POTENSI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS EKSTRAK KLOROFORM DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID (MDA) SKRIPSI

AKTIVITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID (MDA) SKRIPSI

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL ISOLAT DARI FRAKSI V EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN METODE DPPH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dikenal dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh radikal bebas. LDL yang teroksidasi akan meningkat dan mengendap di

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

T" f*", CP" 2 CH,-C-H

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

EFEK ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SALAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

T" f*", CP" 2 CH,-C-H

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

SKRIPSI. Oleh : K

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TABLET EFFERVESCENT KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU

SKRIPSI SISWONO HANDOKO JATI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Namun, peningkatan radikal bebas yang terbentuk akibat faktor stress radiasi, asap rokok, sinar ultraviolet, kekurangan gizi, dan peradangan

OPTIMASI PEMBUATAN EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) MENGGUNAKAN METODE MASERASI DENGAN PARAMETER KADAR TOTAL SENYAWA FENOLIK DAN FLAVONOID

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

Bab II Tinjauan Pustaka A. Definisi dan Biologi Rumput Laut

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAI\I. (1) senyawa-senyawa yang bersifat lafuogogue (dapat menstimulir produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

UJI AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL DPPH ANALOG KURKUMIN SIKLIK dan N-HETEROSIKLIK MONOKETON SKRIPSI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak berpasangan menyebabkan spesies tersebut sangat reaktif (Fessenden dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PEMBUATAN EKSTRAK DAUN DEWANDARU

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri keberadaannya. Dewasa ini, banyak penyebab penyebab yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. mikroflora pencernaan yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan menghembuskannya kembali keluar tubuh 11. Menurut Aritonang (1997)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uraian Tumbuhan meliputi daerah tumbuhan (habitat), morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada proses penggilingan beras sekam padi akan terpisah dari butir beras dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

Transkripsi:

POTENSI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) SEBAGAI AGEN PENGKHELAT LOGAM Fe DAN PENANGKAP MALONALDEHID SKRIPSI Oleh : NOVA RAHMA WIDYANINGRUM K 100 04 0168 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid (Madhavi et al., 1996; Poedjiadi, 1994). Banyak makanan yang berasal dari tumbuhan memiliki kandungan lemak tak jenuh yang tinggi, sedangkan pada hewan memiliki level yang lebih rendah (Madhavi et al., 1996). Ikatan rangkap yang terdapat pada lipid membuat lipid berada pada kondisi yang tidak jenuh, dan ini menyebabkan lipid rentan terhadap penyerangan oksigen atau mudah teroksidasi sehingga memacu tejadinya perubahan kompleks kimia pada lipid tersebut (Madhavi et al, 1996). Proses oksidasi dapat terjadi karena asam lemak tidak jenuh memiliki atom H yang tidak stabil terutama yang terikat oleh atom C dekat dengan ikatan rangkap, sehingga terbentuk radikal bebas baru yang peka terhadap oksigen dan dapat membentuk radikal bebas peroksi (Astuti, 1997). Radikal bebas ini akan bereaksi dengan lemak sehingga menghasilkan hidrogenperoksida dan radikal bebas lemak yang baru. Salah satu bentuk radikal bebas adalah ROS (reactive oxygen species) yang dapat menginisiasi proses peroksidasi lipid (Josephy, 1997; Mullock and Snell, 1987). Peristiwa peroksidasi lipid ini akan menghasilkan produk aldehid, keton, alkohol, asam karboksilat dan menghasilkan produk yang biasa dikenal sebagai malonaldehid, suatu aldehid (Josephy, 1997). Malonaldehid (MDA) ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel, karena dianggap sebagai inisiator suatu

reaksi, pelengkap karsinogen, maupun sebagai senyawa mutagen (Madhavi et al., 1996). Akibatnya, sel terutama membran sel akan mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif, kanker, proses penuaan, dan lainlain (Gulciin et al., 2006; Silalahi, 2001; Subeno, 2002). Astuti (1997) menuliskan kadar MDA pada penderita aterosklerosis lebih tinggi dari pada orang sehat. Semakin tua umur seseorang, kandungan MDA juga semakin tinggi dibandingkan dengan anak muda. Walaupun kadar MDA bervariasi dengan umur, namun kadarnya tidak melebihi 4 nmol/ml serum (Yagi, 1993). Proses peroksidasi lipid ini dapat dipercepat dengan adanya logam transisi seperti besi, tembaga, kobal dan mangan yang akan mengkatalisir terbentuknya radikal bebas secara nonenzimatis (Astuti, 1997). Logam transisi memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif dalam mengkatalisis reaksi oksidasi maupun reduksi dalam tubuh. Adanya ion logam transisi yang berlebihan dalam tubuh misalnya ferro, sangat berpotensi dalam pembentukan ROS (oksigen spesies reaktif). Ion logam juga dapat menginisiasi autooksidasi dengan bereaksi langsung dengan substrat dan atau hidroperoksida yang ada dalam sistem, sebagai pengotor atau terbentuk dalam tahap propagasi (Winarsi, 2005) Untuk menangkal proses autooksidasi yang ditimbulkan oleh adanya ROS diperlukan suatu senyawa yang bersifat antioksidan. Senyawa antioksidan sintetik yang biasa digunakan dalam perdagangan, misalnya BHA (Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butil Hidroksi Toluen), propil galat, tert-butil hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan alami berasal dari tumbuhan, pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam

sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional (Madhavi et al., 1996). Saat ini banyak sekali penelitian ilmiah untuk mencari sumber antioksidan alami dari tanaman untuk mengganti antioksidan sintetik, dimana efek samping pada pemakaian berkepanjangan menyebabkan karsinogenik (Gulciin et al., 2006). Senyawa antioksidan dari tanaman alam ini lebih aman dan selektif serta diduga tidak mengandung senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh (Madhavi et al., 1996). Salah satu tanaman alam yang berpotensi sebagai antioksidan adalah dewandaru (Eugenia uniflora L.). Dewandaru merupakan tanaman yang hidup dan tersebar di pulau Jawa dan Sumatera (Hutapea, 1991). Tanaman ini mengandung senyawa seperti sitronela, sineol, terpenin, sesquiterpen, vitamin C, saponin, flavonoid, tannin dan antosianin (Eindbond et al., 2004). Utami dkk (2005) membuktikan bahwa ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun dewandaru memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal dan diduga senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut adalah senyawa flavonoid. Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun dewandaru setara dengan rutin masing-masing 2,631 mg/g ekstrak, 32,662 mg/g ekstrak dan 28,780 mg/g ekstrak. Fakta lain mengatakan bahwa keberadaan senyawa fenol dan polifenol pada bagian daun sangat dimungkinkan, sebab senyawa ini bertanggung jawab pada proses fotosintesis (Wijekisera, 1991) dan diduga kandungan senyawa fenol dan polifenol ini banyak terdapat dalam ekstrak etanol daun dewandaru. Untuk itu perlu

dilakukan penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) sebagai agen pengkhelat logam dan penangkap hasil dari peristiwa peroksidasi lipid yaitu malonaldehid. B. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang diatas, muncul beberapa permasalahan yang perlu dirumuskan, antara lain : 1. Apakah ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) memiliki potensi aktivitas sebagai pengkhelat logam? 2. Apakah ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) memiliki potensi aktivitas sebagai penangkap malonaldehid? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain sebagai berikut : 1. Untuk menentukan potensi aktivitas ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) sebagai pengkhelat logam. 2. Untuk menentukan potensi aktivitas ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) sebagai penangkap malonaldehid. D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanaman Dewandaru ( Eugenia uniflora L ) a. Uraian Tanaman Eugenia uniflora L. merupakan tanaman perdu yang tumbuh tahunan. Tingginya ± 5 meter. Batangnya tegak, berkayu, berbentuk bulat dan

berwarna coklat. Daunnya tunggal, tersebar, berbentuk lonjong, dengan ujung yang runcing dan bagian pangkalnya meruncing dengan tepi yang rata, pertulangannya menyirip, yang panjangnya ± 5 centimeter dengan lebar ± 4 centimeter dan berwarna hijau. Bunga berkeping tunggal, berkelamin dua, daun pelindung kecil, banyak, berwarna putih, putik berbentuk silindris, mahkota berbentuk kuku, berwarna kuning. Buah berbentuk bulat, dengan diameter ± 1,5 centimeter, berwarna merah. Bijinya kecil, keras dan berwarna coklat. Akar tanaman merupakan akar tunggang dan berwarna coklat. b. Klasifikasi dan Sistematika Tanaman Divisi : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Eugenia Jenis : Eugenia uniflora L Nama Umum : Dewandaru Nama Daerah : Cereme asam (Melayu, Sumatera), asem selong, belimbing londo, dewandaru (Jawa). c. Kandungan Kimia (Hutapea, 1994)

Eugenia uniflora mengandung saponin, tannin, vitamin C, senyawa atsiri seperti sineol, sitronella, terpenin, sesquiterpen, flavonoid dan antosianin suatu turunan fenil benzo pirilium (Einbond et al., 2004; Hutapea, 1991). Kegunaan sebagai obat diare dan obat flu (Hutapea, 1991). d. Potensi Tanaman Dewandaru Kandungan antosianin pada bagian buah yang diteliti oleh Einbond et al., (2004) sebagai antioksidan yang sangat aktif dengan nilai IC 50 sekitar 4 ± 0,2 mg/ml. Utami dkk (2005) membuktikan bahwa adanya aktivitas antioksidan ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun dewandaru dan diduga senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut adalah senyawa flavonoid. Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun dewandaru setara dengan rutin masing-masing 2,631 mg/g ekstrak, 32,662 mg/g ekstrak dan 28,780 mg/g ekstrak serta aktivitas antioksidannya juga hampir mendekati vitamin E, dilihat dari nilai IC 50 nya. Sedangkan Wijekisera (1991) menyebutkan bahwa kandungan fenol dan polifenol pada daun dewandaru berperan dalam proses fotosintesis sehingga merupakan senyawa metabolit sekunder yang penting bagi tanaman itu sendiri. Diperkuat oleh penelitian Utami dkk (2005) bahwa senyawa fenol dan polifenol bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan. Pada penelitian Yanuarti (2007) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun dewandaru dapat menghambat aktivitas GST (Glutation S-Transferase).

2. Proses Peroksidasi Lipid Autooksidasi lipida berjalan dalam dua tahap, tahap pertama, oksidasi berjalan lambat dengan laju kecepatan seragam. Tahap ini sering disebut periode induksi. Oksidasi pada periode induksi ini berlangsung beberapa waktu sampai pada waktu titik tetentu dimana reaksi memasuki tahap kedua yang mempunyai laju oksidasi dipercepat. Laju pada oksidasi tahap kedua beberapa kali lebih cepat dari laju oksidasi tahap pertama. Asam lemak yang memiliki ikatan rangkap lebih banyak (misal asam linoleat) bereaksi lebih cepat dibanding yang berikatan rangkap lebih sedikit (metil oleat) sehingga periode induksinya lebih pendek (Trilaksani, 2003). Mekanisme oksidasi lipida tidak jenuh diawali dengan tahap inisiasi, yaitu berbentuknya radikal bebas (*R) bila lipida kontak dengan panas, cahaya, ion metal dan oksigen. Reaksi ini terjadi pada grup metilen yang berdekatan dengan ikatan rangkap C=C- (Buck, 1991). Tahap inisiasi terjadi karena bantuan sumber energi ekstenal seperti panas, cahaya atau energi tinggi dari radiasi, inisiasi kimia dengan terlarutnya ion logam atau metaoprotein seperti haem (Trilaksani, 2003). Tahap selanjutnya adalah tahap propagasi dimana autooksidasi berawal ketika radikal lipida (R*) hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen membentuk radikal peroksida (ROO*). Reaksi oksigenasi ini terjadi sangat cepat dengan energi aktivitas hampir nol sehingga konsentrasi ROO* yang terbentuk jauh lebih besar dari konsentrasi R* dalam sistem makanan dimana oksigen berada. Radikal peroksida yang terbentuk akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain (R 1 H) membentuk hidroperoksida

(ROOH) dan molekul radikal lipida baru (R 1 *). Selanjutnya reaksi autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi berantai (Trilaksani, 2003). Tahap terakhir oksidasi lipida adalah tahap terminasi, dimana hidroperoksida yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai pendek seperti aldehid, keton, alkohol dan asam (Trilaksani, 2003). Salah satu produk dari proses peroksidasi lipid adalah malonaldehid yang bersifat toksik terhadap sel endotel, sel otot polos dan mengakibatkan makrofag, berkumpul dalam lapisan subendotel dan berubah menjadi sel busa (Astuti, 1997). Malonaldehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel, karena dianggap sebagai inisiator suatu reaksi, pelengkap karsinogen, maupun sebagai senyawa mutagen (Madhavi et al., 1996). Akibatnya, sel terutama membran sel akan mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif, kanker, proses penuaan, dan lain-lain (Gulciin et al., 2006; Silalahi, 2001; Subeno, 2002). Astuti (1997) melaporkan kadar MDA pada penderita aterosklerosis lebih tinggi dari pada orang sehat. Semakin tua umur seseorang, kandungan MDA juga semakin tinggi dibandingkan dengan anak muda. Walaupun kadar MDA bervariasi dengan umur, namun kadarnya tidak melebihi 4 nmol/ml serum (Yagi, 1993). 3. Logam Transisi dalam Peroksidasi Lipid Logam transisi memiliki elektron yang tidak berpasangan yang dapat disebut radikal bebas. Senyawa radikal bebas sangat reaktif dalam mengkatalisis reaksi oksidasi dan reduksi (redoks). Adanya ion logam transisi yang berlebihan dalam tubuh sangat berpotensi dalam pembentukan Reactive

Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS). ROS inilah yang dapat menginisiasi proses peroksidasi lipid dan diperparah lagi jika terdapat katalis berupa logam. Ion logam juga dapat menginisiasi autooksidasi dengan bereaksi langsung dengan substrat dan atau hidroperoksida yang ada dalam sistem, sebagai pengotor atau terbentuk dalam tahap propagasi (Winarsi, 2005). Cara yang paling efektif untuk memperlambat suatu proses oksidasi oleh oksigen atau autooksidasi adalah dengan menambah agen pengkhelat, misalnya EDTA, ferrozine, a,a-dipiridil atau asam nitriloasetat serta ortofenantrolin. Khelasi adalah reaksi keseimbangan antara ion logam dengan agen pengikat, yang dicirikan dengan terbentuknya lebih dari satu ikatan antara logam tersebut dengan molekul agen pengikat, yang menyebabkan terbentuknya struktur cincin yang mengelilingi logam tersebut. Mekanisme pengikatan Al +++ dan Fe ++ oleh gugus fungsi dari komponen organik adalah karena adanya satu gugus karboksil dan satu gugus fenolik, atau dua gugus karboksil yang berdekatan bereaksi dengan ion logam. Jika suatu logam telah dikelat maka akan terbentuk suatu kompleks yang stabil dan reaksi yang dikatalisir pun dapat terhambat (Berlett et al., 2001). 4. Antioksidan Antioksidan merupakan zat yang melindungi tubuh dari efek radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker dan jantung (Anonim, 2006). Suatu senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidatif bila senyawa tersebut mampu mendonasikan satu atau lebih elektron kepada senyawa prooksidan, kemudian

mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil (Hernani, 2005; Madavi et al., 1996). Antioksidan sangat beragam jenisnya, berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Beberapa contoh antioksidan sintetik adalah BHA (Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butil Hidroksi Toluen), propil galat, tert-butil hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan alami berasal dari tumbuhan, yang pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional (Madhavi et al., 1996). Tetapi akhir-akhir ini, banyak sekali penelitian ilmiah untuk mencari sumber antioksidan alami dari tanaman untuk mengganti antioksidan sintetik, dimana efek samping pada pemakaian berkepanjangan menyebabkan karsinogenik (Gulciin et al., 2006). Gambar 1. Antioksidan sintetik (Josephy, 1997)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, antara lain : 1. Antioksidan primer (antioksidan endogen atau antioksidan enzimatis). Misalnya enzim Superoksid Dismutase, katalase dan Glutation peroksidase, enzim-enzim ini dapat menekan atau menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk lebih stabil. Reaksi ini disebut sebagai chain-breaking-antioxidant. 2. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan nonenzimatis). Contohnya vitamin E, vitamin C, β-karoten, isoflavon, asam urat, bilirubin dan albumin. Senyawa-senyawa ini dikenal sebagai penangkap radikal bebas (scavenger free radical). 3. Antioksidan tersier, misalnya DNA repair, metionin sulfoksida reduktase, yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang disebabkan oleh radikal bebas. Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat menentukan status kesehatan seseorang, terutama fungsi sistem imun (Hernani, 2005). 5. Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan Adapun pengujian antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : a) Metode Pengkelat Logam Pengujian ini didasarkan adanya pembentukan komplek antara besi (Fe 2+ ) dengan ferrozine, suatu katalis sekaligus pembentuk kompleks, dan dihambat oleh adanya senyawa antioksidan. Dengan adanya agen pembentuk kelat, seperti antioksidan, maka kompleks yang terbentuk akan

kacau, karena senyawa antioksidan akan mengikat Fe 2+ dan kelebihan Fe 2+ akan membentuk kompleks dengan ferrozine, menghasilkan kompleks warna pula. Hasilnya terjadi penurunan kompleks warna merah yang terbentuk, dan absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 562 nm. Kontrol pembanding yang digunakan adalah senyawa kompleks yang terbentuk antara Fe 2+ dengan ferrozine (Gulciin et al., 2006). Agen pengkhelat lainnya misalnya EDTA, a,a-dipiridil atau asam nitriloasetat serta ortofenantrolin (Berlett et al, 2001). b) Metode Penangkapan Malonaldehid dengan Asam Tiobarbiturat Malonaldehid merupakan salah satu produk degradasi dari peistiwa peroksidasi lipid (Mullock and Snell, 1987). Metode penangkapan malonaldehid menggunakan metode TBA (Tiobarbiturat Acid) (Lin dan Yen, 1999), yaitu dengan mengukur kompleks warna yang terjadi antara TBA dengan malonaldehid pada panjang gelombang 532 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Lin dan Yen, 1999). Metode ini didasarkan pada kondensasi molekul malonaldehid, yang merupakan produk dari peroksidasi lipid, dengan dua molekul dari TBA pada kondisi asam. Produk yang dihasilkan adalah produk kromogen berwarna merah dan diukur berdasarkan absorbansi pada spektrofotometer visible pada panjang gelombang 532 nm. Validitas dari metode ini didasarkan pada asumsi bahwa malonaldehid yang terbentuk pada pengujian TBA, menunjukkan adanya peroksida yang berlimpah (Josephy, 1997)

F. LANDASAN TEORI Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa dapat diukur dengan menggunakan banyak metode, antara lain metode pembentuk kelat dan metode TBA yang didasarkan pada penangkapan produk degradasi dari peristiwa peroksidasi lipid. Pada potensi aktivitas antioksidan ini digunakan ekstrak etanol dari daun dewandaru (Eugenia uniflora L.), salah satu ekstrak yang dianggap mampu membentuk kelat dengan senyawa oksidan dan menangkap malonaldehid sebagai produk dari peroksidasi lipid. Hasil berbagai penelitian tentang aktivitas daun dewandaru, didapatkan bahwa ekstrak etanol, kloroform maupun etil asetat memiliki aktivitas sebagai antioksidan karena mengandung suatu senyawa yang mampu mengikat ion logam sekaligus menangkap malonaldehid. Senyawa tersebut diidentifikasikan merupakan golongan senyawa fenolik atau polifenol dan flavonoid. Utami dkk (2005) membuktikan bahwa adanya aktivitas penangkap radikal ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun dewandaru dan diduga senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut adalah senyawa flavonoid. Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol daun dewandaru setara dengan rutin masing-masing 2,631 mg/g ekstrak, 32,662 mg/g ekstrak dan 28,780 mg/g ekstrak. Flavonoid dapat mengamankan sel dari senyawa oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species = ROS) dan mampu mengkhelat ion Fe 2+. Flavonoid dan senyawa polifenol juga berperan melindungi sel dari serangan oksidasi. Hal ini terjadi karena kedua senyawa tersebut mampu sebagai pengkelat ion Fe 2+ sekaligus penstabil Fe 2+. Dengan cara ini, ion Fe 2+ tidak mampu menstimulir pembentukan peroksidasi lipid

sehingga produk degradasinya dapat diminimalisir (Winarsi, 2005). Senyawa flavonoid maupun polifenol memiliki gugus hidroksil yang berdekatan dengan gugus karboksil atau 2 gugus karboksil yang berdekatan, yang memungkinkan lepasnya atom hidrogen dari hidroksil sehingga mampu mengikat logam dan menangkap malonaldehid. G. HIPOTESIS Ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) memiliki aktivitas antioksidan sebagai agen pengkelat logam dan sebagai agen penangkap malonaldehid, hasil dari peroksidasi lipid.