad Awaluddin, Bambang Darmo Y *)

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

DISKRIMINASI TEGAKAN HTI (Hutan Tanaman Industri) MENGGUNAKAN OBJECT ORIENTED CLASSIFICATION Studi kasus PT. HTI Wira Karya Sakti, Jambi 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN APLIKASI FUSI CITRA (IMAGE FUSION) DARI DATA PENGINDERAAN JAUH MENGGUNAKAN METODE PANSHARPENING TUGAS AKHIR


Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

Citra Satelit IKONOS

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

Sarono Sigit Heru Murti B.S

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMETAAN MANGROVE DENGAN TEKNIK IMAGE FUSION CITRA SPOT DAN QUICKBIRD DI PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

EVALUASI METODE PENAJAMAN CITRA MULTISPEKTRAL DENGAN MEMANFAATKAN KANAL PANKROMATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pansharpening Terhadap Indeks Lahan Terbangun NDBI Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kota Pontianak

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

ANALISIS PANSHARPENING CITRA SPOT 5

BAB 2 LANDASAN TEORI

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

Staf Pengajar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 2

Simulasi Teknik Image Enhancement Menggunakan Matlab Yustina Retno Wahyu Utami 3)

PERBAIKAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILITY DISTRIBUTION HISTOGRAM EQUALIZATION (PDHE)

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

PRAKTIKUM INTERPRETASI CITRA DIJITAL. Ratna Saraswati

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

METODE PENAJAMAN (PANSHARPEN) CITRA LANDSAT 8

BAB II TEORI PENUNJANG

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

TEKNIK DAN METODE FUSI (PANSHARPENING) DATA ALOS (AVNIR-2 DAN PRISM) UNTUK IDENTIFIKASI PENUTUP LAHAN/TANAMAN PERTANIAN SAWAH

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Bidang Informasi Geospasial SKKNI IG 2016 SUB-BIDANG PENGINDERAAN JAUH PROJO DANOEDORO

PENGANTAR GRAFIK KOMPUTER DAN OLAH CITRA. Anna Dara Andriana, S.Kom., M.Kom

DATA/ INFO : teks, gambar, audio, video ( = multimedia) Gambar/ citra/ image : info visual a picture is more than a thousand words (anonim)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

TRANSFORMASI MODEL WARNA YUV DAN FUZZY SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK KLASIFIKASI CITRA SATELIT

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

PENGARUH JUMLAH DAN METODE PENGAMBILAN TITIK SAMPEL PENGUJI TERHADAP TINGKAT AKURASI KLASIFIKASI CITRA DIGITAL PENGINDERAAN JAUH

PENGARUH PERBEDAAN METODE IMAGE FUSION MULTISENSOR

Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH EXPOSURE TERHADAP PERFORMA ALGORITMA SIFT UNTUK IMAGE MATCHING PADA UNDERWATER IMAGE

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54

SATUAN ACARA PERKULIAHAN


Analisis Hasil Proses Pemampatan JPEG dengan Metode Discrete Cosine Transform

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

Transkripsi:

EVALUASI METODE FUSI CITRA MULTI RESOLUSI MENGGUNAKAN ALGORITMA WANG BOVIK DAN OBJECT BASED IMAGE ANALYSIS (OBIA) Sanjiwana Arjasakusuma 1,3*, Yanuar Adji N. 2, Isti Fadatul K. 2 dan Pramaditya W. 3 1 Program Pasca Sarjana Penginderaan Jauh, Fak. Geografi UGM, Sekip Utara, Sleman, Yogyakarta 55281 Email: s.arjasakusuma@ugm.ac.id 2 Prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fak. Geografi UGM, Sekip Utara, Sleman, Yogyakarta 55281 Email: yanuar.a.n@mail.ugm.ac.id, isti.f.k@mail.ugm.ac.id 3 PUSPICS Fak. Geografi UGM, Sekip Utara, Sleman, Yogyakarta 55281 Email: p.wicaksono@gmail.com *Corresponding author: s.arjasakusuma@ugm.ac.id ABSTRAK Dewasa ini ketersediaan data penginderaan jauh yang semakin melimpah, mendorong pengembangan teknik pemrosesan dan analisis dalam penggunaannya. Kemampuan data penginderaan jauh yang dapat mengekstrak informasi di permukaan bumi tanpa kontak langsung dapat dimanfaatkan dalam berbagai tema pemetaan maupun analisis lanjutan. Kualitas data penginderaan jauh dikontrol oleh kualitas resolusi spasial, spektral, radiometrik, serta resolusi temporal. Integrasi dua atau lebih data penginderaan jauh dapat dilakukan guna menggabungkan kelebihan masing-masing citra untuk menghasilkan citra baru dengan kualitas maksimal baik dari sisi spektral maupun spasial. Fusi citra adalah salah satu metode penajaman citra dengan menggabungkan citra dengan resolusi spasial baik, namun mempunyai kelemahan pada kualitas spektralnya yang dapat di-fusi dengan citra yang mempunyai kualitas spektral yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hasil beberapa metode fusi citra secara kuantitatif dalam mengakomodasi keunggulan dari input citra fusi baik itu dalam hal kedetilan spasial dan keberagaman spektral. Metode yang digunakan adalah HIS (Hue, Intensity, Saturation), BROVEY, PC, Gramm Schmidt dan Wavelet transformation. Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra (Pankromatik dan Multispektral), dan (AVNIR). Evaluasi kuantitatif hasil fusi dilakukan dengan menggunakan Wang-Bovik Quality Index dan menghitung akurasi pemetaan dari klasifikasi berbasis obyek menggunakan ground truth image dari citra Worldview II (). Hasil penelitian menunjukkan transformasi fusi menggunakan wavelet transformation terbukti lebih mempertahankan kualitas spektral citra asli dan juga menghasilkan akurasi total sebesar 66.7 % dan indeks kappa sebesar.4878 yang menunjukkan hasil akurasi yang lebih stabil dibandingkan hasil klasifikasi berbasis obyek menggunakan metode fusi lainnya. KATA KUNCI: Fusi citra, Wang-Bovik Quality Index, klasifikasi berbasis obyek, akurasi pemetaan 1. PENDAHULUAN Fusi citra dalam pengertiannya, adalah kombinasi dari dua buah citra yang berbeda atau lebih untuk menghasilkan citra baru menggunakan algoritma tertentu (Pohl dan Genderen, 1998). Fusi citra dimaksudkan untuk menghasilkan citra baru yang lebih informatif dibandingkan dengan citra sebelumnya, dimana citra yang dihasilkan memiliki kedetilan tinggi dan memiliki informasi spektral yang baik. Schowengerdt (1997) secara lebih lanjut, mengemukakan bahwa metode fusi citra secara umum terbagi menjadi 2, yaitu: Feature space fusion: fusi citra yang menggunakan metode transformasi citra ke dalam ruang baru yang nantinya citra baru hasil transformasi merepresentasikan komponen/obyek yang berkorelasi. Spatial domain fusion: metode fusi citra ini mentransfer frekuensi tinggi pada citra dengan resolusi tinggi ke citra dengan resolusi lebih rendah. Pada konsepnya, fusi citra ini menggunakan high pass filtering pada citra resolusi tinggi untuk digabungkan dengan citra resolusi rendah. Evaluasi hasil citra fusi umumnya dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara kualititatif, namun evaluasi kualitas citra hasil fusi dapat diukur secara kuantitatif menggunakan indeks kualitas wangbovik dengan membandingkan hasil pemrosesan dengan citra referensi. Wang dan Bovik (22) menyatakan bahwa indeks kualitas berguna untuk menilai kualitas citra, mengontrol kualitas citra, dan mengevaluasi algoritma penajaman citra.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas berbagai macam fusi citra pada citra (Advanced Land Imagery) antara citra pankromatik dan multispektral melalui nilai indeks kualitasnya dan kemampuannya dalam menurunkan informasi. Hasil fusi citra juga dikaji akurasinya dalam mengekstrak informasi menggunakan klasifikasi berbasis obyek (OBIA) yang akan dibandingkan dengan akurasi klasifikasi OBIA pada citra yang beresolusi spasial sama dengan citra fusi yaitu citra AVNIR 2. Penilaian akurasi dilakukan menggunakan Worldview-2 untuk reference image. 2. DAERAH KAJIAN Penelitian dilakukan pada sebagian daerah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah kajian seperti terlihat pada Gambar 1. 3. DATA DAN METODE 3.1. Data Gambar 1. Daerah Kajian Penelitian. Data yang digunakan adalah citra Pankromatik dan Multispektral. Resolusi spasial Pankromatik adalah 1 m, dan resolusi spasial Multispektral adalah 3 m. Hasil fusi akan menghasilkan citra dengan resolusi 1 m. Data pendukung lainnya adalah citra AVNIR dengan resolusi spasial 1 m untuk pembanding hasil klasifikasi dan Citra resolusi tinggi yaitu worldview-2 dengan resolusi spasial sebesar 2 m untuk uji akurasi pemetaan. Citra input untuk OBIA berukuran 7 x 7 piksel karena keterbatasan pada software SPRING. 3.2. Metode 3.2.1. Fusi Citra a. IHS (Intensity, Hue, Saturation) Transformasi IHS konvensional melibatkan dua kali proses transformasi ruang warna dimana citra Multispektral ditransformasi ke IHS, manipulasi kontrast citra pankromatik, substitusi komponen I dengan citra hasil manipulasi kontras, lalu citra IHS dikembalikan ke ruang RGB (Jensen, 25).

b. Brovey Metode fusi Brovey berdasarkan pada transformasi chromatic (Gillespie et al, 1987 dalam Jensen, 25). Pada metode ini setiap saluran dengan resolusi lebih rendah dikalikan dengan rasio dari saluran dengan resolusi spasial lebih tinggi dibagi dengan jumlah dari saluran multispektral, seperti terlihat pada algoritma di bawah ini: Dimana B MB B low B high : Citra hasil fusi : Citra resolusi spasial rendah : Citra resolusi spasial tinggi (1) c. Principal Component (PC) Fusi PC menggunakan rotasi principal component pada citra multispektral, hasil PC1 disubstitusi dengan citra pankromatik lalu citra PC diinverse kembali ke citra RGB. d. Gramm Schimdt Prinsip metode Gramm-Schimdt hampir sama dengan fusi pada PC yaitu keduanya menerapkan fungsi rotasi citra. Perbedaannya adalah pada Gramm-Schimdt, dilakukan proses simulasi citra pankromatik dari dataset citra multispektral yang jatuh pada range citra pankromatik tersebut. e. Wavelet Metode wavelet merupakan prosedur matematis yang digunakan untuk pemrosesan signal digital, yang mendukung analisis multiresolusi serta multiskala (Hong dan Zhang, 23). Proses metode penggabungan citra secara prosedural meliputi: Menyesuaikan secara radiometrik kedua citra masukan dengan histogram matching. Menggunakan transformasi wavelet pada citra resolusi tinggi untuk membuat 4 citra yang mempunyai resolusi yang sama dengan citra resolusi rendah. Tiga dari empat citra tersebut berisi informasi struktural (struktural vertikal, struktural horizontal, dan struktural diagonal) dari citra resolusi tinggi yang dimasukkan ke dalam citra resolusi rendah. Tiga citra tersebut diberi kode oleh koefisien wavelet dan di filter high pass sehingga menghasilkan informasi struktural sesuai arahnya. Citra keempat di filter low pass, kemudian meresample citra resolusi tinggi ke rendah. Meregistrasi citra resolusi rendah ke sistem yang sama dengan referensi citra resolusi tinggi. Mentransformasi invers wavelet untuk meregistrasi citra resolusi rendah yang menghasilkan citra pseudo dengan resolusi spektral tinggi serta informasi struktural. Secara umum langkah kerja dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dengan Gambar 2 berikut: Sensor Input PAN (1 m) MS (3 m) Proses FUSI Hasil Proses HASIL FUSI Quality Index AVNIR (1 m) OBIA Accuracy Assesment Kesimpulan WV (2m) Ground Truth Samples Gambar 2. Diagram alir penelitian.

3.3. Evaluasi Hasil 3.3.1. Indeks Kualitas Wang Bovik Wang dan Bovik (22) memperkenalkan suatu metode untuk menilai kualitas citra melalui nilai indeks yang dihasilkan dari kehilangan korelasi dengan citra referensi (loss of correlation), distorsi pencahayaan (luminance distortion), dan distorsi kontras (contrast distortion), sebagai mana ditunjukkan pada persamaan berikut : Dimana rumus ini berasal dari, (2) a b c (3) Dimana a: berkurangnya nilai korelasi b: distorsi pencahayaan c: distorsi contrast Parameter yang digunakan dalam algoritma Wang Bovik adalah : rata rata dari citra original dan citra test (4) variansi dari citra original (x) (5) variansi dari citra test (y) cross variansi citra original dan citra test (6) (7) Dimana N: jumlah piksel X: citra original Y: citra hasil fusi (Chukka, 21) 3.3.2. Klasifikasi berbasis Obyek (OBIA) Klasifikasi dengan metode object based image analysis melalui dua tahapan utama yaitu segmentasi citra dan klasifikasi tiap segmen. Segmentasi citra bertujuan untuk memecah setiap piksel dalam citra menjadi region- region yang merepresentasikan satu kelas obyek tertentu. Region- region yang terbentuk merupakan kumpulan piksel dengan tingkat homogenitas/ kemiripan aspek spektral dan spasial yang sama/ mirip. Proses segmentasi dikontrol oleh penentuan nilai similarity threshold, yang sangat bergantung pada ketersediaan data dan aplikasi spesifik yang akan dikembangkan (Bins et al., 1996). Metode segmentasi yang dikembangkan saat ini diantaranya metode region growing yang mengacu pada proses perulangan dimana region berasal dari hasil penggabungan tiap- tiap piksel dan berkembang secara berulang hingga setiap piksel dalam cakupan citra terproses.

3.3.3. Uji Akurasi Klasifikasi Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan data kelas tutupan lahan hasil klasifikasi berbasis obyek hasil ekstraksi dari citra fusi dengan menggunakan identifikasi citra dengan resolusi yang lebih tinggi yaitu menggunakan citra Worldview 2. Akurasi yang dihitung adalah akurasi total (%) dan analisis statistik multivariate menggunakan indeks Kappa. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fusi Citra dan Indeks Wang Bovik Fusi citra dilakukan dengan menggabungkan saluran pankromatik dan saluran multispektral menggunakan 5 metode yang berbeda yaitu metode Brovey, HIS, Principal component, Gramm-Schmidt dan Wavelet. Metode tersebut akan menghasilkan 5 citra yang berbeda dengan resolusi spasial 1 m. Komposit yang digunakan untuk fusi pada penelitian kali ini adalah komposit 542 pada citra, atau menggunakan saluran inframerah dekat, saluran merah dan saluran biru pada citra. Penggunaan komposit ini dimaksudkan untuk menyamai komposit dari AVNIR yang mempunyai nilai Optimum Index Factor (OIF) paling besar yaitu pada komposit 431 dari AVNIR 2. Hasil citra fusi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Citra asli komposit 542 dan hasil fusi. Secara visual, hasil fusi citra yang mempertahankan aspek spektral citra adalah fusi citra menggunakan metode wavelet. untuk membuktikan pernyataan ini maka digunakan perhitungan indeks Wang Bovik atau sering juga disebut sebagai indeks kualitas citra universal. Pada penelitian ini dihitung juga nilai indeks Wang Bovik menggunakan citra lainnya sebagai pembanding. Citra yang digunakan adalah citra AVNIR 2 dan citra WV 2. Tabel nilai indeks Wang Bovik untuk komposit 5 4 2 dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai indeks Wang Bovik mempunyai nilai -1 hingga 1, apabila mendekati 1 maka citra turunan memiliki kualitas spektral yang mendekati citra asli.

Tabel 1. Hasil Indeks Wang Bovik. Citra Metode Biru Merah IM Dekat WV -2 HIS.83441.855582.174792 Brovey.4639.398315.116265 Gramm Schmidt.975695.932531.56731 PC.855339.88577.31298 Wavelet.9296.94186.899177 HIS.771743.82185.467493 Brovey.16837.169934.182116 Gramm Schmidt.72285.77851.924829 PC -.47596 -.5364.934816 Wavelet.89432.9457.949192 HIS.779531.84555.68842 Brovey.372843.388382.347482 Gramm Schmidt.87453.91948.954968 PC.825352.873327.895362 Wavelet.958393.974813.978412 Tabel 1 menunjukkan bahwa metode wavelet menghasilkan citra yang memiliki kualitas spektral yang hampir menyamai kualitas spektral citra asli dengan resolusi yang lebih tinggi. Hal ini memperkuat pernyataan Sanjeevi et al. (21) bahwa wavelet mempertahankan 85% informasi spektral dari citra asli. Hasil metode wavelet juga merata pada ketiga saluran spektral RGB. Metode Gramm-Schmidt juga memberikan hasil yang cukup baik ditandai dengan hasil yang mendekati 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa metode tersebut juga baik dalam menyajikan citra fusi yang mempunyai kualitas spektral yang baik. Fusi citra menggunakan metode principal component menghasilkan citra dengan kenampakan yang sangat berbeda dengan kenampakan citra asli sehingga menghasilkan nilai indeks yang minus. Buruknya nilai indeks oleh karena hasil fusi ini disebabkan oleh perbedaan waktu perekaman dari citra PRISM (pankromatik) dan AVNIR 2. sehi ngga menghasilkan citra fusi yang sangat berbeda dengan citra aslinya dalam segi kenampakan spektralnya (Gambar. 4) (a) (b) Gambar 4. Hasil fusi metode PC pada citra ; (a) citra asli dan (b) citra hasil fusi.

Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Wang Bovik pada citra menunjukkan adanya kecenderungan penurunan nilai indeks pada saluran inframerah dekat pada semua metode seperti terlihat pada Gambar 5 berikut. Hal ini dapat disebabkan oleh karena range saluran pankromatik pada citra tidak mencapai panjang gelombang inframerah dekat sehingga pantulan pankromatik tidak berkorelasi secara kuat terhadap saluran inframerah dekat. Fusi Brovey Fusi HIS.45.9.4.8.35.7.3.25.2.15.1.5.6.5.4.3.2.1 Fusi Principal Component Fusi Gramm Schmidt 1.2 1.8.6.4.2 -.2 -.4 -.6 1.2 1.8.6.4.2 Fusi Wavelet 1.98.96.94.92.9.88.86.84 Gambar 5. Kecenderungan penurunan nilai indeks Wang Bovik pada saluran inframerah dekat pada citra. 4.2. Akurasi Klasifikasi Berbasis Obyek Klasifikasi berbasis obyek yang dilakukan pada penelitian kali ini menggunakan metode region growing untuk segmentasi dengan menggunakan nilai similarity sebesar 3 dan area (threshold) sebesar 5. similarity merupakan derajat kesamaan antara piksel yang bertetangga, sedangkan area threshold adalah kumpulan piksel terkecil yang mampu menjadi region (Espindola, 26). Lebih lanjut Espindola (26) menyatakan bahwa nilai similarity dan area threshold yang baik bernilai antara 22 s/d 5. Klasifikasi berbasis obyek pada citra hasil fusi dan citra AVNIR 2 komposit 431 membedakan 5 kelas utama yaitu 1) tubuh air, vegetasi, lahan terbuka, lahan terbangun dan aspal. Hasil segmentasi dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil klasifikasi berbasis obyek diverifikasi menggunakan data informasi tutupan lahan yang diambil melalui interpretasi visual dari citra Worldview 2 dengan resolusi 2 m. Sampel yang diambil

sebanyak 45 sampel yang tersebar secara acak. Hasil akurasi total dan indeks Kappa dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 6. Klasifikasi berbasis obyek pada citra dan citra fusi. Accuracy Assesment 7 6 5 4 3 2 58 36.63 53.78 34.48 67.14 44.55 61.78 39.3 66.57 48.78 Akurasi Total (%) Indeks Kappa 1 Brovey HIS Principal component Gramm Schmidt Wavelet Gambar 7. Akurasi Hasil Klasifikasi berbasis Obyek pada citra hasil fusi. Klasifikasi berbasis obyek pada citra fusi metode PC dan metode wavelet memegang hasil akurasi tertinggi dengan 67.1 % dan 66.57 % akan tetapi, akurasi tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan akurasi total hasil klasifikasi berbasis obyek menggunakan citra AVNIR yang mencapai 78.53 % dan indeks kappa sebesar.6514. 5. KESIMPULAN Transformasi Wavelet terbukti memberikan hasil tampilan citra fusi yang lebih baik dalam mempertahankan kualitas spektral citra dan mempertajam kualitas spasial citra. Wavelet juga memberikan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan citra fusi lainnya dalam hasil klasifikasi berbasis obyek meskipun akurasinya

masih di bawah akurasi klasifikasi berbasis obyek menggunakan citra AVNIR. Selanjutnya perlu dikaji performa metode fusi tersebut dalam fusi antar citra yang berbeda sensor. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada PUSPICS UGM dan juga kepada Digital Globe yang telah memberikan akses citra Worldview 2 untuk pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bins, L., Fonseca, L., and Erthal, G., (1996), Satellite Imagery Segmentation: a region growing approach. VIII Brazilian Symposium on Remote Sensing, pp. 677-68. Chukka, C. (21), Image Quality Assessment. [accessed 22 October 211]. Available from http:// wwwee.uta.edu/dip/.../chaitanyaee5359d.pdf. Espindola, G.L., Camara, G, Reis, I.A., Bins., L.S., and Monteiro, A.M. (26), Parameter Selection for Region-Growing Image Segmentation Algorithms using Spatial Autocorrelation, International Journal of Remote Sensing, 27 (14), 335-34. Hong. G, and Zhang. Y. (23), High Resolution Image Fusion based on wavelet and HIS Transformation. 2nd GRSS/ISPRS Joint Workshop on Remote Sensing and Data Fusion over Urban Areas, Berlin, Germany, 22-23 May 23. Jensen, J.R., (25), Introductory Digital Image Processing, 3rd ed., Upper Saddle River, Prentice Hall, New Jersey. Pohl, C.C. and Van Genderen, J.L. (1998), Multisensor image fusion in remote sensing: Concepts, methods and applications, International Journal of Remote Sensing, 19, 823 854. Sanjeevi, S., Vani, K., and Laksmi, K, (21), Comparison of Conventional and Wavelet Transform Techniques for Fusion of IRC and LISS III and PAN Images. 22 nd Asian Conference on Remote Sensing, Singapore. Schowengerdt, R.A., (1997), Remote Sensing: Models and Methods for Image Processing, 2 nd ed., Academic, Orlando, Florida. Wang, Z. and Bovik, A.C., (22), A universal image quality index. IEEE Signal Process Letter, 9 (3), 81 84.