BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SPESIFIKASI SEDIAAN MINYAK DHA YANG BERASAL DARI MINYAK IKAN. Spesifikasi Persyaratan Metode* kuning terang yang memiliki aroma khas ikan. Min.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

2013, No.710 6

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.480,2014 BADAN POM. Formula Bayi. Pengawasan. Keperluan Medis. Khusus. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

2011, No BAB 9 FORMAT

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Nomor 5360); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

2016, No Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Ikl

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Cemaran Radioaktif. Pangan. Batas Maksimum.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman.

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Sekuestran. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Air demineral SNI 6241:2015

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUSNAHAN KOSMETIKA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN KOSMETIKA

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pengembang. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Tuna dalam kemasan kaleng

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT IMPOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

Air mineral alami SNI 6242:2015

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09657 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN PENAMBAHAN ZAT GIZI DAN ZAT NON GIZI DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari pangan olahan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi; b. bahwa pengaturan mengenai persyaratan penambahan zat gizi dan non gizi dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.1.52.3572 Tahun 2008 tentang Penambahan Zat Gizi dan Non Gizi Dalam Produk Pangan sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Persyaratan Penambahan Zat Gizi dan Zat Non Gizi Dalam Pangan Olahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

-2-4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi, dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; 8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG PERSYARATAN PENAMBAHAN ZAT GIZI DAN ZAT NON GIZI DALAM PANGAN OLAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. 2. Bahan Baku adalah bahan dasar yang digunakan untuk memproduksi makanan, baik berupa pangan segar ataupun pangan olahan setengah jadi.

-3-3. Zat Gizi adalah substansi yang memberikan energi, diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan/atau pemeliharaan kesehatan, yang jika kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh. 4. Zat Non Gizi adalah substansi yang terdapat dalam pangan yang tidak berfungsi sebagai zat gizi tetapi mempengaruhi kesehatan. 5. Formula Bayi adalah formula sebagai pengganti air susu ibu (ASI) untuk bayi sampai umur 6 (enam) bulan yang secara khusus diformulasikan untuk menjadi satu-satunya sumber gizi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sampai bayi diperkenalkan dengan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI). 6. Formula Lanjutan adalah formula yang diperoleh dari susu sapi atau susu hewan lain dan/atau bahan yang berasal dari hewan dan/atau yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang semuanya telah dibuktikan sesuai untuk bayi usia lebih dari 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan dan anak usia 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun. 7. Informasi Nilai Gizi adalah daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan. 8. Klaim Gizi adalah pernyataan, saran atau sesuatu yang berhubungan dengan sifat gizi tertentu termasuk, tetapi tidak terbatas pada, nilai energi, kandungan protein, lemak dan karbohidrat, juga kandungan vitamin dan mineral. 9. Klaim Kesehatan adalah klaim yang menyatakan hubungan pangan atau zat yang terkandung dalam pangan dengan kesehatan. 10. Label Pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. 11. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 12. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

-4- BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Zat Gizi dan Zat Non Gizi yang diatur dalam Peraturan ini terdiri atas: a. Asam Dokosaheksaenoat (Docosahexaenoic Acid/DHA); b. Asam Arakidonat (Arachidonic Acid/ARA); c. Lutein; d. Sphingomyelin; dan e. Gangliosida. BAB III PERSYARATAN Bagian Pertama Persyaratan Bahan Baku DHA dan ARA Pasal 3 Bahan baku DHA dan ARA yang diizinkan digunakan dalam Pangan Olahan dapat berasal dari: 1. minyak ikan, berupa: a. Sediaan Minyak DHA; dan b. Sediaan Serbuk DHA. 2. minyak sel tunggal, berupa: a. Sediaan Minyak DHA; dan b. Sediaan Minyak ARA. Pasal 4 (1) Sediaan Minyak DHA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 huruf a harus memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (2) Sediaan Serbuk DHA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 huruf b harus memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

-5- (3) Sediaan Minyak DHA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 huruf a harus memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (4) Sediaan Minyak ARA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 huruf b harus memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 5 Pemenuhan terhadap persyaratan spesifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus dibuktikan dengan sertifikat hasil analisis yang diterbitkan oleh laboratorium pengujian yang terakreditasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Persyaratan Label Pasal 6 Informasi tentang kandungan DHA dan ARA hanya dapat dicantumkan dalam label pada bagian Informasi Nilai Gizi. Bagian Ketiga Larangan Pasal 7 Pelaku Usaha dilarang: a. menambahkan Lutein, Sphingomyelin, dan Gangliosida pada Formula Bayi dan Formula Lanjutan; dan/atau b. mencantumkan dan mengiklankan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang DHA dan ARA pada Formula Bayi dan Formula Lanjutan;

-6- BAB IV TINDAKAN ADMINISTRATIF Pasal 8 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai tindakan administratif. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa: a. peringatan secara tertulis; b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu; c. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; d. penghentian produksi untuk sementara waktu; dan/atau e. pencabutan izin produksi atau izin usaha. (3) Pemberian tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pejabat penerbit izin produksi, izin usaha, atau persetujuan pendaftaran yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing-masing. (4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tindakan administratif berupa pencabutan izin produksi atau izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e hanya dapat dilakukan oleh pejabat penerbit izin produksi atau izin usaha. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Dalam waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan ini berlaku, Pangan Olahan yang telah beredar harus disesuaikan dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini.

-7- BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.1.52.3572 Tahun 2008 tentang Penambahan Zat Gizi dan Non Gizi Dalam Produk Pangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 11 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 November 2011 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. KUSTANTINAH Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, ttd. AMIR SYAMSUDDIN BERITA NEGARA TAHUN 2011 NOMOR 809

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09657 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN PENAMBAHAN ZAT GIZI DAN ZAT NON GIZI DALAM PANGAN OLAHAN SPESIFIKASI SEDIAAN MINYAK DHA YANG BERASAL DARI MINYAK IKAN Spesifikasi Persyaratan Metode* Karakteristik umum Bahan dalam minyak: Minyak berwarna kuning terang yang memiliki aroma khas ikan Visual DHA (C22:6) (mg/g) Min. 210 Ratio DHA:EPA Min. 4:1 - Asam lemak omega 3 total (mg/g) Asam lemak omega 6 total (mg/g) Min. 265 Maks. 100 Asam lemak trans (%) Maks. 2 Residu protein Negatif Bicinconinic Acid Kadar air (%) Maks. 0,1 Gravimetri Askorbil palmitat (ppm) Maks. 5000 AOAC 2005 Ch 50 Tokoferol (ppm) Maks. 5000 AOAC 2005 Ch 50 Vitamin A (IU/ml) Maks. 100 HPLC Vitamin D (IU/ml) Maks. 50 HPLC Kolesterol (mg/g) Maks. 10 GC-MS/

-2- Spesifikasi Persyaratan Metode* Karakteristik kimia: Bilangan iodium (g I2/100g) Min. 190 Bilangan asam (mg KOH/g) Maks. 0,6 Bilangan peroksida (meq O2/kg) Bilangan tidak tersabunkan (%) Bilangan penyabunan (mg KOH/g) Maks. 5 Maks. 2 Min. 195 Bilangan p-anisidine Maks. 15 AOCS Cd 18-90 (1997) Bilangan totox Maks. 19 - Cemaran logam: Arsen (As) (ppm) Maks. 0,1 AAS-GF Cadmium (Cd) (ppm) Maks. 0,1 AAS Timbal (Pb) (ppm) Maks. 0,1 AAS Merkuri (Hg) (ppm) Maks. 0,1 AAS/MVU Logam berat (ppm) Maks. 10 Uji Batas Logam Berat Cemaran kimia: Dioksin dan furan total (pg WHO-PCDD/F-TEQ/g lemak) Maks. 2 GC-MS (IE) Dioksin, furan dan dioxin - like PCBs total (pg WHO- PCDD/F-PCB TEQ/g lemak) Maks. 10 GC-MS (IE)

-3- Spesifikasi Persyaratan Metode* Benzo[a]piren (ppb) Maks. < 2 HPLC Pestisida total: GC-ECD, NPD/PFPD a. Endosulfan (α,β-isomer) Maks. 0,1 ppm, dihitung sebagai b. Endosulfan sulfate endosulfate c. Esfenvalerate d. Chlordane Maks. 0,2 ppm, dihitung sebagai e. Oxychlordane chlordane f. DDT (dichlorodiphenyltrichloroetha ne) Maks. 0,05 ppm, dihitung sebagai DDT g. DDD (dichlorodiphenyldichloroetha ne) h. DDE (dichlorodiphenyldichloroethyl en) i. Heptachlor (α,β-isomer) Maks. 0,2 ppm, dihitung sebagai j. Heptachlor epoxide heptachlor k. Benzene hexachloride * Dapat menggunakan metode lain yang tervalidasi KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. KUSTANTINAH

LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09657 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN PENAMBAHAN ZAT GIZI DAN ZAT NON GIZI DALAM PANGAN OLAHAN SPESIFIKASI SEDIAAN SERBUK DHA YANG BERASAL DARI MINYAK IKAN* Spesifikasi Persyaratan Metode** Karakteristik umum: Bahan dalam bubuk: Serbuk berwarna putih hingga kekuningan, dengan aroma khas ikan Visual Lemak (%) Min. 25 Gravimetri DHA (C22:6) (mg/g) Min. 50 Rasio DHA:EPA Min. 4:1 - Asam lemak omega 3 total (mg/g) Asam lemak omega 6 total (mg/g) Min. 65 Maks. 50 Asam lemak trans (%) Maks. 1 Residu protein (%) Negatif Bicinconinic Acid Susut pengeringan (%) Maks. 3 Gravimetri Askorbil palmitat (ppm) Maks. 5000 AOAC 2005 Ch 50 Tokoferol (ppm) Maks. 5000 AOAC 2005 Ch 50 Mikrobiologi: Angka lempeng total Maks. 1x10 4 koloni/g Kuantitatif

-2- Spesifikasi Persyaratan Metode** Bacilus cereus Maks. 1x10 2 koloni/g Kuantitatif Enterobacteriace Negatif/5 g Kualitatif E.sakazakii Negatif/10 g Kualitatif Samonella Negatif/25 g Kualitatif Staphilococcus aureus koagulase positif Cemaran logam: Maks. 1x10 1 koloni/g Kuantitatif Arsen (As) (ppm) Maks. 0,1 AAS-GF Kadmium (Cd) (ppm) Maks. 0,1 AAS Timbal (Pb) (ppm) Maks. 0,1 AAS Merkuri (Hg) (ppm) Maks. 0,1 AAS/MVU Logam berat (ppm) Maks. 10 Uji Batas Logam Berat Cemaran kimia: Dioksin dan furan total (pg WHO-PCDD/F TEQ/g lemak) Dioksin, furan dan dioxin - like PCBs total (pg WHO-PCDD/F- PCB TEQ/g lemak ) Maks. 2 Maks. 10 GC-MS (IE) GC-MS (IE) Benzo[a]piren (ppb) Maks. <2 HPLC Pestisida total: GC- ECD,NPD/PFPD a. Endosulfan (α,β-isomer) Maks. 0,1 ppm, dihitung sebagai b. Endosulfan sulfate endosulfate c. Esfenvalerate

-3- Spesifikasi Persyaratan Metode** d. Chlordane Maks. 0,2 ppm, dihitung sebagai e. Oxychlordane chlordane f. DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) g. DDD (dichlorodiphenyldichloroethane) Maks. 0,05 ppm, dihitung sebagai DDT h. DDE (dichlorodiphenyldichloroethylen ) i. Heptachlor (α,β-isomer) j. Heptachlor epoxide k. Benzene hexachloride Maks. 0.2 ppm, dihitung sebagai heptachlor * Minyak ikan yang digunakan dalam pembuatan sediaan serbuk DHA harus memenuhi semua persyaratan Spesifikasi Sediaan Minyak DHA yang Berasal Dari Minyak Ikan (Lampiran I). ** Dapat menggunakan metode lain yang tervalidasi KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. KUSTANTINAH

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09657 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN PENAMBAHAN ZAT GIZI DAN ZAT NON GIZI DALAM PANGAN OLAHAN SPESIFIKASI SEDIAAN MINYAK DHA YANG BERASAL DARI MINYAK SEL TUNGGAL Spesifikasi Persyaratan Metode* Karakteristik umum: Bahan dalam minyak: Minyak berwarna jernih sampai kekuningan, memiliki aroma khas dan tidak berbau tengik Visual Askorbil palmitat (ppm) Maks. 5000 AOAC 2005 Ch 50 Tokoferol (ppm) Maks. 5000 AOAC 2005 Ch 50 Asam dokosaheksaenoat 22:6 n-3 (DHA) mg/g Asam lemak trans (% asam lemak total) Min. 210 Maks. 2 Kadar air (%) Maks. 0,1 Gravimetri Karakteristik kimia: Bilangan tidak tersabunkan (%) Bilangan peroksida (meq O2/kg) Bilangan penyabunan (mg KOH/g) Maks 2 Maks. 2 Min. 170 Bilangan iodium (g I2/100g) Min. 190

-2- Cemaran logam: Arsen (As) (ppm) Maks. 0,1 AAS-GF Kadmium (Cd) (ppm) Maks. 0,1 AAS Timbal (Pb) (ppm) Maks. 0,1 AAS Merkuri (Hg) (ppm) Maks. 0,1 AAS/MVU Logam berat (ppm) Maks. 10 Uji Batas Logam Berat Heksan (ppm) Maks. 0,3 Pelarut hidrokarbon aromatik (Aromatic Hydrocarbon Solvent) - sebagai marker BTX (Benzene, Toluene, Xylene) Negatif * Dapat menggunakan metode lain yang tervalidasi KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. KUSTANTINAH

LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.11.11.09657 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN PENAMBAHAN ZAT GIZI DAN ZAT NON GIZI DALAM PANGAN OLAHAN SPESIFIKASI SEDIAAN MINYAK ARA YANG BERASAL DARI MINYAK SEL TUNGGAL Spesifikasi Persyaratan Metode* Karakteristik umum: Bahan dalam minyak: Minyak berwarna jernih sampai kekuningan, memiliki aroma khas dan tidak berbau tengik Visual Askorbil palmitat (ppm) Maks. 1000 AOAC 2005 Ch 50 Tokoferol (ppm) Maks. 1500 AOAC 2005 Ch 50 Asam arakhidonat (ARA) mg/g Min. 350 Kadar air (%) Maks. 0.1 Karl Fischer Asam lemak trans (% asam lemak total) Karakteristik kimia: Bilangan tidak tersabunkan (%) Bilangan peroksida (meq/kg) Bilangan penyabunan (mg KOH/g) Bilangan iodium (g I2/100g) Maks. 2 Maks. 2 Maks.2 Min.170 Min.155

-2- Cemaran logam: Arsen (As) (ppm) Maks. 0,1 AAS-GF Kadmium (Cd) (ppm) Maks. 0,1 AAS Timbal (Pb) (ppm) Maks. 0,1 AAS Merkuri (Hg) (ppm) Maks. 0,1 AAS/MVU Logam berat (ppm) Maks. 10 Uji Batas Logam Berat Heksan (ppm) Maks. 0,3 Butan (ppm) Maks. 1 Pelarut hidrokarbon aromatik (Aromatic Hydrocarbon Solvent) --- sebagai marker BTX (Benzene, Toluene, Xylene) Negatif * Dapat menggunakan metode lain yang tervalidasi KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. KUSTANTINAH