ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA DAS TIRO-PROVINSI ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENELITIAN.


PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

KAJIAN POTENSI SUMBER AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH LAYANAN SPAM KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District)

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

ABSTRAK Faris Afif.O,

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

3. METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN DRIYOREJO BERDASARKAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR

Ekspansi Tenaga Air Untuk Ketahanan Energi Melalui Pengoperasian Waduk Tunggal

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

STUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LOMPATAN HARIMAU DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di zona khatulistiwa hal tersebut menyebabkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

BAB I PENDAHULUAN. berubah sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia. Salah satu akibat dari

ANALISA KEANDALAN WADUK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH (Studi Kasus: Waduk Paya Bener Takengon) Azmeri 1, Ziana 2, Ampera 3

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Drought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sampai 2013, kecuali tahun 2012 karena data tidak ditemukan. Jumlah ketersediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

STUDI ALOKASI KETERSEDIAAN AIR KRUENG MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI, AIR MINUM, DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA WADUK DENGAN METODE SIMULASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

ANALISA POTENSI WADUK RUKOH DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI KABUPATEN PIDIE. Siti Nurdhawata G

1. BAB I PENDAHULUAN

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kaidah-kaidah pokok yang digunakan dalam aktifitas ilmiah. Metode yang

Analisa Ketersediaan Air Bersih untuk Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016 1 ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA DAS TIRO-PROVINSI ACEH Azmeri 1, Ahmad Reza Kasury 1, Nina Shaskia 1, Syamsul Bahri 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 Email: azmeri@unsyiah.ac.id, diyum.salar@gmail.com, nina.shaskia@gmail.com 2 Dinas Sumber Daya Air Provinsi Aceh, Banda Aceh 23111 Email: boystz270773@gmail.com ABSTRAK Setiap daerah membutuhkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi. idakpastian dalam ketersediaan air dalam musim kering memerlukan penyusunan alokasi air yang optimal. Penyusunan alokasi air dimaksudkan untuk memberikan gambaran antara supply dan demand pada suatu titik pengambilan air (outlet). Penelitian ini bertujuan mengembangkan model simulasi dari sistem air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tiro, mengingat persediaan air yang terbatas dan kebutuhan air (air baku dan air irigasi) yang semakin meningkat. Model simulasi ini bertujuan memperoleh kebijakan alokasi dalam memenuhi kebutuhan air saat ini dan penggunaan masa depan pada musim kering. Terdapat beberapa titik outlet, yaitu sub-das 1 dan sub-das 1a di bagian hulu DAS, sub-das 2 di bagian tengah DAS, sub-das 3 dan sub-das 4 di bagian hilir. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa terjadi defisit air terjadi pada sub DAS 1 khususnya untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Akibat defisit air tersebut maka luas tanam areal irigasi yang dapat dilayani hanya sebesar 38,21% atau 2.646 hektar dari total luas layanan 6.924 hektar. Pada sub-das 1a, sub-das 2, sub-das 3, dan sub-das 4, kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak dan tambak masih dapat terpenuhi sampai akhir proyeksi tahun 2035. Kata kunci: Alokasi Air, Air Baku, Air Irigasi, Musim Kering, DAS Tiro. 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan cenderung semakin meningkat secara kualitas dan kuantitas dari tahun ke tahun, yang diakibatkan karena pertumbuhan penduduk dan pengembangan aktivitasnya. Menurut FAO (2012) meningkatnya kebutuhan air untuk pertanian, mengakibatkan meningkatnya distribusi air di Daerah Aliran Sungai (DAS) antara hulu dan hilir yang dikhawatirkan terjadinya kelangkaan air. DAS yang mengalami kelangkaan air akan mengakibatkan konflik antara daerah hulu dan hilir, konflik antara pengguna air, dan terjadinya degradasi ekosistem alam. Keberagaman penggunaan air juga terjadi di DAS Tiro yang menjadi sumber air utama bagi masyarakat Kabupaten Pidie khususnya untuk kebutuhan air irigasi dan air baku di bagian timur Kabupaten Pidie. Pada saat ini DAS Tiro melayani kebutuhan air baku masyarakat dan untuk 6.924 Ha daerah irigasi Tiro. Namun pada musim kemarau terjadi kekurangan air sehingga luas areal tanam menjadi berkurang dan sebagian areal tanam tidak mendapat air yang mengakibatkan sering terjadi gagal panen. Berdasarkan Thevs (2015) sektor pertanian memang merupakan konsumen terbesar air dalam pemanfaatan sumber daya air. Di luar kondisi meningkatnya kebutuhan air di atas, ketersediaan sumber daya air juga semakin terbatas akibat penurunan kualitas lingkungan dan perubahan ekologi. Apabila tidak segera diberikan solusi, maka akan menimbulkan konflik kepentingan antara permintaan (demand) dan pemenuhan (supply). Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan simulasi alokasi air berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air pada DAS Tiro saat ini dan selama 20 tahun yang akan datang. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan masukan kepada seluruh pemilik kepentingan yang berada di DAS Tiro. 2. LOKASI STUDI Berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang penetapan wilayah sungai, DAS Tiro termasuk ke dalam Wilayah Sungai Aceh Meureudu yang merupakan wilayah sungai strategis nasional. Secara geografis DAS

Tiro berada pada koodinat 05 01 06 sampai 05 18 40 Lintang Utara dan 95 45 00 sampai 95 09 57 Bujur Timur. Sebelah utara DAS Tiro berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah barat berbatasan dengan DAS Baro, sebelah selatan berbatasan dengan DAS Teunom dan sebelah timur berbatasan dengan DAS Putu dan DAS Panteraja. Luas DAS Tiro secara keseluruhan adalah 311,71 Km 2. Secara administrasi DAS Tiro berada dalam Kabupaten Pidie yang melintasi beberapa kecamatan, dimana hulu DAS berada di Kecamatan Mane dan hilir DAS di Kecamatan Kembang Tanjong yang bermuara ke Selat Malaka. Selengkapnya lokasi studi diberikan pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. DAS Krueng Tiro (Sumber: RTRW Kabupaten Pidie, 2012) 3. METODE SIMULASI ALOKASI AIR Tahapan simulasi alokasi air pada DAS Tiro dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis curah hujan Data curah hujan berasal dari stasiun pengamatan curah hujan Kota Bakti pencatatan tahun 1981 sampai tahun 1990 dan stasiun hujan Tangse pencatatan tahun 1981 sampai tahun 1990 yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indrapuri. Data curah hujan bulanan tersebut digunakan untuk memperoleh hujan efektif yang diperlukan untuk menghitung besarnya kebutuhan air irigasi. 2. Analisis debit Analisis ketersediaan air DAS Tiro menggunakan data debit aliran yang berasal dari pos duga air Gampong Jojo Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie dari Tahun 2012 sampai 2014. 3. Analisis data klimatologi Data klimatologi yang diperlukan berupa data temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin dan penyinaran matahari yang berasal dari stasiun klimatologi Blang Bintang pencatatan Tahun 1982 sampai 1991. Data klimatologi ini digunakan untuk memperoleh besarnya evapotranspirasi potensial. 4. Analisis kebutuhan air di hilir DAS Tiro, yang terdiri dari: a. Data kebutuhan air domestik, memerlukan data penduduk Tahun 2009 sampai 2013 untuk 7 Kecamatan yaitu kecamatan Tiro/Truseb, Titeu, Mutiara, Mutiara Timur, Peukan Baro, Simpang Tiga dan Kembang Tanjong. Data penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dalam Angkan 2014. Kebutuhan air non-domestik berdasarkan 15% terhadap kebutuhan air domestik (Balitbang Kimpraswil, 2002). b. Data luas daerah irigasi Tiro yang dilayani sumber daya air dari DAS Tiro sebesar 6.924 hektar. Data daerah irigasi tersebut diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera I. Data ini diperlukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan air untuk irigasi. Luas daerah irigasi ini diasumsikan tidak berubah untuk 20 tahun yang akan datang.

c. Data luas areal tambak yang memanfaatkan air dari DAS Tiro dalam pengolahannya diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dalam Angka 2014. Luas tambak pada tahun 2013 yang berada dalam DAS Tiro 418 Ha di Kecamatan Geulumpang Baro dan 842 Ha di Kecamatan Kembang Tanjong. Data luas tambak ini digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan air untuk tambak. Data luas areal tambak ini diasumsikan tetap sampai 20 tahun yang akan datang. d. Data jumlah ternak di DAS Tiro sesuai dengan yang dipelihara oleh masyarakat antara lain sapi, kerbau kambing/domba dan unggas. Data jumlah ternak dari masing-masing jenis akan diproyeksikan untuk 20 tahun yang akan datang untuk menghitung kebutuhan air ternak saat ini dan proyeksi kebutuhan air ternak 20 tahun yang akan datang. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dalam Angka 2014. Data jumlah ternak yang digunakan adalah data jumlah ternak tahun 2009 sampai tahun 2013 untuk 7 Kecamatan yaitu kecamatan Tiro/Truseb, Kecamatan Titeu, Kecamatan Mutiara, Kecamatan Mutiara Timur, Kecamatan Peukan Baro, Kecamatan Simpang Tiga dan Kecamatan Kembang Tanjong. 5. Analisis alokasi air dilakukan untuk melakukan penjatahan air untuk berbagai keperluan dalam memenuhi kebutuhan air bagi para pengguna dari waktu ke waktu dengan memperhatikan ketersediaan air berdasarkan azas pemanfaatan dan kelestarian sumber daya air. Pada studi ini akan dilakukan analisis alokasi air dengan menggunakan software microsoft excel. 4. HASIL DAN DISKUSI Pembagian Sub Daerah Aliran Sungai Berdasarkan kondisi eksisting DAS Tiro saat ini terdapat beberapa titik pengambilan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitar DAS. Titik pengambilan untuk air minum dilakukan berdasarkan RISPAM Kabupaten Pidie. Bendung Tiro terdapat di Gampong Blang Rukui yang merupakan pengambilan air terbesar di sepanjang DAS untuk memenuhi kebutuhan air irigasi Daerah Irigasi (DI) Krueng Tiro seluas 6.924 Ha. Pengambilan air selanjutnya terdapat di Instalasi Pengolahan air (IPA) Beureunun di Gampong Baro Yaman untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di sekitar kota Beureunun dengan debit pengambilan sebesar 10 lt/dt kondisi saat ini tidak difungsikan. Di Gampong Puuk Kecamatan Kembang Tanjong juga terdapat IPA dengan kapasitas 10 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di Kecamatan Kembang Tanjong, kondisi saat ini tidak berfungsi akibat rusak dan belum dilakukan perbaikan. Pengambilan air eksisting pada bagian hilir DAS Tiro adalah untuk pemenuhan air kawasan tambak yang merupakan pengambilan bebas terletak di Gampong Ie Leubeu Kecamatan Kembang Tanjong. Selengkapnya untuk alokasi air, lokasi-lokasi pengambilan diberikan pada Gambar 2 berikut. Sub DAS 3 Sub DAS 4 Sub DAS 2 Sub DAS 1a Sub DAS 1 Gambar 2. Pembagian Sub-DAS Krueng Tiro untuk Alokasi Air

Untuk pengembangan sumber daya air DAS Tiro pada masa yang akan datang diperlukan peningkatan kapasitas pengambilan air yang sudah ada saat ini dan penambahan lokasi pengambilan air, lokasi dan jenis pengambilan air tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sub DAS 1 dengan luas DAS 174,24 Km 2 terdapat di bagian hulu DAS tepatnya di Gampong Blang Rukui Kecamatan Tiro/Truseb denga jenis pengambilan bendung untuk melayani kebutuhan air irigasi D.I Tiro dan IPA Tiro untuk kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Tiro Truseb. 2. Sub DAS 1a dengan luas DAS 19,63 Km 2 terletak di bagian hulu DAS yaitu di Gampong Alue Kecamatan Titeu, dengan jenis pengambilan dari IPA Rukoh untuk memenuhi Kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Titeu. 3. Sub DAS 2 dengan luas DAS 243,31 Km 2 terdapat di bagian tengah DAS tepatnya di Gampong Baro Yaman Kecamatan Mutiara dengam jenis pengambilan untuk kebutuhan air IPA Beureunun 1 dan Beureunun 2 dalam melayani kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Mutiara, Mutiara Timur, Peukan Baro dan Kecamatan Simpang Tiga. 4. Sub DAS 3 dengan luas DAS 275,55 Km 2 terdapat di bagian hilir DAS tepatnya di Gampong Puuk Kecamatan Kembang Tanjong dengam jenis pengambilan untuk kebutuhan air IPA Kembang Tanjong dalam melayani kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Kembang Tanjong dan sekitarnya. 5. Sub DAS 4 dengan luas DAS 292,03 Km 2 terdapat di bagian hilir DAS tepatnya di Gampong Ie Leubeu Kecamatan Kembang Tanjong dengan jenis pengambilan bebas untuk kebutuhan air tambak masyarakat Kecamatan Kembang Tanjong dan Kecamatan Geulumpang Baro. ersediaan dan Kebutuhan Air Debit rata-rata bulanan ditentukan berdasarkan data debit dari pos duga air gampong Jojo Kecamatan Mutiara Timur mulai tahun 2012 sampai dengan 2014, Namun karena time-series data debit yang singkat, maka dilakukan pembangkitan data debit menggunakan proses Markov Chain. Dari hasil pembangkitan data debit selanjutnya dapat ditentukan debit rata-rata bulanan berdasarkan masing-masing sub DAS. Penyusunan debit rata-rata bulanan pada pos duga air Gampong Jojo menjadi titik referensi luas DAS untuk melakukan perhitungan debit rata-rata bulanan pada titik lainnya (sub DAS) berdasarkan perbandingan luas DAS. Selanjutnya penentuan debit andalan dimaksudkan untuk menentukan nilai kuantitatif debit yang tersedia sepanjang tahun baik pada musim kering maupun musim basah. Debit andalan diperoleh melalui probabilitas berdasarkan data debit rata-rata bulanan. Untuk mewakili kondisi musim kering, maka dalam penelitian ini digunakan debit andalan 95% untuk menentukan ketersediaan air pada musim sangat kering dan dan debit andalan 80% untuk musim kering. Sementara itu, untuk kebutuhan air digunakan debit andalan 95% untuk menentukan kebutuhan air bersih dan debit andalan 80% untuk kebutuhan air irigasi dan tambak. Neraca Air Penyusunan neraca air dimaksudkan untuk memberikan gambaran antara ketersediaan (supply) dan kebutuhan (demand) pada suatu titik pengambilan air. Dalam penelitian ini neraca air disusun berdasarkan pembagian DAS yaitu IPA Tiro (sub DAS 1), IPA Rukoh (sub DAS 1a), IPA Beureunun 1 dan 2 (sub DAS 2), IPA Kembang Tanjong (Sub Das 3), dan Tambak Kembang Tanjong (Sub DAS 4). Penyusunan neraca air tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 5 di bawah ini. Tabel 1. Neraca Air sub DAS 1 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 410,599 443,711 470,202 503,316 536,428 2 Irigasi m3/th 400,885,632 400,885,632 400,885,632 400,885,632 400,885,632 3 Tambak m3/th - - - - - 4 Ternak m3/th 36,437 39,261 41,886 44,512 47,454 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 7,659,626 6,096,642 5,043,142 7,704,588 7,396,278 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 408,992,294 407,465,246 406,440,862 409,138,047 408,865,791 1 Debit andalan 95% m3/th 100,216,909 75,357,256 86,371,947 110,914,748 63,834,588 2 Debit Andalan 80% m3/th 153,192,516 121,932,836 100,862,831 154,091,754 147,925,552 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th (308,775,385) (332,107,990) (320,068,915) (298,223,299) (345,031,203) DEFISIT Persentase % 308.11 440.71 370.57 268.88 540.51 D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th (255,799,778) (285,532,410) (305,578,031) (255,046,293) (260,940,239) DEFISIT Persentase % 166.98 234.17 302.96 165.52 176.40

Tabel 2. Neraca Air sub DAS 1a 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 344,372 364,242 390,730 410,599 437,091 2 Irigasi m3/th - - - - - 3 Tambak m3/th - - - - - 4 Ternak m3/th 23,757 23,106 23,280 24,205 25,832 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 862,939 686,852 568,164 868,004 833,270 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 1,231,068 1,074,199 982,173 1,302,808 1,296,192 1 Debit andalan 95% m3/th 11,290,507 8,489,801 9,730,724 12,495,733 7,191,649 2 Debit Andalan 80% m3/th 17,258,776 13,737,038 11,363,277 17,360,085 16,665,396 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 10,059,439 7,415,602 8,748,551 11,192,925 5,895,457 SURPLUS Persentase % 89.10 87.35 89.91 89.57 81.98 D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 16,027,708 12,662,839 10,381,104 16,057,276 15,369,204 SURPLUS Persentase % 92.87 92.18 91.36 92.50 92.22 Tabel 3. Neraca Air sub DAS 2 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 7,576,209 8,119,260 8,668,930 9,205,359 9,748,408 2 Irigasi m3/th - - - - - 3 Tambak m3/th - - - - - 4 Ternak m3/th 342,146 379,376 442,768 507,618 573,826 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 10,695,957 8,513,395 7,042,279 10,758,742 10,328,216 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 18,614,312 17,012,031 16,153,977 20,471,719 20,650,450 1 Debit andalan 95% m3/th 139,943,619 105,229,418 120,610,414 154,882,159 89,139,082 2 Debit Andalan 80% m3/th 213,919,141 170,267,896 140,845,588 215,174,843 206,564,314 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 121,329,307 88,217,388 104,456,437 134,410,440 68,488,632 SURPLUS Persentase % 86.70 83.83 86.61 86.78 76.83 D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 195,304,829 153,255,866 124,691,611 194,703,125 185,913,864 SURPLUS Persentase % 91.30 90.01 88.53 90.49 90.00 Tabel 4. Neraca Air sub DAS 3 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 1,642,396 1,768,223 1,887,429 2,013,258 2,132,464 2 Irigasi m3/th - - - - - 3 Tambak m3/th - - - - - 4 Ternak m3/th 79,517 88,319 97,435 106,866 116,298 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 12,113,234 9,641,469 7,975,423 12,184,339 11,696,765 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 13,835,147 11,498,011 9,960,287 14,304,462 13,945,527 1 Debit andalan 95% m3/th 158,486,968 119,172,933 136,592,000 175,404,952 100,950,532 2 Debit Andalan 80% m3/th 242,264,680 192,829,390 159,508,454 243,686,770 233,935,295 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 144,651,821 107,674,921 126,631,713 161,100,490 87,005,005 SURPLUS Persentase % 91.27 90.35 92.71 91.84 86.19 D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 228,429,533 181,331,379 149,548,167 229,382,308 219,989,768 SURPLUS Persentase % 94.29 94.04 93.76 94.13 94.04

Tabel 5. Neraca Air sub DAS 4 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th - - - - - 2 Irigasi m3/th - - - - - 3 Tambak m3/th 32,198,256 32,198,256 32,198,256 32,198,256 32,198,256 4 Ternak m3/th - - - - - 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 12,837,698 10,218,103 8,452,414 12,913,055 12,396,321 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 45,035,954 42,416,359 40,650,670 45,111,311 44,594,577 1 Debit andalan 95% m3/th 167,965,702 126,300,387 144,761,247 185,895,511 106,988,147 2 Debit Andalan 80% m3/th 256,753,963 204,362,064 169,048,280 258,261,105 247,926,417 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 122,929,748 83,884,027 104,110,577 140,784,200 62,393,570 SURPLUS Persentase % 73.19 66.42 71.92 75.73 58.32 D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 211,718,008 161,945,705 128,397,610 213,149,794 203,331,840 SURPLUS Persentase % 82.46 79.24 75.95 82.53 82.01 Berdasarkan neraca air pada lokasi IPA Tiro, sub DAS 1 ini mengalami defisit air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 385,75% dan defisit rata-rata untuk Q80 sebesar 209,21%. Lokasi IPA Rukoh (sub DAS 1a) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 87,58% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 92,22%. Lokasi IPA Beureunun 1 dan 2 (sub DAS 2) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 84,15% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 90,07%. Sesuai dengan kondisi tersebut maka ketersediaan air pada sub DAS 2 ini masih dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk Kecamatan Geulumpang Tiga yang merupakan kecamatan yang berdekatan dengan Sub DAS 2 ini. Di masa yang akan datang (tahun 2020 2035) sub DAS ini dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk lima kecamatan di Kabupaten Pidie. Berdasarkan neraca air pada lokasi IPA Kembang Tanjong (sub DAS 3) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 90,47% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 94,05%. Dengan kondisi tersebut, kelebihan air yang ada pada sub DAS 3 ini masih dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kecamatan Geulumpang Baro yang merupakan kecamatan yang berdekatan dengan Kecamatan Kembang Tanjong. Sub DAS 3 dapat melayani kebutuhan air untuk dua kecamatan di hilir DAS Tiro. Pada lokasi tambak Kembang Tanjong (sub DAS 4) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 69,11% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 80,44%. Alokasi Air Penyusunan skema alokasi air DAS Tiro mulai dari IPA Tiro (sub DAS 1) sampai dengan tambak Kembang Tanjong (sub DAS 4). Skema alokasi air ini disusun berdasarkan debit andalan 95% dan debit andalan 80% untuk proyeksi tahun 2035. Selengkapnya skema alokasi air diberikan pada Gambar 3 dan Gambar 4 berikut.

SKEMA ALOKASI AIR DAS TIRO TAHUN 2035 SUB DAS 1 A = 174,24 Km2 Q inflow (Sub DAS 1) Q inflow 1 Q andalan 95% = 2.024 m 3 /dt IRIGASI IPA / BENDUNG TIRO D.I Kr. TIRO Q outflow 1 6924 Ha 12.712 m 3 /dt DOMESTIK Kec. TIRO/TRUSEB NON DOMESTIK 10,015 Jiwa 0.017 m 3 /dt Q outflow 2 Kec. TIRO/TRUSEB 0.00150 m 3 /dt SUB DAS 1a A=19,63 Km2 PEMELIHARAAN SUB DAS 1 Q inflow (Sub DAS 1a) SUNGAI 0.101 m 3 /dt Q andalan 95% = 0.228 m 3 /dt IPA RUKOH Qoutflow3 Kec. TITEU DOMESTIK 8,258 jiwa 0.0139 m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. TITEU 0.0675 m3/dt SUB DAS 1a PEMELIHARAAN 0.0114 m3/dt SUNGAI Q inflow 2 0.135 m 3 /dt Q (Sub DAS 2) Q andalan 95% = 2.827 m 3 /dt SUB DAS 2 A = 243,31 Km2 Q inflow (Sub DAS 2) Q inflow 3 1.050 m 3 /dt IPA BEUREUNUN 1 DAN 2 Q outflow 4 Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEUKAN BARO DAN SP. TIGA DOMESTIK 122,856 jiwa 0.3091 m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEMELIHARAAN SUB DAS 2 PEUKAN BARO DAN SP. TIGA SUNGAI 0.141 m 3 /dt 0.0178 m 3 /dt 0.582 m 3 /dt Q (Sub DAS 3) Q andalan 95% = 3.201 m 3 /dt SUB DAS 3 A = 275,55 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) 1.098 m 3 /dt Q inflow 4 IPA KEMBANG TANJONG Q outflow 5 Kec. KEMBANG TANJONG DOMESTIK 26,840 jiwa 0.0676 m 3 /dt NON DOMESTIK PEMELIHARAAN SUB DAS 3 SUNGAI 0.160 m 3 /dt 0.865 m 3 /dt Kec. KEMBANG TANJONG 0.0050 m 3 /dt Q (Sub DAS 4) Q andalan 95% = 3.393 m 3 /dt SUB DAS 4 A = 292,03 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) 1.217 m 3 /dt Q inflow 5 TAMBAK PEMELIHARAAN SUB DAS 4 SUNGAI 0.170 m 3 /dt 0.026 m 3 /dt Q outflow 6 Kec. KEMBANG TANJONG dan Kec. GEULUMPANG BARO 1,260 Ha 1.021 m 3 /dt TAMBAK SELAT MALAKA Gambar 3. Skema Alokasi Air DAS Tiro Tahun 2035 (Qandalan 95%)

SKEMA ALOKASI AIR DAS TIRO TAHUN 2035 SUB DAS 1 A = 174,24 Km2 Q inflow (Sub DAS 1) Q inflow 1 Q andalan 80% = 4.691 m 3 /dt IRIGASI IPA / BENDUNG TIRO D.I Kr. TIRO Q outflow 1 6924 Ha 12.712 m 3 /dt DOMESTIK Kec. TIRO/TRUSEB NON DOMESTIK 10,015 Jiwa 0.017 m 3 /dt Q outflow 2 Kec. TIRO/TRUSEB 0.00150 m 3 /dt SUB DAS 1a A=19,63 Km2 PEMELIHARAAN SUB DAS 1 Q inflow (Sub DAS 1a) SUNGAI 0.235 m 3 /dt Q andalan 80% = 0.528 m 3 /dt IPA RUKOH Qoutflow3 Kec. TITEU DOMESTIK 8,258 jiwa 0.0139 m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. TITEU 0.0675 m 3 /dt SUB DAS 1a PEMELIHARAAN 0.0264 m 3 /dt SUNGAI Q inflow 2 0.421 m 3 /dt Q (Sub DAS 2) Q andalan 80% = 6.550 m 3 /dt SUB DAS 2 A = 243,31 Km2 Q inflow (Sub DAS 2) Q inflow 3 2.541 m 3 /dt IPA BEUREUNUN 1 DAN 2 Qoutflow4 Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEUKAN BARO DAN SP. TIGA DOMESTIK 122,856 jiwa 0.3091 m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEMELIHARAAN SUB DAS 2 PEUKAN BARO DAN SP. TIGA SUNGAI 0.328 m 3 /dt 0.0178 m 3 /dt 1.887 m 3 /dt Q (Sub DAS 3) Q andalan 80% = 7.418 m 3 /dt SUB DAS 3 A = 275,55 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) 3.082 m 3 /dt Q inflow 4 IPA KEMBANG TANJONG Q outflow 5 Kec. KEMBANG TANJONG DOMESTIK 26,840 jiwa 0.0676 m 3 /dt NON DOMESTIK PEMELIHARAAN SUB DAS 3 SUNGAI 0.371 m 3 /dt 2.639 m 3 /dt Kec. KEMBANG TANJONG 0.0050 m 3 /dt Q (Sub DAS 4) Q andalan 80% = 7.862 m 3 /dt SUB DAS 4 A = 292,03 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) 3.453 m 3 /dt Q inflow 5 TAMBAK PEMELIHARAAN SUB DAS 4 SUNGAI 0.393 m 3 /dt 2.039 m 3 /dt Q outflow 6 Kec. KEMBANG TANJONG dan Kec. GEULUMPANG BARO 1,260 Ha 1.021 m 3 /dt TAMBAK SELAT MALAKA Gambar 4. Skema Alokasi Air DAS Tiro Tahun 2035 (Qandalan 80%)

Hasil yang diperoleh menunjukkan pada sub DAS 1 terjadi kekurangan air (defisit), khususnya untuk penyediaan air irigasi untuk kondisi saat ini dan 20 tahun yang akan datang. Akibat defisit air tersebut maka luas tanam areal irigasi yang dapat dilayani hanya sebesar 38,21% atau 2.646 hektar dari total luas layanan 6.924 hektar. Kebutuhan air irigasi di hulu DAS Tiro tidak dapat dipenuhi dengan layanan Bendung Tiro saja. Hal ini karena DI Tiro yang cukup luas 6.924 ha yang tidak dapat dilakukan musim tanam yang serentak. Perlu dilakukan pengaturan musim tanam secara bergilir untuk dapat meningkatkan produktivitas tanam DI Tiro. Selain itu, ketersediaan air yang semakin menurun, hulu DAS Tiro semakin mendesak untuk segera dilakukan pembangunan Waduk Tiro. Berdasarkan Detail Engineering Design (DED) Waduk Tiro yang telah dilakukan, dengan adanya waduk ini dapat dipergunakan pemanfaatan air yang berlimpah pada musim penghujan dengan menampungnya dan dipergunakan pada saat musim kering. Dengan bertambahnya cadangan air maka kegiatan pengelolaan, pemanfaatan, pengembangan air secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan perkembangan daerah, serta kelestarian alam dapat terkendali. Pada sub DAS lainnya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak, pemeliharaan sungai dan tambak mengalami kelebihan air (surplus) saat ini dan sampai tahun 2035. Kebutuhan air terbesar pada sub DAS 1a, sub DAS 2 dan sub DAS 3 adalah untuk pemeliharaan sungai sedangkan sub DAS 4 dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air tambak. Pada sub-das 1a, sub-das 2, sub-das 3, dan sub-das 4, kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak dan tambak masih dapat terpenuhi sampai akhir proyeksi tahun 2035. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada studi ini berkaitan dengan alokasi air sesuai ketersediaan dan kebutuhan air pada kondisi saat ini dan 20 tahun yang akan datang sebagai berikut : 1. ersediaan air di dalam DAS Tiro masih dapat mendukung pemenuhan berbagai kebutuhan air sampai tahun 2035 kecuali untuk kebutuhan air irigasi pada sub DAS 1. Kekurangan air (defisit) pada sub DAS ini cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air irigasi mulai tahun 2015 sampai tahun 2035. Akibat defisit air, luas tanam areal irigasi yang dapat dilayani hanya sebesar 38,21% atau 2.646 hektar dari total luas layanan 6.924 hektar. Kondisi ini dirasakan semakin mendesak untuk segera dilakukan pembangunan Waduk Tiro di hulu DAS 2. Pada sub DAS 1a, sub DAS 2, Sub DAS 3 dan sub DAS 4 kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak dan tambak masih dapat terpenuhi sampai tahun 2035. 3. Daya dukung sumber daya air DAS Tiro masih dapat dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan air di sekitar DAS untuk 20 tahun kedepan, kecuali untuk irigasi pada sub DAS 1. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2014, Pidie dalam Angka, Kabupaten Pidie, Aceh. Balai Wilayah Sungai Sumatera I, 2010, Laporan DED Waduk Rukoh-Tiro (Tahap III) Kabupaten Pidie, Banda Aceh. Balitbang Kimpraswil, 2002, Pedoman Petunjuk Teknis dan Manual Air Minum Perkotaan Edisi Pertama, Jakarta. Bappeda Kabupaten Pidie, 2014, Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Pidie FAO, 2012. Coping with Water Scarcity. FAO Water Reports 38. FAO, Rome. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pidie, 2012 Thevs, N., Peng, H., Rozi, A., Zerbe, S., Abdusalih, N., 2015, Water allocation and water consumption of irrigated agriculture and natural vegetation in the Aksu-Tarim river basin, Xinjiang, China, Journal of Arid Environments, Vol 12 Part A.