G U B E R N U R JAMB I

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR &S TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007

NASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A

GUBERNUR BENGKULU. atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT ( FKDM ) PROVINSI JAMBI

TANYA JAWAB BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG

PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT. Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG FORUM PENGUATAN PENDIDIKAN KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Izin Mendirikan Bangunan

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 Tahun 2011 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

TANYA JAWAB BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT (FKDM) BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

SALINAN Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik. lebih lanjut mengenai Forum Pembauran Kebangsaan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12TAHUN 2006 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 T E N T A N G

Transkripsi:

G U B E R N U R JAMB I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI KABUPATEN/KOTA DALAM PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 12 Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, dan pemberdayaan Forum Kerukunan Umat beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat dipandang perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jambi tentang Pedoman Pelaksanaan dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat di Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swantantra Tingkat Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112); 2. Undang-Undang Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan, Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3298); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 6. Undang...

-2-6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya ; 9. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1979 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia ; 10. Keputusan Bersama Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor Agama Kabupaten/Kota. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI KABUPATEN/KOTA DALAM PROVINSI JAMBI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Jambi 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan. 3. Gubernur adalah Gubernur Jambi 4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota dalam Provinsi Jambi. 5. Kerukunan Umat Beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6. Pemeliharaan

-3-6. Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah Daerah dibidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama. 7. Rumah Ibadat adalah bangunan yang ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanent, tidak termasuk tempat ibadat keluarga. 8. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah organisasi non pemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh Warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hokum dan telah terdaftar di Pemerintah Daerah setempat serta ukan organisasi sayap partai politik. 9. Pemuka Agama adalah Tokoh Komunitas umat beragama baik yang memimpin Ormas Keagamaan maupun tidak memimpin Ormas Keagamaan yang diakui dan/atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan. 10. Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah daerah dalam rangka membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk ketrukunan dan kesejahteraan. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 (1) dengan Peraturan ini dibentuk FKUB dan Dewan Penasehat FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi. (2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud ayat (10 dilakukan oleh masyarakat yang dikoordinasikan oleh majelis-majelis agama dan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. BAB III TUGAS, FUNGSI DAN SIFAT Pasal 3 FKUB Provinsi mempunyai tugas : 1 melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat ; 2 menampung aspirasi organisasi kemasyarakatan keagamaan dan aspirasi masyarakat 3 menyalurkan aspirasi organisasi kemasyarakatan keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan Gubernur, dan 4 melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 4 FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai fungsi komunikasi, mediasi, sosialisasi, edukasi, motivasi, pengejawantahan, representasi, konsultasi dan memberikan rekomendasi dalam memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama. Pasal 5 FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota bersifat musyawarah, keagamaan, kemasyarakatan, kemanusiaan, konsultatif dan informatif serta independent dan tidak bersifat partisan. BAB IV

-4- BAB IV JUMLAH, KOMPOSISI DAN KEANGGOTAAN Pasal 6 (1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama. (2) Jumlah anggota FKUB Provinsi sebanyak 21 ( dua puluh satu ) orang. (3) Jumlah FKUB Kabupaten/Kota sebanyak 17 (tujuh belas) orang. Pasal 7 (1) Komposisi Keanggotaan FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada pasal 6 aya (2) dan (3) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat menurut data resmi terakhir dari kantor wilayah Departemen Agama Provinsi Jambi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada, secara musyawarah dan mufakat. (2) Penetapan keanggotaan FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan rekomendasi dari setiap majelis agama (MUI, PgiW, FMKI, PHDI, WALUBI dan MATAKIN) setempat (3) FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua, 2 (dua) orang Wakil Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan 1 (satu) orang Wakil Sekretaris yang dipilih secara musyawarah oleh anggota. (1) Komposisi FKUB Provinsi terdiri dari : Ketua : 1 (satu) orang Wakil Ketua : 2 (dua) orang Sekretaris : 1 (satu) orang Wakil Sekretaris : 1 (satu) orang Anggota : 15 (lima belas) orang (2) Komposisi FKUB Kabupaten/Kota terdiri dari : Ketua : 1 (satu) orang Wakil Ketua : 2 (dua) orang Sekretaris : 1 (satu) orang Bendahara : 1 (satu) orang Wakil Sekretaris : 1 (satu) orang Anggota : 11 (sebelas) orang Pasal 8 BAB V DEWAN PENASEHAT Pasal 9 (1) Susunan Dewan Penasehat FKUB Provinsi Jambi terdiri dari : a. Ketua : 1 (satu) orang b. Wakil Ketua : 2 (dua) orang c. Sekretaris : 1 (satu) orang d. Anggota : 1. Unsur Kanwil Departemen Agama Provinsi Jambi 2. Unsur Biro-biro Setda Provinsi Jambi 3. Unsur Poswil BIN Jambi 4. Unsur Polda Jambi 5. Unsur Korem 042/Gapu 6. Unsur Kejati Jambi 7. Unsur Satpol PP Provinsi Jambi (2) Dewan...

(2) Susunan Dewan Penasehat FKUB Provinsi Jambi terdiri dari : a. Unsur dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jambi b. Unsur dari Biro-biro Setda Provinsi Jambi c. Unsur dari Kanwil Departemen Agama Provinsi Jambi -5- (3) Dewan Penasehat FKUB Kabupaten/Kota terdiri dari : a. Ketua : Wakil Bupati/Wakil Walikota b. Wakil Ketua : Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota c. Sekretaris : Kepala Dinas/Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat/Politik Kabupaten/Kota d. Anggota : 1. Asisten I dan II Sekda Kabupaten/Kota 2. Unsur Kepala Bagian Kabupaten/Kota 3. Kasubdin dan Kasi pada Dinas/Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat/Politik Kabupaten/Kota 4. Kepala Kantor Satpol PP Kabupaten/Kota 5. Kasi pada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota 6. Unsur Kodim 7. Unsur Poltabes/Polres 8. Unsur Kejari 9. Unsur Bappeda Kabupaten/Kota 10. Unsur Dinas Kabupaten/Kota 11. Unsur Pengadilan Agama Kabupaten/Kota 12. Posda BIN Kabupaten/Kota 13. Camat dalam Kabupaten/Kota (4) Dewan Penasehat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibantu oleh Sekretariat terdiri dari : a. Unsur dari Dinas/Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat / Politik Kabupaten/Kota b. Unsur dari Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota c. Unsur dari Bagian pada Setda Kabupaten/Kota d. Unsur dari Bappeda Kabupaten/Kota BAB VI KEPENGURUSAN Pasal 10 (1) Periode Kepengurusan FKUB Provinsi adalah 5 (lima) tahun (2) Seseorang hanya dapat menjadi Ketua FKUB Provinsi sebanyak-banyaknya 2 (dua) periode (3) Segala sesuatu mengenai pemilihan pengurus diatur sendiri oleh musyawarah anggota FKUB masing-masing. (4) Kepengurusan FKUB Provinsi dikukuhkan oleh Gubernur atas usul FKUB Provinsi melalui Ketua dewan Penasehat FKUB Provinsi (5) Dewan Penasehat FKUB Provinsi ditetapkan dengan Keputusan Gubernur (6) Kepengurusan FKUB Provinsi Jambi bagi yang sudah punya lembaga keagamaan harus melalui utusan dari lembaga keagamaannya masing-masing sedangkan yang belum mempunyai lembaga keagamaan harus berdasarkan musyawarah dan mufakat dari tokoh agama atau masyarakat keagamaannya. Pasal 11 (1) Periode Kepengurusan FKUB Kabupaten/Kota adalah 5 (lima) tahun (2) Seseorang hanya dapat menjadi Ketua FKUB Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya 2 (dua) periode (3) Segala sesuatu mengenai pemilihan pengurus diatur sendiri oleh musyawarah anggota FKUB masing-masing. (4) Kepengurusan FKUB Kabupaten/Kota dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atas usul FKUB Kabupaten/Kota melalui Ketua dewan Penasehat FKUB Kabupaten/Kota (5) Dewan Penasehat FKUB Kabupaten/Kota i ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota (6) Kepengurusan...

-6- (6) Kepengurusan FKUB Kabupaten/Kota bagi yang sudah punya lembaga keagamaan harus melalui utusan dari lembaga keagamaannya masing-masing sedangkan yang belum mempunyai lembaga keagamaan harus berdasarkan musyawarah dan mufakat dari tokoh agama atau masyarakat keagamaannya. Pasal 12 Pergantian antar waktu Pengurus FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan apabila : 1. meninggal dunia ; 2. berhalangan tetap ; 3. permintaan sendiri ; 4. mencemarkan nama baik organisasi ; 5. melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; 6. atas permintaan dari lemaga keagamaan setelah mengadakan musyawarah dengan FKUB BAB VII HUBUNGAN KERJA Pasal 13 (1) Hubungan kerja FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota bersifat konsultatif dan informatif. (2) Rapat konsultasi FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun oleh FKUB Provinsi setelah dikoordinasikan dengan FKUB Kabupaten/Kota. Pasal 14 (1) Hubungan kerja FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Daerah setempat bersifat konsultatif dan informatif. (2) Rapat konsultasi masing-nasing FKUB dengan Pemerintah daerah setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun yang difasilitasi oleh Dewan Penasehat FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota BAB VII BELANJA Pasal 15 (1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB Provinsi didanai dari dan atas beban anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jambi. (2) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB Kabupaten/Kota didanai dari dan atas beban anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota (3) Hal ihwal mengenai belanja sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan (2) diselenggarakan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX PENGEMBANGAN FKUB Pasal 16 (1) FKUB Provinsi, Kabupaten/Kota apabila dipandang perlu dapat mengembangakan dalam lingkungan organisasi masing-masing antara lain : a. membentuk bidang-bidang ; b. mengangkat staf sekretariat ; c. membentuk kepanitiaan/kelompok kerja (2) Untuk pelaksanaan pengembangan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal 16 harus dikonsultasikan dengan Dewan Penasehat FKUB masing-masing. BAB X...

-7- BAB X PROSEDUR DALAM PROSES SECARA BERJENJANG PERMOHONAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT Pasal 17 Permohonan dari panitia pembangunan rumah ibadat yang ditujukan kepada Ketua FKUB Kabupaten/Kota untuk mendapatkan rekomendasi dengan melampirkan antara lain : 1. susunan panitia pembangunan rumah ibadat yang dikuatkan dengan Surat Keputusan Pengurus Rumah Ibadat yang bersangkutan ; 2. photo copy sertifikat tanah atau surat wakaf (hibah) tanah dari pemberi wakaf ; 3. gambar bangunan ; 4. daftar nama dan photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disyahkan oleh Pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 ; 5. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disyahkan oleh Lurah/Kepala desa dan Camat ( 60 orang ini diluar dari jumlah umat pengguna rumah ibadat yang 90 orang tersebut ). Pasal 18 Permohonan dari panitia pembangunan rumah ibadat yang ditujukan kepada Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk mendapatkan rekomendasi dengan melampirkan antara lain : 1. susunan panitia pembangunan rumah ibadat yang dikuatkan dengan Surat Keputusan Pengurus Rumah Ibadat yang bersangkutan ; 2. photo copy sertifikat tanah atau surat wakaf (hibah) tanah dari pemberi wakaf ; 3. gambar bangunan ; 4. daftar nama dan photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disyahkan oleh Pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 ; 5. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disyahkan oleh Lurah/Kepala desa dan Camat ( 60 orang ini diluar dari jumlah umat pengguna rumah ibadat yang 90 orang tersebut ). Pasal 19 Permohonan dari panitia pembangunan rumah ibadat yang ditujukan kepada bupati/walikota untuk mendapatkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dengan melampirkan antara lain : 1. susunan panitia pembangunan rumah ibadat yang dikuatkan dengan Surat Keputusan Pengurus Rumah Ibadat yang bersangkutan ; 2. photo copy sertifikat tanah atau surat wakaf (hibah) tanah dari pemberi wakaf ; 3. gambar bangunan ; 4. daftar nama dan photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disyahkan oleh Pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 ; 5. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disyahkan oleh Lurah/Kepala desa dan Camat ( 60 orang ini diluar dari jumlah umat pengguna rumah ibadat yang 90 orang tersebut ). 6. rekomendasi tertulis dari FKUB kabupaten/kota. 7. rekomendasi tertulis dari Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. BAB XI...

-8- BAB XI PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 20 FKUB Provinsi mempunyai tugas : (1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh masyarakat setempat. (2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat 91) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh Bupati/Walikota dibantu Kepala Kantor Departemen agama Kabupaten/Kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB Kabupaten/Kota atau FKUB Provinsi Jambi. (3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan setempat. Pasal 21 Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap Bupati/Walikota serta instansi terkait di daerah dalam menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. BAB XII PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 22 (1) Gubernur dibantu Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jambi melakukan pengawasan terhadap Bupati/Walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, pemberdayaan FKUB dan pendirian rumah ibadat. (2) Bupati/Walikota dibantu Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap Camat dan Lurah/Kepala Desa serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, pemberdayaan FKUB dan pendirian rumah ibadat. Pasal 23 (1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di Provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan serta Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. (2) Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di Kabupaten/Kota kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari dan juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu. BAB XI...

-9- BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Jambi Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat dalam Provinsi Jambi serta ketentuan yang mengatur lainnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 25 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jambi. Ditetapkan di Jambi pada tanggal 19 Desember 2007 GUBERNUR JAMBI dto H. ZULKIFLI NURDIN Diundangkan di Jambi pada tanggal 19 Desember 2007 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAMBI dto H. A. CHALIK SALEH. BERITA DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 NOMOR 19